tag:blogger.com,1999:blog-38746740439454951812024-03-13T13:27:14.783-07:00Kumpulan Cerita DewasaCowokMLghttp://www.blogger.com/profile/08999633505345466529noreply@blogger.comBlogger22125tag:blogger.com,1999:blog-3874674043945495181.post-81008263691870305842012-06-12T06:25:00.000-07:002012-07-25T10:15:38.328-07:00Aku relakan memekku demi uangSebut saja aku Diana. Umurku 19 tahun dan aku kuliah di salah satu universitas terkenal di Jakarta. <br />Aku akan menceritakan dilemma yang kuhadapi gara-gara kekurangan uang untuk biaya kuliah, aku pun melayani nafsu para lelaki hidung belang, bahkan wanita lesbi/biseks pun kulayani demi mendapat uang.<br />Kisahku ini berawal pada saat aku kekurangan uang untuk masuk ke perguruan tinggi ternama di Jakarta. Aku berasal dari sebuah kota kecil di luar Pulau Jawa. Orangtuaku kesulitan dalam membiayaiku. Padahal aku benar-benar menginginkan pendidikan gelar sarjana itu. Aku sudah berusaha mencari beasiswa, tapi sulit sekali. Aku cuma mendapat diskon uang pangkal, padahal biaya untuk merantau di luar kota dan biaya per semester tidak sedikit. Namun, karena kegigihanku, aku memutuskan untuk terus berjuang kuliah. Aku punya keyakinan bisa mencari kerja part time atau beasiswa saat kuliah.<br /><br /><div class="fullpost"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrnpk9WowLVDu1NwsBlxXl_RezvVX2p_RZ-DvgMfynzdeR3rT1cc5zEm_wX1pDV7bA5jLmTWgD_K7dOAUiVmQhaYGtJ_plzHpPrLmcirDrh3nonOthUMyqlPkIF28-CQoy-v6p_UDoYgZv/s1600/4851381_martisha_2093.jpg" imageanchor="1" style="clear:left; float:left;margin-right:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="320" width="211" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrnpk9WowLVDu1NwsBlxXl_RezvVX2p_RZ-DvgMfynzdeR3rT1cc5zEm_wX1pDV7bA5jLmTWgD_K7dOAUiVmQhaYGtJ_plzHpPrLmcirDrh3nonOthUMyqlPkIF28-CQoy-v6p_UDoYgZv/s320/4851381_martisha_2093.jpg" /></a><br /><br />Semester pertama aku kuliah masih baik-baik saja. Saat kuliah memang ada kesulitan biaya tapi masih bisa kuatasi, tapi saat memasuki semester kedua, aku benar-benar terpuruk, aku tak dapat kerja, perlu perlengkapan kuliah dll. Sampai suatu saat,, aku sedang surfing ke internet mencari materi tugas kuliah, tanpa sengaja masuk ke situs porno. Kulihat-lihat di sana banyak pria hidung belang yang membutuhkan teman kencan dan bersedia memberi bayaran. Kupikir iseng-iseng kutulis no telpnya. Siapa tahu saat terdesak bisa terpakai.<br /><br />Dua minggu berlalu, aku belum bisa memperbaiki situasi keuanganku. Orangtuaku tak pernah kuhubungi. Aku tak mau mereka cemas, padahal mereka sendiri susah mencari uang. Jadi, mau tak mau aku memberanikan diri mengirim sms kepada pria tersebut, umurnya 27 tahun. Namanya Adit.<br /><br />Singkat kata, kami pun ketemuan, wajahnya mirip actor Risky hanggono, hanya saja ia lebih hitam, katanya sih ada keturunan Arab. Kuutarakan permasalahanku. Ia hanya tertawa. Ia berjanji akan membiayai keperluan kuliahku kalau aku mau tidur dengannya. Aku agak ragu. Ku tawari dia bagaimana kalau kencan saja. Tapi ia tak mau, ia maunya ML denganku.<br />“Tapi, aku masih perawan.”<br />“Beneran? Hari gini susah cari perawan.”<br />”Bener.”<br />“Kalo kebukti lo perawan, gw rela ngasih dobel buat lo!”<br />“Tapi..” aku ragu.<br />Adit pun mengeluarkan segepok uang dari tasnya. Wow! Uang itu cukup untuk membeli keperluanku. Karena sudah putus asa, akupun bersedia melayaninya.<br />Malam minggu itulah aku merelakan keperawananku untuk Adit. Kami masuk ke sebuah hotel, di sana kami pun check in. <br />Saat masuk kamar, aku sempat berubah pikiran, tapi mendapat serangan ciuman bertubi-tubi dari Adit membuatku tak berdaya. <br />Mulutku dihisapnya. Lidahnya menyapu seluruh permukaan mulutku. Sementara tangan Adit telah meremas-remas pantatku. Aku mulai terangsang.<br /><br />Dalam hitungan detik, Adit sudah telanjang bulat. Tubuhnya kekar berbulu. Sementara buru**nya sangat besar, sekitar 20cm dengan diameter 5 cm. <br />Aku jadi takut. Adit malahan tersenyum. Ia mulai membuka kaos dan celanaku. Sekarang aku hanya memakai BH dan CD.<br /><br />Diremas-remasnya payudaraku yang masih terbungkus BH. Ia pun memasukkan tangannya ke CDku.<br />“Punyamu lebet ya?”<br />Aku begitu malu,, hanya diam saja.<br /><br />Akhirnya BH dan CD ku dibukanya. Kami sudah sama-sama bugil. Ia menggendongku menuju ranjang. Di sana ia menindih tubuhku.<br />Ia kembali melumat bibirku, loidah kami saling berpagutan. Jujur saja aku tak terbiasa tapi demi uang akupun mulai berusaha menikmatinya. <br />Setelah puas berciuman, ia menjilati leherku. Dijilatinya payudaraku dengan lembut . Aku mulai melayang. <br />Dihisapnya putting coklatku sambil diremas-remas membuat putting susuku menegang. Tak lama, ia menempelkan kont**nya ke payudaraku. <br />Setelah itu ia menempelkan kont**nya ke memekku. Disentuhnya klitorisku dengan kont** besarnya. <br />Aku benar-benar tak kuat saat ia menggosok-gosokkan kont**nya ke daerah paling sensitifku.<br /><br />Akhirnya, memekku sudah sangat basah. Adit mulai memasukkan kont**nya ke memekku. Aku benar-benar kesakitan saat kepala kont**nya masuk.<br />“Dit, ampun.. jangan. Sakit!”<br />“Tenang aja. Memek lo sempit, enak. Gw bayar dobel buat memek perawan kayak lo. OK!”<br />“Sakiit..! Ouch…..Oh…!” raungku sambil menarik sprei menahan sakit.<br />“awalnya emang seret, lo tahan ya.” Adit melumat bibirku algi, supaya aku tak berteriak kesakitan.<br />Dan tiba-tiba “Blesh!” kont**nya pun masuk ke memekku. Kurasakan selaput darhku pasti sudah robek. Aku pun menangis. <br />Melihatku menangis, Adit tak berhenti, ia justru makin liar. Memekku digenjotnya begitu liar dan cepat. <br />Payudaraku disedot olehnya membuat aku terdiam. Aku mulai merasakan tanda-tanda orgasme.. 5 menit kemudian “CROT! CROT!” Aku pun orgasme untuk pertama klalinya.<br />Adit makin bernafsu melihatku sudah orgasme. Ia membalikkan posisi, sekarang aku berada di atas, aku disuruh menjilati dadanya yang berbulu. <br />Aku jijik tapi kepalaku didorongnya sampai menyentuh dadanya. Dengan terpaksa, aku mmulai menjilati dadanya. Aku sangat takut kalau disuruh menjilati kont**nya. <br />Aku pasti tak sanggup. 10 menit kemudian, tubuh kami sama-sama mengejang, akupun orgasme lagi. Ia melepaskan kont**nya dan membalikkan tubuhku ke bawah. <br />kont**nya diarahkan ke payudaraku Spermanya membasahi dadaku, Adit menjilati seluaruh sperma nya setelah itu ia berbaring sambil memelukku. <br />Sekilas kulihat darahku menempel di sprei. Aku jadi kesal dengan diriku yang begitu rendah. Esok paginya kami main 1 ronde lagi. Memekku jadi sakit dibantainya. <br />Sebelum check out, kami mandi kucing. Aku disuruh nungging di kamar mandi dan ia menyodomiku.<br />Setelah itu kami saling menyabuni tubuh pasangan. Setelah puas, aku dibayar 2 juta olehnya. <br />Aku cukup terkejut melihat uang sebesar itu. Sejak itu, aku makin tenggelam ke dunia sex, bahkan cewek-cewek lesbian/biseks pun kulayani.<br /><br /><a href="http://www.donkeymails.com/pages/index.php?refid=mashermawan"><img style="width: 262px; height: 60px;" src="http://www.donkeymails.com/images/banner5.gif" alt="DonkeyMails.com: No Minimum Payout" border="0" /></a> <a href="http://www.easyhits4u.com/?ref=agenmodem"><img style="width: 263px; height: 60px;" src="http://static.easyhits4u.com/img/banners/468x60_13.gif" alt="Popular 1:1 Traffic Exchange" border="0" /></a> </div>CowokMLghttp://www.blogger.com/profile/08999633505345466529noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3874674043945495181.post-13532021915452265092012-06-12T06:04:00.000-07:002012-07-25T10:15:38.347-07:00Tante yang nakal dan binalNamaku Ryan kini mahasiswa tingkat akhir sebuah perguruan tinggi negeri di Surabaya. Kejadian ini merupakan peristiwa beberapa tahun yang lalu. Waktu itu aku berusia 18 tahun. Masih tergolong ABG. Suka hidup bebas. Do what I want! Hidup cuma sekali, buat apa bersedih. Itulah sebabnya, aku suka keluyuran dari kota ke kota sekadar cari pengalaman.<br /><br />Setelah Ujian Akhir Semester (UAS), saya langsung pergi ke kota Bandung untuk berlibur. Sebelumnya aku memang belum pernah menginjakkan kaki di Kota Kembang tersebut. Aku juga ingin merasakan indahnya Kota Kembang. Itulah sebabnya aku nekat pergi ke Bandung sendirian. Yang penting membawa uang banyak. Meskipun begitu, soal uang aku tidak terlalu foya-foya. Bahkan selalu berusaha untuk berhemat. Tapi kalau untuk urusan cewek, mungkin lain urusannya.<br /><br /><div class="fullpost"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAueCVu8G6mc4pX_8ZWsKESTDh3aO-tVW3DeQ9eiHh0IuDRlWRqVjGRwEGFLkkQh54Wr3OocQ9Cfx_NKSjwCHNphdnrCco-QMdJ0w5Swj5XlAsygMNpDwywAkGTqwFoXpUWJDVFF5HKI0e/s1600/2909977888cb554420cbd29aef2669980f1faeb.jpg" imageanchor="1" style="clear:left; float:left;margin-right:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="320" width="252" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAueCVu8G6mc4pX_8ZWsKESTDh3aO-tVW3DeQ9eiHh0IuDRlWRqVjGRwEGFLkkQh54Wr3OocQ9Cfx_NKSjwCHNphdnrCco-QMdJ0w5Swj5XlAsygMNpDwywAkGTqwFoXpUWJDVFF5HKI0e/s320/2909977888cb554420cbd29aef2669980f1faeb.jpg" /></a><br /><br />Aku menginap di hotel murah, Hotel Melati II, di Sekitar Alun-alun kota Bandung. Murah tapi bersih. Meskipun demikian kalau malam cukup berisik. Aku sudah telusuri tempat-tempat gituan, antara lain di Saritem dan Stasiun. Tapi WTS-nya tidak ada yang menarik perhatianku. Lalu, aku pergi makan di Mc Donal BIP. Eh, saat sedang asyik-asyiknya makan, tiba-tiba pandanganku bertatapan dengan seorang wanita setengah baya. Setelah kuperhatikan, ya ampun ternyata Tante Susan. Mungkin sudah sepuluh tahun aku tidak pernah ketemu. Waktu itu aku masih kecil.<br />“Apa kabar, Tante!”, sapaku sambil mendekat.<br />Akhirnya aku makan semeja dengan Tante Susan yang kebetulan juga sedang sendiri. Tante Susan hampir lupa melihatku.<br />“Maklum, kamu sekarang sudah besar”, kata Tante Susan.<br />Begitu tante tahu aku menginap di hotel, langsung saja ditawari menginap di rumahnya. Katanya di rumahnya tidak ada orang, kedua anaknya sedang studi di Perancis dan Jerman.<br /><br />Yah, kupikir-pikir aku bisa menghemat uang. Aku tentu saja menyetujui ajakannya. Hari itu juga aku langsung pindah ke rumah Tante Susan. Aku diberi sebuah kamar depan. Cukup bersih dan mewah. Rumahnya di kawasan Dago Atas. Sebenarnya Tante tinggal bersama Om, tetapi Om sedang berada di negeri Paman Sam untuk mengambil gelar Doctor di Universitas Harvard. Maklum Om-ku dosen salah satu perguruan tinggi swasta di Bandung dan Jakarta. Malam itu aku tidur sangat lelap sekali. Maklum capek!<br /><br />Hari kedua aku baru tahu, ternyata paviliun sebelah digunakan untuk terima kost, dua orang mahasiswa, yang satu mahasiswa fakultas teknik namanya Mas Ary sedangkan yang satunya mahasiswa fakultas ekonomi, namanya Mas Yudi. Kata tante, lumayan buat tambah-tambah uang belanja. Tante ternyata juga pembantu wanita, Teh (Teh atau Teteh bahasa Sunda untuk Mbak) Mimin namanya. Wah, ya cukup banyak orang.<br /><br />Siang harinya tidak ada kejadian yang menarik. Sepulang dari Maribaya dan Tangkuban Parahu terus tidur sampai sore. Setelah makan malam terus ke kamar tidur nonton TV sambil tidur-tiduran. Tidak terasa, jam di dinding telah menunjukkan pukul 24.00. Akhirnya TV kumatikan. Lampu kamar yang terang benderang kumatikan dan kuganti lampu tidur lima watt warna biru. Sepi sekali suasananya.<br /><br />Namun, di tengah suasana yang sepi itu, kok aku rasa-rasanya mendengar ada orang bicara bisik-bisik? Mungkinkah pencuri? Karena penasaran, aku bangun pelan-pelan. Aku mengintip keluar melalui jendela, ternyata tidak ada siapa-siapa.<br />Ah, kok sepertinya dari kamar tante. Akupun mengambil kursi dan kuletakkan di dekat tembok. Di atas tembok ada lubang angin-angin kecil sekali, itupun tertutup karton. Karena penasaran, aku mengambil jarum dan membuat lubang kecil di karton itu. Setelah lubangnya lumayan, aku coba mengintip.<br /><br />“Wow.., malam-malam begini mau ngapain tuh Mas Ary, si anak kost?”, pikirku sambil memperhatikan. Tante dan Mas Ary tampak duduk berdua di tempat tidur. Walaupun kamar Tante Susan memakai lampu lima watt, namun mataku masih sanggup melihat dengan jelas.<br />Uh, mau ngapain Mas Ary?, Kulihat sebentar-sebentar mencium pipi Tante Susan, kulihat Tante Susan tersenyum. Dan kemudian dengan tenangnya Mas Ary mulai membuka baju Tante Susan dan tinggal mengenakan BH.<br /><br />Kuakui, tanteku memang masih tergolong muda, belum berusia 40 tahun. Tubuhnya montok, kulitnya putih, wajahnya mirip Dessy Ratnasari. Rambutnya pendek model Lady Diana, tubuhnya langsing. Tak lama kemudian Mas Ary melepas BH tanteku.<br />Duh.., ternyata montok sekali. Diam-diam aku mulai terangsang. Burungku mulai membesar. Aku tetap berdiri ddengan tenang di atas kursi.<br /><br />Berikutnya kulihat Tante Susan ganti melepaskan baju Mas Ary. Satu persatu kancing bajunya dilepas, akhirnya bajunya dilempar ke lantai. Boleh juga tubuh Mas Ary, tegap dan atletis. Wow.., mereka kemudian saling cium bibir. Saling mengelus punggung. Sebentar-sebentar tangan Mas Ary meremas-remas payudara Tante Susan. Beberapa menit kemudian kulihat Mas Ary membuka ritsluiting rok yang dipakai tanteku, kemudian dilepasnya rok itu sehingga tanteku cuma memakai celana dalam saja. Adegan berikut tanteku ganti membuka kancing celana Mas Ary, dilepasnya satu persatu, kemudian ditariknya sehingga lepas dan tinggal celana dalamnya saja.<br /><br />Lagi-lagi keduanya berpelukan lagi dan berciuman mesra sekali. Kemudian Mas Ary mencium leher Tanteku, lalu payudaranya, lalu perutnya, lalu pahanya. Dan kemudian tangannya memelorotkan celana dalam Tanteku. Lepas!, Kemudian diletakkan di kursi. Tahap berikutnya Mas Ary membuka sendiri celana dalamnya. Kulihat penis Mas Ary besar dan panjang seperti punyanya orang Arab. Jantungku berdetak keras sekali. Bahkan penisku ikut-ikutan menjadi keras. Apalagi melihat keduanya kemudian sama-sama dalam posisi berdiri, saling berpelukan, lagi-lagi saling berciuman.<br /><br />Sekitar tiga menit kemudian dengan posisi berdiri, Mas Ary memasukkan ujung penisnya ke lubang kemaluan tanteku. Sesudah itu mereka berpelukan rapat sekali sambil menggoyang-goyang pinggul masing-masing. Cukup lama. Akhirnya kulihat mereka berdua sudah saling orgasme. Hal ini terlihat karena mereka membuat gerakan yang cukup agresif sekali. Walaupun samar-samar, kudengar suara uh.., uh.., uh.., dari mulut Tante Susan. Sialnya, tak terasa akupun mengalami orgasme, celana dalamku menjadi basah, apa boleh buat.<br /><br />Adegan berikutnya dilakukan seperti biasa, yaitu tante berada di tempat tidur dengan posisi di bawah dan Mas Ary di atas. Apa yang kulihat memang benar-benar mengasyikkan. Maklum, baru sekali itu aku melihat dengan mata kepala sendiri adegan seks yang dilakukan orang lain.<br /><br />Esok harinya aku bersikap biasa-biasa saja seolah-olah tidak ada kejadian apa-apa. Kulihat Tante juga bersikap biasa-biasa saja. Makan pagi bersama. Sesudah itu aku pergi ke Pangalengan sekedar rekreasi.<br /><br />Sore harinya aku sudah sampai di rumah lagi. Seperti kemarin, sore-sore pembantu tante menyediakan teh manis dan roti. Kulihat, pembantu Tante Susan yang namanya Teh Mimin ini tergolong seksi juga. Umurnya kira-kira sama dengan umurku, yaitu sekitar 19 tahun. Terus terang, nafsuku jadi bangkit melihat buah dadanya yang montok itu. Kata tanteku Teh Mimin sudah punya anak, tapi ditinggal di desanya, dirawat neneknya. Tiap hari Kamis pasti pulang ke kampung untuk menengok anaknya.<br /><br />Malamnya aku tidak bisa tidur. Sebentar-sebentar aku mengintip kamar tanteku. Namun hingga pukul 24.00 ternyata tidak ada kejadian apa-apa. Akhirnya aku tidur pulas.<br /><br />Sekitar pukul 10:15 aku menuju ke terminal Ledeng. Aku kepingin melihat obyek pariwisata Ciater. Eh.., ternyata aku ketemu Teh Mimin.<br />“Mau kemana Teh”, tanyaku.<br />“Ke Subang.., nengok anak Mas..”.<br />“Wah, sama-sama aja, deh..”, ajakku.<br />Ternyata ya lancar-lancar saja. Aku duduk berdua dengan Teh Mimin. Akhirnya aku mencari-cari alasan untuk ditemani di Ciater, soalnya aku belum hafal kota Bandung. Karena hari masih siang, akhirnya mau juga Teh Mimin menemani aku. Walaupun gadis desa, tapi Teh Mimin sempat mengecap bangku SLTP hingga lulus. Cara berpakaiannya pun tergolong rapi seperti pelajar-pelajar pada umumnya.<br /><br />Sampai di Ciater aku menyewa salah satu bungalow dengan alasan ingin istirahat. Kebetulan rumah Teh Mimin tidak begitu jauh dari bungalow tempatku istirahat. Aku cari-cari alasan lagi. Aku bilang, di Ciater tidak ada yang jualan nasi goreng, kalau tidak keberatan aku minta Teh Mimin nanti malam mengantarkan nasi goreng. Ternyata Teh Mimin tak keberatan. Ya begitulah, tanpa rasa curiga sedikitpun, sekitar pukul 19.00 Teh Mimin telah berada di bungalowku mengantarkan nasi goreng. Kuajak ngobrol ngalor-ngidul tentang apa saja.<br /><br />Akhirnya obrolanku agak nyenggol-nyenggol dikit tentang seks. Teh Mimin bilang sudah lama tidak melakukannya karena suaminya sudah tiga bulan ini impoten akibat kecelakaan sepeda motor. “Nah.., ini dia yang kucari”, pikirku.<br />Sengaja memang aku ngobrol terus sehingga tanpa terasa telah pukul 21.30. Ketika Teh Mimin pamit pulang, akupun bilang, lebih baik jangan pulang karena malam-malam begini banyak orang iseng atau orang jahat.<br />“Tidur aja di sini Teh, kan ada dua kamar. Teh Mimin di kamar sebelah, saya di sini”, kataku.<br />Setelah kubujuk habis-habisan akhirnya Teh Mimin mau juga tinggal di kamar sebelah.<br /><br />Kira-kira pukul 24.00 aku mengendap-endap berjalan pelan menuju ke kamar Teh Mimin.<br />“Kok, belum tidur?”, tanyaku pelan sambil menutup pintu.<br />“Dingin Mas udara Ciater”, katanya sambil tetap telentang di tempat tidur sambil memegangi selimut yang menutupi tubuhnya.<br />“Aku juga kedinginan”, kataku.<br />Entahlah, sepertinya sudah saling membutuhkan. Ketika aku merebahkan tubuhku di sampingnya, Teh Mimin diam saja. Akupun menarik selimutnya sehingga kami berdua berada di dalam satu selimut. Untuk menghilangkan rasa dingin kupeluk Teh Mimin. Ternyata diam saja. Begitu juga ketika kuraba-raba payudaranya yang montok ternyata juga diam saja.<br /><br />Akhirnya dengan mudah aku bisa melepaskan baju, BH, rok dan celana dalamnya. Hanya dalam waktu beberapa detik saja kami berdua sudah dalam keadaan bugil tanpa sehelai benangpun. Meskipun demikian kami masih di dalam satu selimut. Begitulah, tanpa hambatan, malam itu aku dengan mudah bisa menyetubuhi Teh Mimin hingga dua kali. Tampaknya Teh Mimin mengalami orgasme hingga dua kali.<br />“Terima kasih Mas, Sudah lama aku nggak merasakan yang begini-begini.., Suamiku sudah nggak sanggup lagi”, bisiknya sambil mencium bibirku.<br /><br />Esok pagi subuh, Teh Mimin kembali pulang ke rumahnya. Sedangkan aku kembali ke Bandung agak sorenya. Maklum aku masih ingin menikmati pemandangan sekitar perkebunan teh di Ciater.<br /><br />Sore harinya aku sampai di Bandung dan sikapku biasa-biasa saja terhadap Teh Mimin, seolah-olah tidak ada kejadian apa-apa. Lagipula aku juga pesan agar Teh Mimin tidak usah cerita kepada siapa-siapa. nggak enak kalau sampai Tante Susan tahu. Begitulah. Tak terasa malam telah tiba lagi dan waktu tidurpun telah menyongsong.<br /><br />Pukul 24.00, Seperti biasa lampu kamar kumatikan dan kugantikan lampu tidur lima watt. Eh.., lagi-lagi aku mendengar orang bisik-bisik. Pasti di kamar Tante Susan. Akupun dengan pelan-pelan mengambil kursi dan mulai mengintip dari lubang kecil yang kemarin kubuat. Kali itu aku agak terkejut. Ternyata kali itu bukan Mas Ary, tetapi Mas Budi. Wah, Tanteku ternyata tergolong hyperseks. Malam itu seperti kemarin-kemarin juga. Mas Budi kulihat menyetubuhi tanteku dengan berbagai posisi. Bahkan sempat kulihat Tante Susan berada di posisi atas. Gila!, lagi-lagi aku mengalami orgasme sendirian. “Creet.., creet.., cret”, celana dalamku basah lagi. Terpaksa aku harus ganti celana dalam. Dalam hati, diam-diam aku membayangkan betapa nikmatnya jika aku bisa menyetubuhi tanteku sendiri. Memang ini merupakan penyimpangan. Tapi, ya apa salahnya, toh tanteku mau dengan Mas Ary dan Mas Budi. Tapi apa mau dengan aku? Semalaman aku tidak bisa tidur karena mencari strategi supaya aku bisa meniduri Tante Susan.<br /><br />Apa yang pernah dikatakan Teh Mimin di Ciater memang benar. Tiap hari Sabtu Mas Ary dan Mas Budi pulang ke Jakarta. Sehingga hari Sabtu itu cuma ada aku, Teh Mimin dan Tante Susan. Aku pusing setengah mati mencari strategi untuk merayu Tante Susan, namun belum ketemu-ketemu juga jalan keluarnya. Namun, akhirnya aku punya ide.<br /><br />“Tante suka nonton?, Kebetulan hari ini hari ulang tahun Ryan”, kataku di pintu kamarnya Tante Susan. Tante waktu itu sedang merapikan rambutnya di depan kaca.<br />“Ah.., Tante nggak tahu kalau kamu ulang tahun. Selamat Ya”, ujar Tante sambil menuju ke tempatku. Dijabatnya tanganku, “Happy Birthday, mau traktir Tante, nih..”.<br />“Ya, kalau Tante nggak keberatan”, ujarku penuh harap.<br />Ternyata pancinganku berhasil. Malam itu aku nonton bioskop yang pukul 21.00, soalnya mau nonton yang pukul 19.00 sudah ketinggalan karena jam telah menunjukkan pukul 20.00.<br /><br />Pulang nonton sekitar pukul 23.00 Sampai di rumah, Tante Susan nggak bisa masuk ke kamarnya.<br />“Aduh, tadi aku taruh di mana ya kunci kamarku?”, kata Tante sambil mondar-mandir.<br />“Waduh, nggak tahu Tante. Tadi ditaruh di mana?”, jawabku bohong. Padahal, sebelum berangkat, pada waktu Tante Susan ke kamar mandi sebentar, kunci kamar yang digelatakkan di dekat meja telepon sempat kusembunyikan di bawah kursi.<br />Akupun pura-pura membantunya mencari. Sekitar setengah jam nggak ketemu, akhirnya aku bilang, “Tidur aja di kamar Ryan, Tante. Biar Ryan tidur di kursi tamu saja..”.<br />Mungkin karena sudah capek, akhirnya Tante Susan tidak punya pilihan lain, akhirnya tidur di kamarku dan aku tidur di kursi tamu. Namun sekitar setengah jam, aku masuk ke kamar.<br /><br />“Di luar dingin Tante, boleh tidur di sini saja? Nggak apa-apa khan?”, tanyaku.<br />“Oo, silakan..”, jawab Tante.<br />Akupun merebahkan tubuhku di samping tubuh Tante Susan. Jantungku berdetak keras, otakku terus mencari strategi berikut .Gimana nih cara memulainya? Susah juga!<br />“Aduh, Tante kalau tidur kok membelakangi saya”, kataku pelan.<br />“Oh ya, maaf.Kebiasaan sih..”, Tanteku membalikkan badannya, miring menghadap ke arahku.<br />Seolah-olah tidak sengaja, tanganku menyenggol payudara Tante.<br />“Maaf Tante, nggak sengaja..”.<br />“Ah.., nggak apa-apa”.<br />“Maaf Tante, payudara Tante indah sekali”, pancingku.<br />Kulihat Tanteku membuka matanya dan tersenyum.<br />“Boleh saya memegangnya Tante?”, bisikku, “Soalnya seumur hidup saya belum pernah melihat payudara seindah ini”, rayuku.<br />“Ah, boleh-boleh saja..”.<br /><br />Akupun dengan tangan gemetaran memegang payudara tanteku.<br />“Aduh, tangan saya gemetaran Tante. Maklum, belum pernah”, pancingku lagi. Makin lama aku makin berani. Tanganku menyusup ke BH-nya.<br />“Boleh saya buka BH-nya Tante?”, tanyaku penuh harap setengah berbisik.<br />Tak ada jawaban. Akupun memberanikan diri melepas kancing baju Tanteku satu persatu dan akhirnya aku berhasil melepas BH Tanteku dengan mudah. Tampaklah payudara yang montok padat berisi. Akupun meremas-remasnya. Lama kelamaan, tampaknya tanteku mulai terangsang, nafasnya panjang-panjang. Diciumnya keningku, pipiku lantas bibirku. Kulihat Tante mulai membuka kancing bajuku satu persatu dan akhirnya aku tanpa baju.<br /><br />“Tante, saya belum pernah..”, bisikku pelan. Tentu saja aku berbohong.<br />“Nggak apa-apa, nanti Tante ajarin..”.<br />Begitulah, beberapa menit kemudian Tanteku melepas celanaku dan akhirnya celana dalamku. Begitu juga, Tante melepas sendiri rok dan celana dalamnya. Kami berdua sudah dalam keadaan telanjang bulat.<br />“Tante, aku belum bisa..”, aku berbohong lagi.<br />“Nanti Tante ajarin..”, bisiknya.<br />Begitulah, akhirnya keinginanku untuk menggeluti Tante Susan telah berhasil. Malam itu aku bermain hingga mengalami orgasme dua kali. Demikian juga, Tante Susan juga dua kali mengalami orgasme.<br />“Ah, Ryan!, Kamu telah membohongi Tante! Ternyata kamu jagoan! Tante puas..!”, bisik Tanteku sambil menuju ke kamar mandi. Malam itu aku dan Tante tidur berdua telanjang bulat di bawah satu selimut sampai pagi hari.<br /><br />Hari Minggu ini sepi. Mas Ary dan Mas Budi belum pulang. Kata tante, mereka berdua biasanya pulang ke tempat kost hari Senin pagi. Yang ada cuma Teh Mimin, sementara itu tiap Minggu pagi Tante mengikuti senam aerobik dan disambung arisan RT/RW. Katanya, Tante akan pulang agak sore. Ya, daripada nggak ada acara, akhirnya aku menuju ke dapur. Kulihat Teh Mimin sedang mempersiapkan makan siang. Kulihat Teh Mimin tersenyum penuh arti. Tanpa basa-basi, kupeluk Teh Mimin dan kutarik ke kamarnya. Begitulah, tanpa halangan yang berarti, aku dan Teh Mimin hari itu bersuka cita menikmati hari Minggu yang sepi. Di kamar Teh Mimin yang ukurannya kecil itu, di tempat tidur tanpa kasur, untuk yang kedua kalinya aku menggeluti Teh Mimin. Lagi-lagi Teh Mimin mengucapkan terima kasih karena aku telah berkali-kali memberikan kepuasan batin yang selama beberapa bulan ini tidak pernah dilakukan suaminya.<br /><br />Malam harinya, Tante Susan mendatangi kamarku dan mengajak begituan lagi. Ya, kapan lagi. Tanteku tergolong masih muda, cantik, seksi. Kami berdua benar-benar memperoleh kepuasan lahir dan batin.<br /><br /><a href="http://www.donkeymails.com/pages/index.php?refid=mashermawan"><img style="width: 262px; height: 60px;" src="http://www.donkeymails.com/images/banner5.gif" alt="DonkeyMails.com: No Minimum Payout" border="0" /></a> <a href="http://www.easyhits4u.com/?ref=agenmodem"><img style="width: 263px; height: 60px;" src="http://static.easyhits4u.com/img/banners/468x60_13.gif" alt="Popular 1:1 Traffic Exchange" border="0" /></a> </div>CowokMLghttp://www.blogger.com/profile/08999633505345466529noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-3874674043945495181.post-40403437527798456182012-06-12T05:15:00.000-07:002012-07-25T10:15:38.366-07:00Selingkuh itu nikmatAku tinggal di kompleks perumahan BTN di Jakarta. Suamiku termasuk orang yang selalu sibuk. Sebagai arsitek swasta, tugasnya boleh dibilang tidak kenal waktu. Walaupun dia sangat mencintaiku, bahkan mungkin memujaku, aku sering kesepian. Aku sering sendirian dan banyak melamun membayangkan betapa hangatnya dalam sepi itu Mas Adit, begitu nama suamiku, ngeloni aku. Saat-saat seperti itu membuat libidoku naik. Dan apabila aku nggak mampu menahan gairah seksualku, aku ambil buah ketimun yang selalu tersedia di dapur. Aku melakukan masturbasi membayangkan dientot oleh seorang lelaki, yang tidak selalu suamiku sendiri, hingga meraih kepuasan.<br /><br />Yang sering hadir dalam khayalan seksualku justru Pak Parno, Pak RT di kompleks itu. Walaupun usianya sudah di atas 55 tahun, 20 tahun di atas suamiku dan 27 tahun di atas umurku, kalau membayangkan Pak Parno ini, aku bisa cepat meraih orgasmeku. Bahkan saat-saat aku bersebadan dengan Mas Aditpun, tidak jarang khayalan seksku membayangkan seakan Pak Parnolah yang sedang menggeluti aku. Aku nggak tahu kenapa. Tetapi memang aku akui, selama ini aku selalu membayangkan kemaluan lelaki yang gedee banget. Nafsuku langsung melonjak kalau khayalanku nyampai ke sana. Dari tampilan tubuhnya yang tetap kekar dan kokoh walaupun tua, aku bayangkan kontol Pak Parno juga kekar dan kokoh. Gede, panjang dan pasti tegar dilingkari dengan urat-urat di sekeliling batangnya. Ooohh.., betapa nikmatnya dientot kontol macam itu ..<br /><div class="fullpost"><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyZYN6Ie_TqhMP4tRyYRGI1qyTSIU7uCaYj6_db6u17G4l4UW07iVulUXHFEIMWhVewM58otFX3p8VG2YTBGOjwJVLBpZWsCqkAoMS8c8GA_7Kpv0RKn3615EYTZoC1CuGyDcpXM5M62Ja/s1600/4851377_martisha_2089.jpg" imageanchor="1" style="clear:left; float:left;margin-right:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="320" width="211" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyZYN6Ie_TqhMP4tRyYRGI1qyTSIU7uCaYj6_db6u17G4l4UW07iVulUXHFEIMWhVewM58otFX3p8VG2YTBGOjwJVLBpZWsCqkAoMS8c8GA_7Kpv0RKn3615EYTZoC1CuGyDcpXM5M62Ja/s320/4851377_martisha_2089.jpg" /></a><br /><br />Di kompleks itu, di antara ibu-ibu atau istri-istri, aku merasa akulah yang paling cantik. Dengan usiaku yang 28 tahun, tinggi 158 cm dan berat 46 kg, orang-orang bilang tubuhku sintal banget. Mereka bilang aku seperti Sarah Ashari, selebrity cantik yang binal adik dari Ayu Ashari bintang sinetron. Apalagi kalau aku sedang memakai celana jeans dengan blus tipis yang membuat buah dadaku yang cukup besar membayang. Hatiku selangit mendengar pujian mereka ini..<br /><br />Pada suatu ketika, tetangga kami punya hajatan, menyunatkan anaknya. Biasa, kalau ada tetangga yang punya kerepotan, kami se-RT rame-rame membantu. Apa saja, ada yang di dapur, ada yang ngurus pelaminan, ada yang bikin hiasan atau menata makanan dan sebagainya. Aku biasanya selalu kebagian bikin pelaminan. Mereka tahu aku cukup berbakat seni untuk membuat dekorasi pelaminan itu. Mereka selalu puas dengan hasil karyaku.<br /><br />Aku menggunakan bahan-bahan dekorasi yang biasanya aku beli di Pasar Senen. Pagi itu ada beberapa bahan yang aku butuhkan belum tersedia. Di tengah banyak orang yang pada sibuk macam-macam itu, aku bilang pada Mbak Surti, yang punya hajatan, untuk membeli kekurangan itu.<br /><br />‘Kebetulan Bu Mar, tuh Pak Parno mau ke Senen, mbonceng saja sama dia’, Bu Kasno nyampaikan padaku sambil nunjuk Pak Parno yang nampak paling sibuk di antara bapak-bapak yang lain.<br />‘Emangnya Pak Parno mau cari apaan?, aku nanya.<br />‘Inii, mau ke tukang tenda, milih bentuk tenda yang mau dipasang nanti sore. Sama sekalian sound systemnya’, Pak Parno yang terus sibuk menjawab tanpa menengok padaku.<br />‘Iyaa deh, aku pulang bentar ya Pak Parno, biar aku titip kunci rumah buat Mas Adit kalau pulang nanti’. Segalanya berjalan seperti air mengalir tanpa menjadikan perhatian pada orang-orang sibuk yang hadir disitu.<br /><br />Sekitar 10 menit kemudian, dengan celana jeans dan blus kesukaanku, aku sudah duduk di bangku depan, mendampingi Pak Parno yang nyopirin Kijangnya. Udara AC di mobil Pak Parno nyaman banget sesudah sepagi itu diterpa panasnya udara Jakarta. Pelan-pelan terdengar alunan dangdut dari radio Mara yang terdapat di mobil itu.<br /><br />Saat itu aku jadi ingat kebiasaanku mengkhayal. Dan sekarang ini aku berada dalam mobil hanya berdua dengan Pak Parno yang sering hadir sebagai obyek khayalanku dalam hubungan seksual. Tak bisa kutahan, mataku melirik ke arah selangkangan di bawah kemudi mobilnya. Dia pakai celana drill coklat muda. Aku lihat di arah pandanganku itu nampak menggunung. Aku nggak tahu apakah hal itu biasa. Tetapi khayalanku membayangkan itu mungkin kontolnya yang gede dan panjang.<br /><br />Saat aku menelan ludahku membayangkan apa di balik celana itu, tiba-tiba tangan Pak Parno nyelonong menepuk pahaku. ‘Dik Marini mau beli apaan? Di Senen sebelah mana?’, sambil dia sertai pertanyaan ini dengan nada ke-bapak-an.<br />Dan aku bener-bener kaget lho. Aku nggak pernah membayangkan Pak RT ini kalau ngomong sambil meraba yang di ajak ngomong.<br />‘Kertas emas dan hiasan dinding, Pak. Di sebelah toko mainan di pasar inpress ituu..’, walaupun jantungku langsung berdegup kencang dan nafasku terasa sesak memburu, aku masih berusaha se-akan-akan tangan Pak Parno di pahaku ini bukan hal yang aneh.<br />Tetapi rupanya Pak Parno nggak berniat mengangkat lagi tangannya dari pahaku, bahkan ketika dia jawab balik, ‘Ooo, yyaa.. aku tahu ..’, tangannya kembali menepuk-nepuk dan digosok-gosokkanya pada pahaku seakan sentuhan bapak yang melindungi anaknya.<br /><br />Ooouuiihh.. aku merasakan kegelian yang sangat, aku merasakan desakan erotik, mengingat dia selalu menjadi obyek khayalan seksualku. Dan saat Pak Parno merabakan tangannya lebih ke atas menuju pangkal pahaku, reaksi spontanku adalah menurunkan kembali ke bawah. Dia ulangi lagi, dan aku kembali menurunkan. Dia ulangi lagi dan aku kembali menurunkan. Anehnya aku hanya menurunkan, bukan menepisnya. Yang aku rasakan adalah aku ingin tangan itu memang tidak diangkat dari pahaku. Hanya aku masih belum siap untuk lebih jauh. Nafasku yang langsung tersengal dan jantungku yang berdegap-degup kencang belum siap menghadapi kemungkinan yang lebih menjurus.<br /><br />Pak Parno mengalah. Tetapi bukan mengalah bener-bener. Dia tidak lagi memaksakan tangannya untuk menggapai ke pangkal pahaku, tetapi dia rubah. Tangan itu kini meremasi pahaku. Gelombang nikmat erotik langsung menyergap aku. Aku mendesah tertahan. Aku lemes, tak punya daya apa-apa kecuali membiarkan tangan Pak Parno meremas pahaku. ‘Dik Maarr..’, dia berbisik sambil menengok ke aku.<br /><br />Tiba-tiba di depan melintas bajaj, memotong jalan. Pak Parno sedikit kaget. Otomatis tangannya melepas pahaku, meraih presnelling dan melepas injakan gas. Kijang ini seperti terangguk. Sedikit badanku terdorong ke depan. Selepas itu tangan Pak Parno dikonsentrasikan pada kemudi. Jalanan ke arah Senen yang macet membuat sopir harus sering memindah presnelling, mengerem, menginjak gas dan mengatur kemudi. Aku senderkan tubuhku ke jok. Aku nggak banyak ngomong. Aku kepingin tangan Pak Parno itu kembali ke pahaku. Kembali meremasi. Dan seandainya tangan itu merangkak ke pangkal pahaku akan kubiarkan. Aku menjadi penuh disesaki dengan birahi. Mataku kututup untuk bisa lebih menikmati apa yang barusan terjadi dan membiarkan pikiranku mengkhayal.<br /><br />Benar. Sesudah jalanan agak lancar, tangan Pak Parno kembali ke pahaku. Aku benar-benar mendiamkannya. Aku merasakan kenikmatan jantungku yang terpacu dan nafasku yang menyesak dipenuhi rangsangan birahi. Langsung tangan Pak Parno meremasi pahaku. Dan juga naik-naik ke pangkal pahaku. Tanganku menahan tangannya. Eeeii malahan ditangkapnya dan diremasinya. Dan aku pasrah. Aku merespon remasannya. Rasanya nikmat untuk menyerah pada kemauan Pak Parno. Aku hanya menutup mata dengan tetap bersender di jok sambil remasan di tangan terus berlangsung.<br /><br />Sekali aku nyeletuk,<br />‘N’tar dilihat orang Pak’,<br />‘Ah, nggaakk mungkin, kacanya khan gelap. Orang nggak bisa melihat ke dalam’, aku percaya dia.<br />Sesudah beberapa saat rupanya desakan birahi pada Pak Parno juga menggelora,<br />‘Dik Mar.. kita jalan-jalan dulu mau nggak?’, dia berbisik ..<br />‘Kemana..?’, pertanyaanku yang aku sertai harapan hatiku ..<br />‘Ada deh.. Pokoknya Dik Mar mau khan..’.<br />‘Terserah Pak Parno.., Tapinya n’tar ditungguin orang-orang .., n’tar orang-orang curiga .. lho’.<br />‘Iyaa, jangan khawatirr.., paling lama sejamlah.’, sambil Pak Parno mengarahkan kemudinya ke tepi kanan mencari belokan ke arah balik. Aku nggak mau bertanya, mau ngapain ‘sejam’??<br /><br />Persis di bawah jembatan penyeberangan dekat daerah Galur, Pak Parno membalikkan mobilnya kembali menuju arah Cempaka Putih. Ah.. Pak Parno ini pasti sudah biasa begini. Mungkin sama ibu-ibu atau istri-istri lainnya. Aku tetap bersandar di jok sambil menutup mataku pura-pura tiduran. Dengan penuh gelora dan deg-degan jantungku, aku menghadapi kenyataan bahwa beberapa saat lagi, mungkin hanya dalam hitungan menit, akan mengalami saat-saat yang sangat menggetarkan. Saat-saat seperti yang sering aku khayalkan. Aku nggak bisa lagi berpikir jernih. Edan juga aku ini.., apa kekurangan Mas Adit, kenapa demikian mudah aku menerima ajakan Pak Parno ini. Bahkan sebelumnya khan belum pernah sekalipun selama 8 tahun pernikahan aku disentuh apalagi digauli lelaki lain.<br /><br />Yang aku rasakan sekarang ini hanyalah aku merasa aman dekat Pak Parno. Pasti dia akan menjagaku, melindungiku. Pasti dia akan mengahadpi aku dengan halus dan lembut. Bagaimanapun dia adalah Pak RT kami yang selama ini selalu mengayomi warganya. Pasti dia nggak akan merusak citranya dengan perbuatan yang membuat aku sakit atau terluka. Dan rasanya aku ingin banget bisa melayani dia yang selama ini selalu jadi obyek khayalan seksualku. Biarlah dia bertindak sesuatu padaku sepuasnya. Dan juga aku ingin merasakan bagaimana dia memuaskan aku pula sesuai khayalanku.<br />Agu gemetar hebat. Tangan-tanganku gemetar. Lututku gemetar. Kepalaku terasa panas. Darah yang naik ke kekepalaku membuat seakan wajahku bengap. Dan semakin kesana, semakin aku nggak bisa mencabut persetujuanku atas ajakan ‘jalan-jalan dulu’ Pak Parno ini.<br /><br />Tiba-tiba mobil terasa membelok ke sebuah tempat. Ketika aku membuka mata, aku lihat halaman yang asri penuh pepohonan. Di depan mobil nampak seorang petugas berlarian menuntun Pak Parno menuju ke sebuah garasi yang terbuka. Dia acungkan tangannya agar Pak Parno langsung memasuki garasi berpintu rolling door itu, yang langsung ditutupnya ketika mobil telah yakin berada di dalam garasi itu dengan benar. Sedikit gelap. Ada cahaya kecil di depan. Ternyata lampu di atas sebuah pintu yang tertutup. Woo.. aku agak panik sesaat. Tak ada jalan untuk mundur. Kemudian kudengar Pak Parno mematikan mesin mobilnya.<br /><br />‘Nyampai Dik Mar ..’,<br />‘Di mana ini Pak ..?’, terus terang aku nggak tahu di mana tempat yang Pak Parno mengajak aku ini. Tetapi aku yakin inilah jenis ‘motel’ yang sering aku dengar dari temen-temen dalam obrolan-obrolan porno dalam arisan yang diselenggarakan ibu-ibu kompleks itu.<br />Pak Parno tidak menjawab pertanyaanku, tetapi tangannya langsung menyeberang melewati pinggulku untuk meraih setelan jok tempat dudukku. Jok itu langsung bergerak ke bawah dengan aku tergolek di atasnya. Dan yang kurasakan berikutnya adalah bibir Pak Parno yang langsung mencium mulutku dan melumat. Uh uh uh .. Aku tergagap sesaat.. sebelum aku membalas lumatannya. Kami saling melepas birahi. Aku merasakan lidahnya menyeruak ke rongga mulutku. Dan reflekku adalah mengisapnya. Lidah itu menari-nari di mulutku. Bau lelaki Pak Parno menyergap hidungku. Beginilah rasanya bau lelaki macam Pak Parno ini. Bau alami tanpa parfum sebagaimana yang sering dipakai Mas Adit. Bau Pak RT yang telah 55 tahun tetapi tetap memancarkan kelelakian yang selama ini selalu menyertai khayalanku saat masturbasi maupun saat aku disebadani Mas Adit. Bau yang bisa langsung menggebrak libidoku, sehingga nafsu birahiku lepas dengan liarnya saat ini..<br /><br />Sambil melumat, tangan-tangan Pak Parno juga merambah tubuhku. Jari-jarinya melepasi kancing-kancing blusku. Kemudian kurasakan remasan jari kasar pada buah dadaku. Uuiihh .. tak tertahankan. Aku menggelinjang. Menggeliat-geliat hingga pantatku naik-naik dari jok yang aku dudukin disebabkan gelinjang nikmat yang dahsyat. Sekali lagi aku merasa edaann .. aku digeluti Pak RT ku.<br /><br />Bibir Pak Parno melumatku, dan aku menyambutnya dengan penuh kerelaan yang total. Akulah yang sesungguhnya menantikan kesempatan macam ini dalam banyak khayalan-khayalan erotikku. Ohh .. Pak Parnoo .. Tolongin akuu Pakee .. Puaskanlah menikmati tubuhkuu ..Paak, .. semua ini untuk kamu Paak .. Aku hauss .. Paak .. Tulungi akuu Paakk.<br /><br />‘Kita turun yok Dik Mar .., kita masuk dulu ..’, Pak Parno menghentikan lumatannya dan mengajak aku memasuki motel ini.<br />Begitu masuk kudengar telpon berdering. Rupanya dari kantor motel itu. Pak Parno menanyakan aku mau minum apa, atau makanan apa yang aku inginkan yang bisa diantar oleh petugas motel ke kamar. Aku terserah Pak Parno saja. Aku sendiri buru-buru ke kamar kecil yang tersedia. Aku kebelet pengin kencing.<br /><br />Saat kembali ke peraduan kulihat Pak Parno sudah telentang di ranjang. Agak malu-malu aku masuk ke kamar tidur ini, apalagi setelah melihat sosok tubuh Pak Parno itu. Dia menatapku dari ekor matanya, kemudian memanggil, ‘Sini Dik Mar .. ‘, uh uh .. Omongan seperti itu .. masuk ketelingaku pada saat macam begini ..aku merasakan betapa sangat terangsang seluruh syaraf-syaraf libidoku. Aku, istri yang sama sekali belum pernah disentuh lelaki lain kecuali suamiku, hari ini dengan edannya berada di kamar motel dengan seseorang, yaitu Pak Parno, yang Pak RT kompleks rumahku, yang bahkan jauh lebih tua dari suamiku, bahkan hampir 2 kali usiaku sendiri. Dan panggilanya yang ..’Sini Dik Mar’, itu .. terasa sangat erotis di telingaku.<br /><br />Aku inilah yang disebut istri nyeleweng. Aku inilah istri yang selingkuh..uh uh uh .. Kenapa begitu dahsyat birahi yang melandaku kini. Birahi yang didongkrak oleh pengertiannya akan makna selingkuh dan aku tetap melangkah ke dalamnya. Birahi yang dibakar oleh pengertian nyeleweng dan aku terus saja melanggarnya. Uhh .. aku nggak mampu menjawab semuanya kecuali rasa pasrah yang menjalar .. Dan saat aku rubuh ke ranjang itu, yang kemudian dengan serta merta Pak Parno menjemputku dengan dekapan dan rengkuhan di dadanya, aku sudah benar-benar tenggelam dalam pesona dahsyatnya istri yang nyeleweng dan selingkuh, yang menunggu saat-saat lanjutannya yang akan dipenuhi kenikmatan dan gelinjang yang pasti sangat hebat bagi istri penyeleweng pemula macam aku ini.<br /><br />‘Dik Mar .. Aku sudah lama merindukan Dik Mar ini. Setiap kali aku lihat itu gambar bintang film Sarah Ashari yang sangat mirip Dik Mar .. Hatiku selalu terbakar .. Kapann aku bisa merangkul Dik Mar macam ini ..’.<br />Bukan main ucapan Pak Parno. Telingaku merasakan seperti tersiram air sejuk pegunungan. Berbunga-bunga mendengar pujian macam itu. Dan semakin membuat aku rela dan pasrah untuk digeluti Pak Parno yang gagah ini. Pak Parnoo ..Kekasihkuu.. Dia balik dan tindih tubuhku.<br /><br />Dia langsung melahap mulutku yang gelagapan kesulitan bernafas. Dia masukkan tangannya ke blusku. Dirangkulinya tubuhku, ditekankannya bibirnya lebih menekan lagi. Disedotnya lidahku. Disedotnya sekaligus juga ludahku. Sepertinya aku dijadikan minumannya. Dan sungguh aku menikmati kegilaannya ini. Kemudian tangannya dia alihkan, meremasi kedua susuku yang kemudian dilepaskannya pula. Ganti bibirnyalah yang menjemput susuku dan puting-putingnya. Dia jilat dan sedotin habis-habisan. Dan yang datang padaku adalah gelinjang dari saraf-sarafku yang meronta. Aku nggak mampu menahan gelinjang ini kecuali dengan rintihan yang keluar dari mulutku ..Pakee ..Pakee .. Pakee ..ampun nikmattnya Pakee..<br /><br />Tangannya yang lepas dari susuku turun untuk meraih celana jeansku. Dilepasi kancing celanaku dan dibuka resluitingnya. Tangannya yang besar dan kasar itu mendorongnya hingga celanaku merosot ke paha. Kemudian tangan itu merogoh celana dalamku. Aaaiiuuhh.. tak terperikan kenikmatan yang mendatangi aku. Aku tak mampu menahan getaran jiwa dan ragaku. Saat-saat jari-jari kasar itu merabai bibir kemaluanku dan kemudian meremasi kelentitku ..aku langsung melayang ke ruang angkasa tak bertepi. Kenikmatan .. sejuta kenikmatan .. ah .. Selaksa juta kenikmatan Pak Parno berikan padaku lewat jari-jari kasarnya itu.<br /><br />Jari-jari itu juga berusaha menusuk lubang vaginaku. Aku rasakan ujungnya-unjungnya bermain di bibir lubang itu. Cairan birahiku yang sudah menjalar sejak tadi dia toreh-toreh sebagai pelumas untuk memudahkan masuknya jari-jarinya menembusi lubang itu. Dengan bibir yang terus melumati susuku dan tangannya merangsek kemaluanku dengan jari-jarinya yang terus dimainkan di bibir lubang vaginaku ..Ohh.. kenapa aku ini ..Ooohh.. Mas Adit .. maafkanlah akuu .. Ampunilahh .. istrimu yang nggak mampu mengelak dari kenikmatan tak bertara ini .. ampunilah Mas Adit .. aku telah menyelewengg .. aku nggak mampuu maass ..<br /><br />Pak Parno terus menggumuli tubuhku. Blusku yang sudah berantakan memudahkan dia merangsek ke ketiakku. Dia jilati dan sedoti ketiakku. Dia nampak sekali menikmati rintihan yang terus keluar dari bibirku. Dia nampaknya ingin memberikan sesuatu yang nggak pernah aku dapatkan dari suamiku. Sementara jari-jarinya terus menusuki lubang vaginaku. Dinding-dindingnya yang penuh saraf-saraf peka birahi dia kutik-kutik, hingga aku serasa kelenger kenikmatan. Dan tak terbendung lagi, cairan birahiku mengalir dengan derasnya.<br /><br />Yang semula satu jari, kini disusulkan lagi jari lainnya. Kenikmatan yang aku terimapun bertambah. Pak Parno tahu persis titik-titik kelemahan wanita. Jari-jarinya mengarah pada G-spotku. Dan tak ayal lagi. Hanya dengan jilatan di ketiak dan kobokan jari-jari di lubang vagina aku tergiring sampai titik dimana aku nggak mampu lagi membendungnya. Untuk pertama kali disentuh lelaki yang bukan suamiku, Pak Parno berhasil membuatku orgasme.<br /><br />Saat orgasme itu datang, kurangsek balik Pak Parno. Kepalanya kuraih dan kuremasi rambutnya. Kupeluk tubuhnya erat-erat dan kuhunjamkan kukuku ke punggungnya. Aku nggak lagi memperhitungkan bagaimana luka dan rasa sakit yang ditanggung Pak Parno. Pahaku menjepit tangannya, sementara pantatku mengangkat-angkat menjemputi tangan-tangan itu agar jarinya lebih meruyak ke lubang vaginaku yang sedang menanggung kegatalan birahi yang amat sangat. Tingkahku itu semua terus menerus diiringi racau mulutku.<br /><br />Dan saat orgasme itu memuncratkan cairan birahiku aku berteriak histeris. Tangan-tanganku menjambret apa saja yang bisa kuraih. Bantalan ranjang itu teraduk. Selimut tempat tidur itu terangkat lepas dan terlempar ke lantai. Kakiku mengejang menahan kedutan vaginaku yang memuntahkan spermaku. “Sperma” perempuan yang berupa cairan-cairan bening yang keluar dari kemaluannya. Keringatku yang mengucur deras mengalir ke mataku, ke pipiku, kebibirku. Kusibakkan rambutku untuk mengurangi gerahnya tubuhku dalam kamar ber AC ini.<br /><br />Saat telah reda, kurasakan tangan Pak Parno mengusap-usap rambutku yang basah sambil meniup-niup dengan penuh kasih sayang. Uh .. Dia yang ngayomi aku. Dia eluskan tangannya, dia sisir rambutku dengan jari-jarinya. Hawa dingin merasuki kepalaku. Dan akhirnya tubuhku juga mulai merasai kembali sejuknya AC kamar motel itu.<br /><br />‘Dik Mar, Dik Mar hebat banget yaa hh.. Istirahat dulu yaa..?!, Saya ambilkan minum dulu yaahh ..’, suara Pak Parno itu terasa menimbulkan rasa yang teduh. Aku nggak kuasa menjawabnya. Nafasku masih ngos-ngosan. Aku nggak pernah menduga bahwa aku akan mendapatkan kenikmatan sehebat ini. Kamar motel ini telah menyaksikan bagaimana aku mendapatkan kenikmatan yang pertama kalinya saat aku menyeleweng dari kesetiaanku pada Mas Adit suamiku untuk disentuhi dan digumuli oleh Pak Parno, Pak RT kampungku, yang bahkan juga sering jadi lawan main catur suamiku di saat-saat senggang. Mas Adit .. Ooohh .. maass ..maafkanlah aakuu .. maass..<br /><br />Sementara aku masih terlena di ranjang dan menarik nafas panjang sesudah orgasmeku tadi, Pak Parno terus menciumi dan ngusel-uselkan hidungnya ke pinggulku, perutku. Bahkan lidah dan bibirnya menjilati dan menyedoti keringatku. Tangannya tak henti-hentinya merabai selangkanganku. Aku terdiam. Aku perlu mengembalikan staminaku. Mataku memandangi langit-langit kamar motel itu. Menembusi atapnya hingga ke awang-awang. Kulihat Mas Adit sedang sibuk di depan meja gambarnya, sebentar-sebentar stip Staedler-nya menghapus garis-garis potlod yang mungkin disebabkan salah tarik.<br /><br />Mungkin semua ini hanyalah soal perlakuan. Hanyalah perlakuan Mas Adit yang sepanjang perkawinan kami tidak sungguh-sungguh memperhatikan kebutuhan biologisku. Lihat saja Pak Parno barusan, hanya dengan lumatan bibirnya pada ketiakku dan kobokkan jari-jarinya yang menari-nari di kemaluanku, telah mampu memberikan padaku kesempatan meraih orgasmeku. Sementara kamu Mas, setiap kali kamu menggumuliku segalanya berjalan terlampau cepat, seakan kamu diburu-buru oleh pekerjaanmu semata. Kamu peroleh kepuasanmu demikian cepat.<br /><br />Sementara saat nafsuku tiba dengan menggelegak, Mas Adit sudah turun dari ranjang dengan alasan ada yang harus diselesaikan, si anu sudang menunggu, atau si anu besok mau pergi dan sebagainya. Kamu ternyata sekali sangat egois. Kamu biarkan aku tergeletak menunggu sesuatu yang tak pernah datang. Menunggu Mas Adit yang hanya memikirkan kebutuhannya sendiri. Yang aku nggak tahu kapan itu datangnya .. Sepertinya aku menunggu Godotku .., menunggu sesuatu yang aku tahu nggak akan pernah datang padaku ..<br /><br />‘Dik Marni capek ya ..’, bisikkan Pak Parno membangunkan aku dari lamunan.<br />‘Nggak Pak. Lagi narik napas saja .. Tadi koq nikmat banget yaa .., sedangkan Pak Parno belum ngapa-apain padaku .. Pakee .. Pak Parno juga hebat lhoo .. Baru di utik-utik saja aku sudah kelabakkan .. Hi hi hi ..’, aku berusaha membesarkan hati Pak Parno yang telah memberikan kepuasan tak terhingga ini.<br /><br />Rupanya Pak Parno hanya ingin nge-cek bahwa aku nggak tertidur. Dengan jawabanku tadi dengan penuh semangat dia turun dari ranjang. Dia lepasin sendiri kemejanya, celana panjangnya dan kemudian celana dalamnya. Baru pertama kali ini aku melihat lelaki lain telanjang bulat di depanku selain Mas Adit suamiku. Wuuiihh .. aku sangat tergetar menyaksikan tubuh Pak Parno.<br /><br />Pada usianya yang lebih dari 55 tahun itu, sungguh Pak Parno memiliki tubuh yang sangat seksi bagi para wanita yang memandangnya. Bahunya bidang. Lengannya kekar, dengan otot-otot yang kokoh. Perutnya nggak nampak membesar, rata dengan otot-otot perut yang kencang, seperti papan penggilasan. Bukit dadanya yang kokoh, dengan dua putting susu besar kecoklatan, sangat menantang menunggu gigitan dan jilatan perempuan-perempuan binal. Dari tampilan tubuhnya yang kekar dan macho ini, aku lihat Pak Parno adalah sosok penggemar olahraga yang fanatik. Otot-otot di tubuhnya menunjukkan dia sukses berolahraga selama ini.<br /><br />Pandanganku terus meluncur ke bawah. Dan yang paling membuatku serasa pingsan adalah .. kontolnya .. Aku belum pernah melihat kontol lelaki lain .. Kontol Pak Parno sungguh-sungguh merupakan kontol yang sangat mempesona dalam pandanganku saat ini. Kontol itu besar, panjang, keras hingga nampak kepalanya berkilatan dan sangat indah. Kepalanya yang tumpul seperti helm tentara Nazi, sungguh merupakan paduan erotis dan powerful. Sangat menantang. Dengan sobekan lubang kencing yang gede, kontol itu seakan menunggu mulut atau kemaluan para perempuan yang ingin melahapnya.<br /><br />Sesudah telanjang Pak Parno juga menarik pakaianku, celana jeansku yang sedari tadi masih di separoh kakiku, kemudian blus serta kutangku dilepasnya. Kini aku dan Pak Parno sama-sama telanjang bulat. Pak Parno rebah di antara pahaku. Dia langsung nyungsep di selangkanganku. Lidahnya menjilati kemaluanku. Waduuiihh .. Ampunn .. Kenapa cara begini ini nggak pernah aku dapatkan dari Mas Aditt ..<br /><br />Lidah kasar Pak Parno menusuk dan menjilati vaginaku. Bibir-bibir kemaluanku disedotinya. Ujung lidahnya berusaha menembusi lubang vaginaku. Pelan-pelan nafsuku terpancing kembali. Lidah yang menusuk lubang vaginaku itu membuat aku merasakan kegatalan yang hebat. Tanpa kusadari tanganku menyambar kepala Pak Parno dan jariku meremasi kembali rambutnya sambil mengerang dan mendesah-desah untuk kenikmatan yang terus mengalir. Tanganku juga menekan-nekan kepala itu agar tenggelam lebih dalam ke selangkanganku yang makin dilanda kegatalan birahi yang sangat. Pantatku juga ikut naik-naik menjemput lidah di lubang vaginaku itu.<br /><br />Tak lama kemudian, Pak Parno memindahkan dan mengangkat kakiku untuk ditumpangkan pada bahunya. Posisi seperti itu merupakan posisi yang paling mudah bagi Pak Parno maupun bagi aku. Dengan sedikit tenaga aku bisa mendesak-desakkan kemaluanku ke mulut Pak Parno, dan sebaliknya Pak Parno tidak kelelahan untuk terus menciumi kemaluanku. Terdengar suara kecipak mulut Pak yang beradu dengan bibir kemaluanku. Dan desahan Pak Parno dalam merasakan nikmatnya kemaluanku tak bisa disembunyikan.<br /><br />Posisi ini membuat kegatalan birahiku semakin tak terhingga hingga membuat aku menggeliat-geliat tak tertahankan. Pak Parno sibuk memegang erat-erat kedua pahaku yang dia panggul. Aku tidak mampu berontak dari pegangannya. Dan sampai pada akhirnya dimana Pak Parno sendiri juga tidak tahan. Rintihan serta desahan nikmat yang keluar dari mulutku merangsang nafsu birahi Pak Parno tidak bisa terbendung.<br /><br />Sesudah menurunkan kakiku, Pak Parno langsung merangkaki tubuhku. Digenggamnya kontolnya, diarahkan secara tepat ke lubang kemaluanku. Aku sungguh sangat menunggu detik-detik ini. Detik-detik dimana bagiku untuk pertama kalinya aku mengijinkan kontol orang lain selain suamiku merambah dan menembus memekku. Seluruh tubuhku kembali bergetar, seakan terlempar ke-awang-awang. Sendi-sendiku bergetar .. menunggu kontol Pak Parno menembus kemaluanku .. Aku hanya bisa pasrah .. Aku nggak mampu lagi menghindar dari penyelewengan penuh nikmat ini .. Maafin aku Mas Adit ..<br /><br />Aku menjerit kecil saat kepala tumpul yang bulat gede itu menyentuh dan langsung mendorong bibir vaginaku. Rasa kejut saraf-saraf di bibir vaginaku langsung bereaksi. Saraf-saraf itu menegang dan membuat lubang vaginaku menjadi menyempit. Dan akibatnya seakan tidak mengijinkan kontol Pak Parno itu menembusnya. Dan itu membuat aku penasaran,<br /><br />‘Santai saja Mar, biar lemesan..’, terdengar samar-samar suara Pak Parno di tengah deru hawa nafsuku yang menyala-nyala.<br />‘Pakee .. Pakee .. ayyoo .. Pakee tulungi saya Pakee .. Puas-puasin ya Pakee.. Saya serahin seluruh tubuh saya untuk Pakee ..’, kedengerannya aku mengemis minta dikasihani.<br />‘Iyaa Dik Marr .. Sebentar yaa Dik Marr ..’, suara Pak Parno yang juga diburu oleh nafsu birahinya sendiri.<br /><br />Kepala helm tentara itu akhirnya berhasil menguak gerbangnya. Bibir vaginaku menyerah dan merekah. Menyilahkan kontol Pak Parno menembusnya. Bahkan kini vaginakulah yang aktif menyedotnya, agar seluruh batang kontol gede itu bisa dilahapnya.<br /><br />Uuhh .. aku merasakan nikmat desakan batang yang hangat panas memasuki lubang kemaluanku. Sesak. Penuh. Tak ada ruang dan celah yang tersisa. Daging panas itu terus mendesak masuk. Rahimku terasa disodok-sodoknya. Kontol itu akhirnya mentok di mulut rahimku. Terus terang belum pernah se-umur-umurku rahimku ngrasain disentuh kontol Mas Adit. Dengan sisa ruang yang longgar, kontol suamiku itu paling-paling menembus ke vaginaku sampai tengahnya saja. Saat dia tarik maupun dia dorong aku tidak merasakan sesak atau penuh seperti sesak dan penuhnya kontol Pak Parno mengisi rongga vaginaku saat ini.<br /><br />Kemudian Pak Parno mulai melakukan pemompaan. Ditariknya pelan kemudian didorongnya. Ditariknya pelan kembali dan kembali didorongnya. Begitu dia ulang-ulangi dengan frekewnsi yang makin sering dan makin cepat. Dan aku mengimbangi secara reflek. Pantatku langsung pintar. Saat Pak Parno menarik kontolnya, pantatku juga menarik kecil sambil sedikit ngebor. Dan saat Pak Parno menusukkan kontolnya, pantatku cepat menjemputnya disertai goyangan igelnya.<br /><br />Demikian secara beruntun, semakin cepat, semakin cepat, cepat, cepat, cepat, cepat, cepaatt ..ceppaatt. Payudaraku bergoncang-goncang, rambutku terburai, keringatku, keringat Pak Parno mengalir dan berjatuhan di tubuh masing-masing, mataku dan mata Pak Parno sama-sama melihat keatas dengan menyisakan sedikit putih matanya. Goncangan makin cepat itu juga membuat ranjang kokoh itu ikut berderak-derak. Lampu-lampu nampak bergoyang, semakin kabur, kabur, kabur. Sementara rasa nikmat semakin dominan. Seluruh gerak, suara, nafas, bunyi, desah dan rintih hanyalah nikmat saja isinya.<br /><br />‘Mirnaa .. Ayyoo.. Enakk nggak kontol padee Mirr, enak yaa.. enak Mirr .. ayyoo bilangg enak mana sama kontol si Adit .. Ayoo Mirr enak mana sama kontol suamimu ayoo bilangg ayyoo enakan manaa ..’, Pak Parno meracau.<br />‘Pakee .. enhaakk.. pakee.. Enhakk kontol pakee .. Panjangg .. Uhh gedhee bangett .. pakee.. Enakan kontol Pak Parnoo ..’.<br /><br />Posisi nikmat ini berlangsung bermenit-menit. Tanpa terasa pergumulan birahi ini sudah berjalan lebih dari 1 jam. Suasana erotis tampak sangat indah dan menonjol. Erangan dan desahan erotik keluar bersahut-sahutan dar mulut kami. Kulihat tubuh kekar Pak Parno tampak berkilatan karena keringatnya. Dan hal itu membuat Pak Parno jauh terlihat seksi di mataku. Kulihat keringatnya mengalir dari lehernya, terus ke dada bidangnya, dan akhirnya ke tonjolan otot di perutnya. Dengan gemas kupermainkan putting susunya yang bekilatan itu. Kugigiti, kujilati, kuremas-remas. Dan Pak Parno yang merasakan itu, tambah buas gerakannya. Sodokan kontolnya tambah kencang di memekku dan kurasakan tangan-tangannya yang kasar merambahi payudaraku.<br /><br />Pada akhirnya, setelah hampir 2 jam kami bercinta, aku mendapat orgasmeku 2 kali secara berturut-turut. Itu yang ibu-ibu sering sebut sebagai multi orgasme. Bukan mainn .. hanya dari Pak Parno aku bisa meraih multi orgasmeku inii .. Oohh Pak Parnoo.. terima kasihh .. Pak Parno mau memuaskan akuu.. Sekarangg ayoo .. Pakee biar aku yang memuaskan kamuu .. 10 menit kemudian…<br />Dan kontol Pak Parno aku rasakan berdenyut keras dan kuat sekali.. Kemudian menyusul denyut-denyut berikutnya. Pada setiap denyutan aku rasakan vaginaku sepertinya disemprot air kawah yang panas. Sperma Pak Parno berkali-kali muntah di dalam vaginaku.<br /><br />Uhh .. Aku jadi lemess bangett .. Nggak pernah sebelumnya aku capek bersanggama. Kali ini seluruh urat-urat tubuhku serasa di lolosi. Dengan telanjang bulat kami sama telentang di ranjang motel ini. Di sinilah akhirnya terjadi untuk pertama kalinya aku serahkan nonokku beserta seluruh tubuhku kepada lelaki bukan suamiku, Pak Parno. Dan aku heran .. pada akhirnya.. tak ada rasa sesal sama sekali dari hatiku pada Mas Adit. Aku sangat ikhlaskan apa yang telah aku serahkan pada Pak Parno tadi. Dan dalam kenyataan aku mendapatkan imbalan kepuasan dari Pak Parno yang sangat hebat.<br /><br />Di motel ini aku mengalami 3 kali orgasme. Dua kali beruntun aku mengalami orgasme dalam satu kali persetubuhan dan yang pertama sebelumnya, yang hanya dengan gumulan, ciuman dan jilatan Pak Parno di ketiakku sembari tangannya ngobok-obok kemaluanku aku bisa mendapatkan orgasme yang sangat memberikan kepuasan pada libidoku. Hal itu mungkin disebabkan karena adanya sensasi-sensasi yang timbul dari sikap penyelewengan yang baru sekali ini aku lakukan. Yaa.. pada akirnya aku toh berhak mendapatkannya .. tanpa menunggu Mas Adit yang sangat egois.<br /><br />Sesungguhnya aku ingin tinggal lebih lama lagi di tempat birahi ini, namun Pak Parno mengingatkan bahwa waktu bernikmat-nikmat yang pertama kali kami lakukan ini sudah cukup lama. Pak Parno khawatir orang-orang rumah menunggu dan bertanya-tanya. Pak Parno mengajak selekasnya kami meninggalkan tempat ini dan kembali menyelesaikan pekerjaan yang telah kami sanggupi pada Mbak Surti dalam rangka membantu hajatannya.<br /><br />Setelah kami mandi dan membersihkan tanda-tanda yang kemungkinan mencurigakan, kami kembali ke jalanan. Ternyata kemacetan jalan menuju ke Senen ini sangat parah di siang hari ini. Dengan adanya pembangunan jembatan layang pada belokan jalan di Galur, antrean mobil macet sudah terasa mulai dari pasar Cempaka Putih. Mobil Pak Parno serasa merangkak. Untung AC mobilnya cukup dingin sehingga panasnya Jakarta tidak perlu kami rasakan.<br /><br />Sepanjang kemacetan ini pikiranku selalu kembali pada peristiwa yang barusan aku alami bersama Pak Parno tadi. Lelaki tua ini memang hebat. Dia sangat kalem dan tangguh. Dia sangat sabar dan berpengalaman menguasai perempuan. Dialah yang terbukti telah memberikan padaku kepuasan seksual. Paduan kesabaran, tampilan ototnya yang kekar, postur tegap tubuhnya, serta kontol gedenya yang indah membuat aku langsung takluk secara iklas padanya. Aku telah serahkan seluruh tubuhku padanya. Dan Pak Parno tidak sekedar menerimanya untuk kepentingannya sendiri, tetapi dia sekaligus membuktikan bahwa kenikmatan hubungan seksual yang sebenar-benarnya adalah apabila pihak lelaki dan pihak perempuannya bisa mendapatkan kepuasannya secara adil dan setara. Dan aku merasakannya .. tapi .. Benar adilkah ..?<br /><br />Ah .. pertanyaan itu tiba-tiba mengganguku. Tiba-tiba terlintas dalam pikiranku bahwa dari hubungan badan tadi, aku berhasil merasakan orgasmeku hingga 3 kali. Sementara Pak Parno hanya mengeluarkan spermanya sekali saja. Artinya dia meraih kepuasan dalam hubungan seksual dengan aku tadi hanya sekali. Ahh ..adakah hal ini menjadi masalah untuk hubunganku dengan Pak Parno selanjutnya ..? Kenapa dia banyak diam sejak keluar dari motel tadi ..?<br />Aku menjadi gelisah, aku kasihan pada Pak Parno apabila dia masih menyimpan dorongan birahinya. Apabila belum seluruh cairan birahinya secara tuntas tertumpah. Bukankah hal demikian itu bagi lelaki akan menimbulkan semacam kegelisahan ..? Apa yang harus aku lakukan ..??<br /><br />‘Pak, tadi puas nggak Pak..?’, aku memberanikan diri untuk bertanya.<br />‘Bukan main Dik Mar, aku sungguh sangat puas’, begitu jawabnya.<br />Suatu jawaban yang sangat santun yang justru semakin besar kekhawatiranku. Jawaban macam itu pasti akan keluar dari setiap ‘gentlemen’. Aku harus amati dari sudut yang lain. Kulihat dibawah kemudi Kijangnya. Nampak celananya masih menggunung. Artinya kontolnya masih ngaceng. Aku nekat. Kuraba saja tonjolan celananya itu.<br />‘Ininya koq masih ngaceng Pak? Masih pengin yaa?? Tadi masih mau lagi yaa??’, sambil tanganku terus memijiti gundukkan itu. Dan terbukti semakin membesar dan mengeras.<br />Pak Parno diam saja. Aku tahu pasti dia menikmati pijatanku ini. Aku teruskan. Tanganku meremasi, mengurut-urut.<br />‘Hheehh ..dik Marr .. enak sekali tangan Dik Marr yaa..’.<br /><br />Biarlah, biarlah aku akan selalu memberikan yang aku bisa. Dengan berbagai style, tanganku terus meremasi dan mijit gundukkan kontol itu. Tetapi lama kelamaan justru tanganku sendiri makin menikmati kenikmatan memijit-mijit itu. Dan semakin lama justru aku yang nyata semakin kelimpungan. Aku kenang kembali kontol gede ini yang 40 menit yang lalu masih menyesaki kemaluanku. Yang tanpa meninggalkan celah sedikitpun memenuhi rongga vaginaku. Dan ujungnya ini yang untuk pertama kalinya bisa mentok ke dinding rahimku.. ah nikmatnya ..<br /><br />‘Pakee.. Aku pengin lagii ..’, aku berbisik dengan setengah merintih.<br />‘Kita cari waktu lagi Dik Mar .., gampang.., Dik Mar khan bisa bilang pada Mas Adit, mau ke Carrefour atau ke Mangga Dua cari barang apa.. gitu’.<br />‘Iyaa siihh.. Boleh dibuka ya Pak. Aku pengin lihat lagi nih jagoan Pak ..’, sambil aku melempar senyum serta melirikkan mataku ke Pak Parno melihat reaksinya.<br />‘Boleehh ..’, dia jawab tanpa melihat ke aku, karena keramaian lalu lintas yang mengharuskan Pak Parno berkonsentrasi.<br /><br />Tanganku sigap. Pertama-tama kukendorkan dulu ikat pinggangnya. Kemudian kubuka kancing utamanya. Selanjutnya kuraih resluitingnya hingga nampak celana dalamya yang kebiruan. Di belakang celana dalam itu membayang alur daging sebesar pisang tanduk yang mengarah ke kanan. Oouu.. ini kali yang namanya stir kanan.. Kalau stir kiri, mengarahnya kekiri tentunya.<br /><br />Dengan tidak sabar kubetot kontol Pak Parno dari sarangnya. Melalui pinggiran kanan celana dalamnya, kontol Pak Parno mencuat keluar. Gede, panjang, kepalanya yang bulat berkilatan. Dan pada ujung kepala itu ada secercah titik bening. Oooww ..baru sekarang aku berkesempatan memperhatikan kontol ini dari jarak yang sangat dekat, bahkan dalam genggamanku.<br /><br />Rupanya precum Pak Parno telah terbit di ujung kepalanya. Precum itu muncul dari lubang kencingnya. Uuuhh .. indahnyaa .. bisakah aku nggak bisa menahan diri ..??<br /><br />‘Pak Parno pengin khan..??’, kembali aku berbisik.<br />‘Heehh .. Dik Mar mau bantu Pak Parno nih ..??’, jawaban yang disertai pertanyaan balik.<br />‘Gimana bantunya Pak.., berhenti duluu .. Cari tempat lagii .. Hayoo..’, jawabanku enteng.<br />‘Nggak begitu Dik Mar, kita nggak mungkin berhenti lagi. Ya ini khan macet nih jalanan. Maksudku, apakah .. eehh .. Dik Mar marah nggak kalau aku bilang ini ..??’.<br />‘Nggak pa pa Pak, saya rela koq, dan saya pengin bantu bener-bener, Pak’.<br />‘Dik Mar pernah mengisep punya Mas Adit khan?’.<br />‘Ooo.. Kk.. kaalau ii.. ttuu terus terang aku belum pernah Pak.., kalau lihat punya Mas Adit rasanya aku geli gituu.. jijikk gituu ..’.<br />‘Kalau lihat punya saya inii.?’, dia terus mendesak dengan pertanyaan yang terus terang aku nggak bisa menjawab secara cepat.<br /><br />Masalahnya aku dihadapkan pada sesuatu hal yang bener-bener belum pernah aku lakukan, bahkan pun dalam khayalan seksualku. Pasti yang Pak Parno inginkan adalah aku mau mengisep-isep kontolnya itu, yaa khan? Tapi aku juga berpikir cepat .. Tadi sewaktu di motel, Pak Parno membenamkan wajahnya ke selangkanganku tanpa risah-risih. Kemudian dijilatinya vaginaku, kelentitku, lubang kemaluanku. Dia juga menelan cairan-cairan birahiku. Aku jadi ingat prinsip adil dan setara yang aku sebutkan di atas tadi.<br /><br />Mestinya aku yaa.. nggak usah ragu-ragu untuk berlaku mengimbangi apa yang telah dilakukan Pak Parno padanya. Dia telah menjilati, menyedoti kemaluanku. Dan aku sangat menikmati jilatan dahsyatnya. Dan sekarang Pak Parno seakan menguji padaku. Bisakah aku bertindak adil dan setara juga pada dia. Aku membayangkan kontol itu di mulutku ..<br /><br />‘Dik Mar, sperma itu sehat lhoo, bersih, steril.. dan banyak vitaminnya. Itu dokter ahli lho yang ngomong. Cobalah, kontol Pak Parno ini pasti sedap kalau Dik Mar mengulumnya.. ‘, aku sepertinya mendengar sebuah permohonan.<br /><br />Aku kasihan juga pada Pak Parno. Mungkin dia sudah mengharapkan sejak awal jalan bersama dari rumah tadi. Mungkin bahkan dia sudah mengharapkan jauh beberapa waktu yang lalu. Dan kini saat aku sudah berada disampingnya harapan itu nggak terkabul. Ah, aku jadi iba .. Kulihat kembali kontol indah Pak Parno. Yaa.. benar-benar indah..apa artinya indah itu .. Kalau memang itu indah ..sudah semestinya kalau aku menyukainya ..dan kalau aku menyukainya .. mestinya aku nggak jijik ataupun geli .. Dan lihat precum itu.. Juga indah khan, bening, murni, dan mungkin juga wangi ..dan asin .. Dan.. Banyak lho yang sangat menyukainya .., menjilatinya, meminumnya ..<br /><br />Tahu-tahu aku sudah merunduk, mendekatkan wajahku, mendekatkan bibirku ke kontol Pak Parno yang indah itu. Dan tanpa banyak tanya lagi aku telah mengambil keputusan .. Ah,.. ujung lidahku kini menyentuh, menjilat dan merasakan lendir lembut dan bening milik Pak Parno. Yaahh .. asinnya yang begitu lembutt..<br />‘Dik Maarr .. Uhh enakk bangett sihh ..’, kepalaku dielus-elusnya. Dan dia sibakkan rambutku agar tidak menggangu keasyikanku. Dan selanjutnya dengan penuh semangat aku mengkulum kontol Pak Parno di mobil yang sempit itu. Kemudian Pak Parno sedikit memundurkan tempat duduknya.<br />‘Dik Marr .. Terus Dik Marr .. Kamu pinter banget siihh .. uuhh Dik Marr..’, aku terus memompa dengan lembut. Banyak kali aku mengeluarkan kepala itu dari mulutku.. Aku menjilati tepi-tepinya .. Pada pangkal kepala ada alur semacam cincin atau bingkai yang mengelilingi kepala itu. Dan sobekan lubang kencingnya itu .. kujilati habis-habisan ..<br />‘Marr.. enak bangett .. akau mau keluar nihh Dik Marr .. Aku mau keluar nihh ..’, aku tidak menghiraukan kata-katanya, mungkin maksudnya peringatan untukku, jangan sampai air maninya tumpah di mulutku. Dia masih khawatir bahwa mungkin aku belum bisa menerimanya.<br /><br />Tetapi apa yang terjadi padaku kini sudah langsung berbalik 180 derajat. Rasanya justru aku kini yang merindukannya. Dan aku memang merindukannya. Aku pengin banget merasakan sperma seorang lelaki langsung tumpah dari kontolnya langsung ke mulutku. Dan lelaki itu adalah Pak Parno, yang bukan suamiku sendiri. Aku terus menjilati, menyedoti. Batangnya, pangkalnya, pelernya, sejauh bisa bibir atau lidahku meraihnya, disebabkan tempat yang sempit ini, semua bagian kontolnya itu aku rambah dengan mulutku.<br /><br />Dan pengalaman pertama itu akhirnya hadir. Saat mulutku mengkulum batangan gede panjang milik Pak Parno itu, aku rasakan kembali ada kedutan besar dan kuat. Kedutan itu kemudian disusul dengan kedutan-kedutan berikutnya. Kalau yang aku rasakan di motel tadi kedutan-kedutan kontol Pak Parno dalam lubang vaginaku, sekarang hal itu aku rasakan di rongga mulutku. Kontol Pak Parno memuntahkan laharnya. Cairan, atau tepatnya lendir yang hangat panas nyemprot langit-langit rongga mulutku. Sperma Pak Parno tumpah memenuhi mulutku. Entah berapa kali kedutan tadi. Tetapi sperma dalam mulutku ini nggak sempat aku telan seluruhnya karena saking banyaknya.<br /><br />Sperma Pak Parno berleleran di pipiku, daguku, bahkan juga ke kening dan rambut panjangku. Kontol Pak Parno masih berkedut-kedut saat kukeluarkan dari mulutku. Dan aku raih kembali untuk kuurut-urut agar semua sperma yang tersisa bisa terkuras keluar. Mulutku langsung menyedotinya. Sekali lagi, pengalaman pertama nyeleweng ini benar-benar memberiku daftar panjang hal-hal baru yang sangat sensasional bagiku. Dan aku makin merasa pasti, hal-hal itu nggak mungkin aku dapatkan dari Mas Adit, suamiku tercinta.<br /><br />Sesuai rencana, aku diturunkan di Pasar Senen oleh Pak Parno. Sungguh aku keberatan untuk perpisahan ini. Kugenggam tangannya erat-erat, untuk menunjukkan betapa besarnya arti Pak Parno bagiku. Aku berjalan dengan gontai saat menuju toko kertas dekorasi itu.<br /><br />Saat aku turun dari taksi sesampai di rumah, Mbak Surti nampak cemberut. Aku biarkan. Pada temen yang lain aku bilang banyak bahan yang aku cari stoknya habis sehingga aku menunggu cukup lama. Di ujung jalan sana kulihat mobil Kijang Pak Parno. Mungkin sudah lama lebih dahulu nyampai di kompleks. Orang-orang pemasang tenda dan pengatur sound system sudah mulai melaksanakan tugasnya. 2 jam lagi acara akan dimulai.<br /><br />Aku pamit pulang sebentar, untuk menengok rumah. Mas Adit belum pulang. Aku mandi lagi sambil mengenang peristiwa indah yang kualami sekitar 2,5 jam yang lalu. Saat sabunku menyentuh kemaluanku, masih tersisa rasa pedih pada bibirnya. Mungkin jembut Pak Parno tersangkut saat kontolnya keluar masuk menembus memekku. Dan itu biasanya menimbulkan luka kecil yang terasa pedih pada bibir vaginaku saat terkena sabun seperti ini.<br /><br /><a href="http://www.donkeymails.com/pages/index.php?refid=mashermawan"><img style="width: 262px; height: 60px;" src="http://www.donkeymails.com/images/banner5.gif" alt="DonkeyMails.com: No Minimum Payout" border="0" /></a> <a href="http://www.easyhits4u.com/?ref=agenmodem"><img style="width: 263px; height: 60px;" src="http://static.easyhits4u.com/img/banners/468x60_13.gif" alt="Popular 1:1 Traffic Exchange" border="0" /></a> </div>CowokMLghttp://www.blogger.com/profile/08999633505345466529noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-3874674043945495181.post-37055006393645045202012-06-12T05:05:00.000-07:002012-07-25T10:15:38.386-07:00Anak majikan yang nikmatAsalku dari kampung di Jawa. Setelah lulus SMU aku mengadu nasib ke Jakarta. Dasar sial aku gak bisa dapet kerjaan yang cocok. Mau balik malu. Akhirnya setelah beberapa kali ganti kerja akhirnya aku bekerja jadi kacung rumah tangga. Majikanku seorang keturunan. Ia tinggal dengan istrinya dan anak perempuannya yang bungsu.<br /><br />Majikanku anaknya tiga orang, yang dua sekolah di luar negeri. Yang bungsu baru masuk kuliah tingkat satu. Namanya Vera, tapi aku biasa memanggilnya Nonik. Sebenarnya aku nggak berani berpikir macam-macam karena ia adalah majikanku. Tapi akhirnya aku jadi ‘tergoda’ juga karena selain orangnya cantik kayak artis mandarin dia suka pakai pakaian yang ketat dan seksi. kadang ia memakai dasternya yang cukup tipis dan tembus pandang, keliatan kulit tubuhnya yang putih mulus sampai BH dan celana dalamnya pula. Ditambah bau tubuhnya yang harum. Apalagi aku sejak dari kampung selalu mengagumi kecantikan artis-artis mandarin dari televisi. Diam-diam aku jadi ngaceng juga kalo ngelihat dia.<br /><div class="fullpost"><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJ_9uTFVd3CTg5QUJBeFm42hg1zRZMNUjnO1-e_71ISeWV2SNngzbVLG3LAfiJNEV82IXcCgscIBj8mC05f_pH3dGrkxQzXV5b7hJKgLGc20ndCPQvTEgBsbq-xsVBJeWloxVB0rTjRnZz/s1600/5557683_mast_%2528o%2529.jpg" imageanchor="1" style="clear:left; float:left;margin-right:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="241" width="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJ_9uTFVd3CTg5QUJBeFm42hg1zRZMNUjnO1-e_71ISeWV2SNngzbVLG3LAfiJNEV82IXcCgscIBj8mC05f_pH3dGrkxQzXV5b7hJKgLGc20ndCPQvTEgBsbq-xsVBJeWloxVB0rTjRnZz/s320/5557683_mast_%2528o%2529.jpg" /></a><br /><br />Kadang waktu duduk kedua kakinya agak terbuka. Pertamanya kelihatan pangkal pahanya saja yang putih mulus dan menggairahkan. Terus aku nyari posisi yang pas sambil ngepel di kolong meja aku leluasa melihat pahanya sampai ke celana dalamnya. Ketauan celana dalamnya warna coklat. Langsung aku jadi ngaceng. Rasanya pengin ngeraba-raba pahanya dan melihat yang di balik celana dalamnya itu. Sempat beberapa saat aku liatin terus. Kadang ia pakai baju yang lehernya agak rendah jadi keliatan belahan dadanya bagian atas. Atau pakai baju putih tapi BH-nya warna hitam. Semua itu bikin aku jadi adem panas.<br /><br />Suatu malam aku lagi nonton TV di ruang tamu. Waktu itu tuan dan nyonya sudah tidur. Vera baru pulang dan setelah itu mandi. Setelah selesai mandi, ia memakai kimono yang agak basah. Kulihat sekilas dadanya bergerak-gerak dengan bebas. Wah, apa dia nggak pake BH, pikirku. Seketika anu-ku menjadi menegang. Memang dadanya cukup besar dan padat berisi. Pernah kulihat ukuran BHnya 34C. Setelah itu ia memanggilku minta makanannya untuk dipanasi. Karena bajunya yang agak basah, kelihatan kedua putingnya yang menonjol di balik dasternya dan bergerak-gerak. Seketika aku menjadi tambah ngaceng menyadari aku melihat payudaranya Nonik. Dengan rambutnya yang agak basah membuatnya makin menggairahkan. Kalau nggak ingat ia putri majikanku dan majikanku ada di kamar mungkin ia sudah kuciumi dan .. Tapi aku nggak melakukan apa-apa cuma seringkali melirik ke arah dadanya. Herannya ia cuek saja, seolah-olah tidak ada apa-apa.<br /><br />Malamnya aku benar-benar nggak bisa tidur. Aku ingin onani tapi keinginanku bisa kutahan sampai akhirnya aku tertidur. Tapi malam itu aku jadi mimpi basah dan sadar sepenuhnya. Kurasakan air maniku keluar banyak sekali sampai celanaku benar-benar menjadi basah. Dalam mimpiku aku masuk ke kamarnya, kutelanjangi dia kemudian ia kusetubuhi sampai dia nggak perawan lagi. Benar-benar itu adalah mimpi basahku yang terhebat yang pernah kualami. Sejak saat itu aku jadi tak tertahankan lagi untuk onani hampir tiap malam membayangkan Nonik.<br /><br />Sejak saat itu semakin sering saja kejadian-kejadian yang ‘kebetulan’. MIsalnya saat tuan dan nyonya sedang mengurus tanamannya di taman, aku lagi nyapu ruang tamu, nonik keluar dari kamarnya tanpa memakai BH. Kadang ia memakai BH tapi mungkin terbuat dari bahan yang tipis sehingga membuat kedua putingnya tampak menonjol. Secara pukul rata, hampir tiap hari aku bisa ngeliat susunya Nonik kadang malah sehari lebih dari sekali. Dan semuanya itu dilakukan seolah-olah hal yang biasa dan anehnya Nonik Vera cuek aja seperti nggak ada masalah apa-apa. Akibatnya aku jadi terbiasa tiap hari onani.<br /><br />Hal paling hebat yang pernah kualami, kebetulan kamar Nonik ada jendela yang menghadap taman di dalamnya ada kamar mandi sendiri. Beberapa kali di waktu malam aku coba ke taman, siapa tahu tirai plastiknya terbuka jadi aku bisa ngeliat ke dalam. Beberapa kali hasilnya kosong sampai suatu saat..<br /><br />Malam itu tirai plastiknya nggak tertutup rapat jadi aku bisa melihat ke dalam apalagi di luar gelap sementara di dalam kamar terang karena lampu. Kulihat kamarnya kosong, kayaknya ia di kamar mandi. Tak lama kemudian ia muncul. Pake daster yang sama waktu pertama kali aku ngeliat dadanya itu. Kali ini juga ia tidak memakai BH. Lalu dengan posisi membelakangiku ia menanggalkan bajunya! terlihat olehku dari belakang postur tubuhnya dan lekuk-lekuknya yang menggiurkan. Ia cuma mengenakan celana dalam saja warna merah muda. Rambutnya yang sebahu menutupi punggungnya bagian atas. Selain itu kelihatan jelas kulit tubuhnya yang putih halus dan mulus, pinggangnya yang ramping serta pinggulnya yang seksi.<br /><br />Kemudian ia mengambil daster di lemari. Tiba-tiba terdengar bunyi dering telepon sehingga ia tidak jadi mengambil dasternya. Malah ia mendadak berbalik! Wah, buset! Baru kali ini aku melihat payudaranya secara jelas banget. Ternyata payudaranya benar-benar indah. Padat berisi dan ukurannya proporsional dengan tubuhnya yang tinggi serta masih kencang. Putingnya menonjol keluar serta warnanya merah segar. Cocok sekali dengan celana dalamnya. Ia berbincang-bincang di telepon sambil duduk di meja menghadap kaca yang arahnya 90 derajat dari posisiku.<br /><br />Semuanya itu dilakukan saat ia telanjang dada! Berkali-kali payudaranya bergerak-gerak mengikuti gerakan tangannya. Aku bisa melihat payudaranya dari dua arah, dari samping agak belakang serta dari pantulan kaca. Langsung aku memegang-megang Ujangku. Selesai telpon ia mencuci mukanya di wastafel hanya dengan memakai celana dalam saja. Kembali aku melihat dadanya dari sudut yang lain. Akhirnya pada posisi menghadap frontal ke arahku ia melakukan gerakan melepas celana dalamnya! Ouch. Akhirnya pada malam itu aku berhasil melihat tubuh Nonik Vera yang telanjang bulat tanpa selembar benang pun. Rambut kemaluannya ok juga sih. Nggak terlalu lebat dan nggak terlalu jarang.<br /><br />Tapi yang kulihat berikutnya makin membuatku tegang. Karena tak lama kemudian Nonik Vera berbaring telentang di ranjang yang persis di depanku. Kepalanya menghadap kearahku. Mula-mula ia meram beberapa saat kemudian kedua tangannya meraba-raba perut dan pahanya termasuk pangkal pahanya. Kemudian ia menggeliat-geliat dan mulai meremas-remas payudaranya. Wah! Lalu jari-jarinya menggerak-gerakkan putingnya dan ia makin merintih dan menggeliat-geliat. Ternyata ia sedang beronani! Kemudian ia mengangkangkan kedua kakinya sampai aku bisa melihat dengan jelas vaginanya. Lalu ia menggesek-gesekkan jarinya ke vaginanya.<br /><br />Melihat itu aku jadi nggak tahan akhirnya aku menanggalkan pakaianku juga sampai telanjang bulat trus aku mengocok Ujangku sambil menonton pertunjukannya Nonik Vera. Sampai beberapa saat kemudian kita saling memainkan alat vital masing-masing. Sampai kemudian kulihat Nonik Vera kepalanya menghadap lurus ke atas matanya tertutup. Tangan kirinya meraba-raba putingnya sementara tangan kanannya makin kencang menggesek-gesek vaginanya akhirnya kudengar desahannya sambil tubuhnya menggelinjang. Kayaknya ia sudah orgasme. Tak lama kemudian sambil menatap payudaranya dan kemudian liang vaginanya dalam posisi dia yang kakinya terpentang lebar, aku mengalami ejakulasi, air maniku kutumpahkan di tanah sambil menatap liang vaginanya. Itu adalah masturbasiku yang terindah dan paling nikmat! Tak lama kemudian aku segera balik ke kamarku dan tidur dengan nyenyak.<br /><br />Sejak saat itu aku jadi makin sering melihat Nonik Vera telanjang atau setengah telanjang. Uniknya Nonik Vera sepertinya cuek aja atau mungkin pura-pura tidak tahu? Ia tidak pernah menyinggung atau berbuat sesuatu yang menunjukkan kalau ia tahu. Jadi kesimpulanku Nonik Vera seorang yang eksibisionis. Sungguh beruntung aku bekerja disini.<br /><br /><a href="http://www.donkeymails.com/pages/index.php?refid=mashermawan"><img style="width: 262px; height: 60px;" src="http://www.donkeymails.com/images/banner5.gif" alt="DonkeyMails.com: No Minimum Payout" border="0" /></a> <a href="http://www.easyhits4u.com/?ref=agenmodem"><img style="width: 263px; height: 60px;" src="http://static.easyhits4u.com/img/banners/468x60_13.gif" alt="Popular 1:1 Traffic Exchange" border="0" /></a> </div>CowokMLghttp://www.blogger.com/profile/08999633505345466529noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3874674043945495181.post-12020287207359247072012-06-11T02:57:00.000-07:002012-07-25T10:15:38.404-07:00Pembantu yang mulusKetika anak saya berumur satu tahun saya pindah rumah. Rumah sendiri. Rasanya sudah cukup bekal mental kami untuk tinggal sendiri. Semua pelajaran tentang bagaimana berumah tangga yang kami terima dari ibu mertua tampaknya cukup. Juga soal seks tentunya:). Kami hanya sekali melakukannya, dan tak ada keinginan untuk menguanginya. Saya takut, seperti halnya kejadian saya dengan Mbak Maya dan Rosi. Tapi diam-diam saya geli sekaligus bangga terhadap diri saya. Benar-benar luar biasa. Empat perempuan dalam satu keluarga telah saya tiduri, dan rahasia itu terjaga dengan aman sampai kini, saat saya tuliskan kisah saya ini. Skandal yang menurut saya luar biasa.<br /><br />Sesungguhnyalah petualangan seks saya sebenarnya belum berakhir. Skandal terus berlangsung di dalam rumah saya. Terus terang saya memang tidak punya cukup keberanian untuk melakukan perselingkuhan dengan perempuan lain di luar yang benar-benar saya kenal. Mungkin karena pada dasarnya saya suami yang "baik". Kedua, saya tidak memiliki daya tarik seksual (sex appeal) yang menonjol. Tinggi badan saya cuma 162 cm. Terlalu pendek untuk laki-laki. Kulit sawo matang, dan wajah biasa mesti tidak jelek. Tidak ada yang luar biasa. Jadi sangat jarang perempuan tertarik secara fisik kepada saya. Saya juga tidak agresif dalam bergaul, meskipun saya cukup humoris. Saya tak punya banyak teman wanita kecuali teman sekantor, dan beberapa teman maya (e-pal). Saya merasa sangat nyaman berteman dengan perempuan-perempuan di dunia maya. Lebih bebas. Baiklah, yang saya ceritakan ini mengenai perempuan pembantu saya.<br /><div class="fullpost"><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7iGJyTiJ9DVge83SRNPoj7TIy-SiyNQaBl3fJOG8Yduuc_GEJW1bsxCrbWF8LfDpHbD1wMKIAwCmJMJHU2xxe4Lt_NzfmgmAhgFswDq8PdEKarPEtVLEpS54Oe1qyyMy-EIZCirnZLxp5/s1600/5128424_4425399_1010158284.jpg" imageanchor="1" style="clear:left; float:left;margin-right:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="166" width="250" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7iGJyTiJ9DVge83SRNPoj7TIy-SiyNQaBl3fJOG8Yduuc_GEJW1bsxCrbWF8LfDpHbD1wMKIAwCmJMJHU2xxe4Lt_NzfmgmAhgFswDq8PdEKarPEtVLEpS54Oe1qyyMy-EIZCirnZLxp5/s320/5128424_4425399_1010158284.jpg" /></a><br /><br />Kami sering berganti-ganti pembantu. Paling lama mereka hanya bertahan satu tahun. Entah kenapa. Mungkin mereka tidak cocok dengan istri saya yang cenderung tak banyak omong sehingga terkesan galak. Mungkin juga malas mengasuh anak kecil. Entahlah. Justru pergantian-pergantian inilah yang membuka pintu perselingkuhan seks bagi saya. Yang pertama dengan seorang gadis bernama Sri. Usianya saat itu 16 tahun. Dia kami peroleh di sebuah penampungan PRT, semacam sebuah yayasan. Saat itu istri saya sedang memilih-milih sejumlah PRT yang ditawarkan pengelola. Saya menunggu di ruang tamu dengan anak saya. Anak saya terus bergerak-gerak. Maklum baru beberapa minggu bisa berjalan. Saat dia melihat mamanya anak saya berlari ke arahnya. Mamanya akan menangkap, tetapi keburu didahului seorang gadis. Salah seorang PRT. Gadis itu mengangkat anak saya menimangnya. Anak saya kelihatan senang. Saya dan istri saya tertegun.<br /><br />Lalu saya lihat istri saya berbicara dengan gadis itu. Beberapa saat kemudian istri saya menghampiri saya.<br />"Gimana kalau dia saja?" tanyanya.<br />Saya bingung. Kalau melihat bagaimana gadis itu bersikap terhadap anak saya, rasanya dialah yang kami cari. Kami memang butuh PRT yang pintar mengasuh anak. Maklum saya dan istri pekerja, sehingga tanggung jawab anak sepenuhnya kami serahkan ke pembantu. Tetapi melihat fisik gadis itu, saya ragu. Rupanya istri saya tahu apa yang ada dalam benak saya. Anak kami masih dalam gendongan gadis itu. Gadis yang benar-benar tak layak menjadi PRT. Percayalah. Dia terlampau cantik sebagai PRT. Kulitnya putih bersih. Tinggi semampai, ramah, periang. Dan, waduh. Teteknya sangat besar.<br /><br />Tidak. Saat ini saya sedang mencari pengasuh anak. Itu yang penting.<br />"Dia saja ya?" Istri saya mendesak. Saya bigung.<br />"Si Nisa lengket banget tuh."<br />Akhirnya gadis bernama Sri itu kami ambil. Inilah sebenarnya kekeliruan istri saya. Maaf, pembaca. Pembantu saya ini setingkat lebih cantik dibanding istri saya sendiri. Benar-benar membingungkan kan? Bahkan para tetangga kami tadinya tidak percaya kalau itu pembantu saya. Mereka mengira dia famili kami. Reaksi saudara-saudara istri saya negatif. Mereka keberatan dengan pembantu secantik itu. Apalagi Sri benar-benar ramah luar biasa. Dia juga cenderung cerdas meskipun hanya lulusan SMP. Ibu mertua saya bahkan marah-marah pada istri saya dan meminta saya mengganti pembantu. Istri saya memberi penjelasan tetang bagaimana Sri pintar merawat Nisa. Penjelasan ini tidak bisa diterima ibu. Saya menduga keberatan itu karena ibu khawatir akan terjadi sesuatu antara menatunya dengan Sri. Beliau kan contoh nyata. Istri saya bersikukuh, bahkan ketika ibu mengancam tidak akan berkunjung ke rumah kami sampai kami mengganti pembantu.<br /><br />Apa yang dikhawatirkan ibu memang beralasan. Saya benar-benar tergoda oleh semua yang ada dalam diri Sri. Kecantikannya, kebersihan kulitnya, teteknya, keramahannya. Dua bulan sejak dia ikut kami, saya sudah mulai punya pikiran kotor. Saya mulai mencari cara untuk bisa meniduri Sri. Maukah dia? Istri saya sama sekali tidak mencurigai saya. Baginya saya adalah pria yang culun dan setia. Dunia saya hanya duania kantor dan rumah. Setiap kali dia menghubungi saya, ya saya hanya di kantor atau di rumah. Itulah yang membuatnya merasa tenteram, tidak menaruh curiga apa-apa. Bodoh.<br /><br />Serangan terhadap Sri saya lakukan pada suatu malam ketika istri saya keluar kota. Birahi saya muncul sejak siang. Istri saya berpesan kepada Sri supaya kalau malam Nisa tidur dengan dia. Soalnya istri saya paham betul tabiat saya kalau tidur malam. Susah bangun sekalipun anak menangis keras di sisi saya. Sejak sore Nisa bersama saya, bercengkerama di depan TV, lalu tertidur sekitar jam 19.00. Saya tiduran di sebelahnya sambil nonton TV. Tapi sebenarnya pikiran saya sedang kacau oleh birahi dan keinginan untuk menikmati tubuh Sri. Tetek gadis itu benar-benar sangat menggoda saya. Seperti apa rupanya tetek besar seorang gadis? Saya ingin meremas-remasnya, ingin mengulum dan menjilatinya.<br /><br />Saya telah memasang perangkap sejak sore. Tapi tidak ada reaksi apa-apa. Saya tiduran dengan berbalut sarung, tanpa baju. Hanya CD saja. Jam 20.00 Sri meminta Nisa untuk dibawa ke kamarnya. Saya pura-pura menolaknya.<br />"Sudah biar tidur sama saya saja," kata saya.<br />"Nanti dimarahin Ibu. Katanya Bapak kalau tidur.."<br />"Ahh sudahlah," saya memotongnya.<br />"Nanti saja, saya masih pingin di dekat Nisa," sahut saya.<br />"Saya sudah mengantuk, Bapak."<br />Saya diam saja. Gadis itu mengenakan kaos denga rok span di atas lutut. Dia duduk melipat lutut di sebelah Nisa. Rambutnya tergerai sebahu. Hmm. Sepasang pahanya yang putih tersembul dari roknya.<br />"Sudah kamu tiduran di situ dulu nanti kalau sudah waktunya aku bangunin terus kamu bawa Nisa ke kamarmu," kata saya.<br /><br />Perangkap saya pasang. Dia tampak ragu dan bingung.<br />"Sana ambil bantal kamu!" perintah saya.<br />Dia beranjak. Sebentar kemudian datang lagi dengan membawa bantal dan selimut. Dia rebahkan tubuhnya di sisi Nisa. Dia balut tubuhnya dengan selimut. Tenggorokan saya seperti tersekat. Kering. Haus rasanya. Saya tidur dengan Sri hanya dibatasi si kecil Nisa. Sri mencoba memejamkan mata. Sesekali melirik ke arah TV. Lalu saya tidur menghadap ke arahnya. Memandanginya. Rupanya dia tahu saya memandangi. Sekilas dia memandang saya, lalu memejamkan mata. Saya memandangi terus. Semakin kagum, dan semakin panas dingin tubuh saya. Penis saya sudah tegang sejak tadi. Saya bingung bagaimana mengawali. Maukah Sri menerima saya? Kalau dia melawan? Kalau berteriak-teriak? Kalau besok minta keluar? Pikiran saya mulai kacau. Antara berani dan tidak. Saya mencoba tersenyum kepadanya ketika dia melirik saya. Dia tak bereaksi. Tampaknya dia tahu apa yang berkecamuk dalam benak saya.<br /><br />Saya memanggil namanya pelan. Dia membuka matanya.<br />"Kamu cantik sekali." Dia terbelalak dan merapatkan selimutnya.<br />Saya terus memandanginya. Lalu saya lihat dia tersenyum tipis.<br />"Kamu cantik sekali," kata saya lagi.<br />Wajahnya merah. Timbul keberanian saya. Saya mencoba meraih jemarinya yang tersembul dari selimut. Dia kaget dan menariknya. Saya hentikan serangan saya. Sesaat kemudian saya coba raih helai-helai rambutnya. Saya elus kepalanya. Dia diam. Saya makin berani.<br />"Kamu pernah punya pacar?"<br />"Sudah ahh Bapak. Nggak boleh gitu," katanya.<br />Nisa bergerak-erak seperti mau bangun. Sri mencoba menengkan dengan menepuk-nepuk punggungnya. Kesempatan itu saya gunakan untuk meraih tangannya. Saya gengam. Dia diam, hanya matanya yang lurus ke arah mata saya. Saya cium tangan itu. Penis saya makin tegang. Saya ciumi punggung tangan itu, lalu telapak tangannya. Tak ada rekasi. Saya makin berani. Secepat kilat saya bergeser tempat. Kali ini di belakanganya.<br />"Bapak jangan gitu, ahh," dia menepis tangan saya yang mencoba memeluknya.<br />"Kenapa?"<br />"Nggak boleh. Nanti dimarahin Ibu."<br />"Kan Ibu nggak ada?"<br />"Nanti dibilangin sama Adik. Dik Nisa, besok bilangin ke mama, Papa nakal ya?" Sri berbicara pelan kepada Nisa.<br /><br />Saya tersenyum dan kembali memeluknya. Kali ini dia diam. Saya merapatkan badan kepadanya.<br />Saya gesek-gesekkan penis saya ke tubuhnya. Dia menggelinjang sebentar, dan berusaha menjauh, tapi tubuhnya terantuk tubuh kecil Nisa. Saya makin beringas. Saya buka selimutnya. Saya usap kakinya. Ke atas, di paha. Dia mendesis dan berusaha menghindar.<br />"Saya tidur di kamar saja ahh."<br />Dia mencoba bangkit tapi saya menahannya.<br />"Jangan."<br />"Bapak nakal sih."<br />Saya menghentikan aksi. Sesaat kemudian hanya tangan saya yang saya taruh di pingangnya. Dia diam saja. Lalu saya kembali memeluknya. Ahh tepatnya mendekap dia. Saya gesek-gesek pelan tangan saya di bagian perutnya. Dia tak bereaksi. Saya terus berusaha memberi rangsangan dengan menyusupkan jari saya ke kulit perutnya. Tampaknya berhasil. Dia mendesis. Tak ada perlawanan. Tangan saya merayap pelan ke atas sampai terentuh dinding yang sangat tebal. Tetek yang luar biasa besarnya. Benar-benar baru kali ini saya liat tetek sebesar ini. Saya sentuh pelan-pelan. Saya takut dia menolaknya. Tapi tidak ada reaksi.<br /><br />Baru ketika saya pelan-pelan meremas, tubuhnya terlihat bergerak-gerak. Dia melenguh. Saya makin kalap. Remasan makin keras, dan menyelusuplah tangan saya ke dalam BH-nya. Tersentuh dagihg kenyal. Saya raba, saya remas. Sri menggelinjang. "Hh.." Tangannya mencengkeram tangan saya. Saya mulai menaiki tubuhnya. Sarung saya lepas. Saya hanya bercelana dalam. Sri memejamkan mata. Saya cium bibirnya dengan tangan saya tetap meremas-remas payudara besarnya. Tanpa saya duga, dia membalas ciuman saya. Bakan menghisap lidah saya dengan rakus. Bibir saya bergerak turun ke leher. Selimut telah lepas dari tubuhnya. Saya singkap kaosnya, dan akhirnya, saya lihat kutang itu terlalu kecil untuk teteknya yang super besar. Hanya dengan sekali geser. Putingnya telah tersembul. Saya cium puting itu. Saya hisap, dan saya gelitik. Dia meronta-ronta. Tangannya memeluk saya erat-erat. Lalu saya cium lagi bibirnya.<br /><br />"Kamu pernah melakukan dengan cowok?" bisik saya sambil memainkan lidah di telinganya.<br />"Belum."<br />Tangan saya bergerak ke bawah, ke celah CD-nya, mengelus-elus semak-semak lembut, dan menggelitik sebuah celah yang telah basah. Sri mencengkeram kepala saya, lalu menariknya. Dia mencium bibir saya. Melumatnya. Lidah saya disedot dengan hebatnya. Saya permainkan tangan di bawah, menyusuri sepasang bibir vagina. Kadang memutar-mutar di ujung bibir. Ketika mencoba masuk ke sebuah lubang, saya tahu, gadis ini masih perawan.<br /><br />Tangan Sri telah mengcook penis saya. Mengocok dan meremas-remas dengan sangat kuatnya. Sakit. Persis seperti yang dilakukan Rosi, ipar saya di Taman KB malam itu. Saya buka CD Sri, hingga pangkal kakinya, lalu dia menendang sendiri CD itu, melayang ke dekat TV. Dia juga menarik CD saya.<br />"Kamu masih perawan Sri?" taya saya.<br />Dia mengangguk sambil terus mengocok penis sya. Kocokan yang kasar.<br />"Kamu mau saya masukkan ini saya?" saya memegang tangannya yang sedang mengocok penis.<br />Dia mengangguk. Tapi saya takut. Saya tak berani megambil keperawanannya. Biar bagaimana saya masih punya rasa kasihan. Tak tega saya. Benar-tbenar tak tega. Tapi nafsu telah menguasai kami.<br />"Saya ciumin saja ya?" Dia mengangguk-angguk.<br /><br />Saya membalikkan tubuh saya, mengangkat kedua pahanya yang padat. Memeknya disinari cahaya TV. Saya mulai menjilati. Meskipun tercium aroma yang tidak enak, saya tidak mempedulikan. Saya terus menjilatinya. Sri mengerang-erang. Saya coba menaruh penis saya di depan mulutnya. Tapi dia hanya meremas dan mengocoknya. Ketika lidah saya makin beringas menjilati memeknya, barulah dia memasukkan penis saya di mulutnya. Saya sibakkan bibir memeknya. Saya jilat-jilat isinya, jari tengah saya mencoba menusuk pelan. Sri mengangkat pantatnya. Mulutnya menghisap-hisap penis saya. Terdengar bunyi sangat keras.<br /><br />Si Nisa masih pulas tanpa terganggu perang di sebelahnya. Ketika saya merasa hendak ejakulasi, saya tarik penis saya. Saya ingin sperma saya jatuh di luar mulutnya. Serentak dengan itu saya mengulum kelentit. Sri menarik pinggul saya dan menghisap kuat penis saya. Srtt srrtt Sperma saya pu terpancar. Sri berusaha mendorong keluar tubuh saya. Tapi kali ini saya justru menekannya. Saya tidak ingin penis saya lepas dari mulutnya. Seluruh mani saya telah keluar. Sebagian telah masuk ke dalam kerongkongan Sri. Dia tampak muntah-muntah. Suaranya sangat keras. Saya jadi ketakutan. Dia menampung muntahan dengan selimutnya. Saya menjadi iba. Saya pijat-pijat tengkuknya. Beberapa saat kemudian dia mulai tenang. Saya ambilkan air, dan di meminumnya.<br />Dia memukuli dada saya. "Bapak nakal. Bapak nakal." Saya lega.<br />"Tapi kamu masih utuh kan? Kamu tidak kehilangan mahkotamu, kamu tidak akan hamil."<br />Dia tersenyum lalu beranjak menuju kamar mandi. Saya puas. Benar-benar puas.<br /><br />Perseligkuhan dengan Sri saya ulangi beberapa kali. Banyak sekali kesempatan terbuka. Segalanya berjalan sangat lancar. Kami melakukannya tidak hanya ketika istri saya serang keluar kota. Tetapi juga siang hari saat istri kerja dan aku pulang diam-diam. Bedanya, Sri tak lagi mau membuka CD-nya. Dia bersedia mengulum penis saya. Jadi aku hanya berhak atas bibir dan tetek. Bagi saya itu lebih dari cukup. Saya memang tidak menginginkan memek Sri. Biarlah itu menjadi milik suaminya kelak.<br /><br />Suatu saat, entah karena apa, istri saya meminta Sri keluar. Sri sangat terpukul. Dia menangis sesenggukan. Saya juga kaget dan takut. Ada apa sebenarnya? Apakah istri saya tahu yang terjadi antara saya dan Sri? Akhirnya istri saya berterus terang, sebenarnya dia tak ingin Sri keluar.<br />"Semua ini karena ibu," kata istri saya kepada Sri.<br />Sebagai gantinya ibu telah menyediakan pembantu. Seorang perempuan yang buruk rupa. Hitam, dekil, dan udik. Hmm.<br />Kepada Sri istri saya mencarikan kerja di sebuah toserba yang cuku besar. Ini berkat bantuan relasi istri saya. Sri gembira bukan main meskipun sedih harus berpisah dengan Nisa. Sejak itu saya tak pernah bertemu dia lagi. Tapi berharap suatu saat bisa bertemu ketika dia telah bersuami, dan mengulang apa yang pernah kami lakukan. (Sri, jika kamu tahu, saya menunggumu)<br /><br />Pembantu berikutnya yang menjadi pelampiasan narfsu saya bernama Mumun. Usianya sama dengan Sri. Meskipun tak secantik Sri, namun dia cukup menarik untuk ukuran pembantu. Pendekatan dengannya bahkan lebih lama dibandingkan yang saya lakukan terhadap Sri. Yang saya lakukan pertama adalah saya mencubit lengannya sambil lalu. Beberapa kali itu saya lakukan. Lama-lama dia berani membalas. Tentu tanpa sepengetahuan istri dan anak-anak saya. Waktu itu si sulung kelas 3 SD sedangkan si bungsu masih kecil.<br /><br />Dari mencubit lengan meningkat menjadi meremas tangan. Bahkan kemudian ketika dia menunggui si kecil tidur di depan TV saya berani mencuri-curi mencium pipinya. Saya bahkan mulai merayu dan mencoba mencium bibirnya, tapi dia menolak. Saya tak menyerah, dan akhirnya berhasil. Rupanya itu ciuman pertama bagi dia, sekaligus pergumulan pertama. Saya tak berhasil menyentuh payudaranya. Apalagi memeknya. Hanya meremas kutangnya. Dia juga tidak mau memegang penis saya. Tetapi saya sempat ejakulasi.<br /><br />Sejak pergumulan itu secara sembunyi-sembunyi dia memanggil saya "sayang". Lucu. Terutama ketika saya pulang kerja. Dia ambilkan minuman dan bilang, "Minumnya sayang." Pernah suatu ketika, saat di dapur dan saya menggodanya, dia melontarkan panggilan itu. Bersamaan dengan itu istri saya muncul. Hampir kiamat rasanya. Tapi saya lihat istri saya tidak menunjukkan kecurigaan apa-apa. Sikapnya tak berubah.<br /><br />Mungkin nalurinya saja yang membuatnya mencium aroma skandal saya dengan Mumun. Akhirnya Mumun dikeluarkan dengan alasan "Tidak beres dalam bekerja." Sejak itu saya tidak tahu kabar tentang Mumun. Pembantu-pembantu penggantinya tak ada lagi yang berwajah "layak" untuk digauli. Pernah sih ada perempuan berkulit bersih. Meski tidak cantik tapi cukup menggiurkan. Sayangnya dia telah bersuami. Suaminya seorang tukang bangunan. Saya tak berani menyentuh perempuan itu. Takut. Lagi pula perempuan itu amat santun, lemah lembut, dan sangat menyayangi kedua anak saya, sehingga saya berusaha menjaga agar perempuan itu betah bersama kami.<br /><br />Tamat<br /><br /><a href="http://www.donkeymails.com/pages/index.php?refid=mashermawan"><img style="width: 262px; height: 60px;" src="http://www.donkeymails.com/images/banner5.gif" alt="DonkeyMails.com: No Minimum Payout" border="0" /></a> <a href="http://www.easyhits4u.com/?ref=agenmodem"><img style="width: 263px; height: 60px;" src="http://static.easyhits4u.com/img/banners/468x60_13.gif" alt="Popular 1:1 Traffic Exchange" border="0" /></a> </div>CowokMLghttp://www.blogger.com/profile/08999633505345466529noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3874674043945495181.post-21480212232136830662012-06-11T02:54:00.000-07:002012-07-25T10:15:38.424-07:00Bercinta itu nikmatSetelah peristiwa bersama Rico, hubunganku dengan Risa makin membaik secara kualitas, namun secara kuantitas aku agak jarang bertemu dengan Risa karena aku harus bekerja dan melanjutkan studi di luar kota. Sehingga paling dua minggu atau tiga minggu sekali aku bertemu dengannya.<br /><br />Perihal dengan Rico aku tak cemburu lagi dengannya, apalagi aku sudah dikenalkan juga dengan pacarnya Rico. Findi namanya. Anaknya lumayan cantik, badannya juga seksi meski teteknya tak sebesar Risa, pacarku. Kutaksir ukuran BHnya sekitar 34B.<br /><br /><div class="fullpost"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjGZ0XrHxeLKDVniLvBVpZkxiJ3inmC5qOVlPBa9RrLRSQZW5w2jAM-Wl33TbU_j1vL82lpFAnGjbzk_v91GyN7y_eozMOLZvCf7QFL7FUFScqh4Lw_79AYfSKpXNLiatFQZo6m3mvzM5r/s1600/5128444_4425411_2027460923.jpg" imageanchor="1" style="clear:left; float:left;margin-right:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="250" width="166" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjGZ0XrHxeLKDVniLvBVpZkxiJ3inmC5qOVlPBa9RrLRSQZW5w2jAM-Wl33TbU_j1vL82lpFAnGjbzk_v91GyN7y_eozMOLZvCf7QFL7FUFScqh4Lw_79AYfSKpXNLiatFQZo6m3mvzM5r/s320/5128444_4425411_2027460923.jpg" /></a><br /><br />Kisahku ini terjadi ketika aku pulang ke kota K, untuk menengok Risa. Kangenku padanya sudah nggak ketulungan, harusnya aku pulang 2 minggu lagi, tapi aku pulang seminggu lebih awal, karena udah tak tahan kangen. Sengaja Risa tak kuberi kabar untuk memberikan kejutan kepadanya, karena saat kutelepon katanya ia kangen sekali denganku.<br /><br />Pagi-pagi benar aku sudah sampai di kota K, setelah melepas lelah aku meluncur naik taksi ke dekat rumah Risa. Dari wartel yang berjarak 500 m, kutelepon ke rumahnya.<br /><br />"Pagi, Risanya ada?"<br />"O.. Risanya pergi baru dua menit yang lalu" Ibunya Risa yang mengangkat telephone.<br />"Kemana ya Bu?"<br />"Aduh kurang tahu ya.. Katanya mau bimbingan skripsi atau apa gitu?"<br />"Ya udah Bu, makasih"<br /><br />Begitu kuletakkan telepon, kulihat mobil Risa melintas di depanku, entah kenapa aku tak terlintas dalam benakku untuk mengikutnya. Kulihat Risa berdandan sangat cantik dan sexy, mungkin itu juga yang membuatku curiga karena selama ini setiap ia bimbingan, dandanannya biasa-biasa saja. Akhirnya kuminta sopir taksi untuk mengikuti mobil Risa.<br /><br />Setelah berjalan 3 km, tiba-tiba mobil berhenti, kemudian pintu dibuka, kulihat cowok yang sangat kukenali wajahnya, Rico teman sekampus Risa, sesaat mereka ngobrol kemudian Rico masuk ke mobil melalui sebelah kanan. Ternyata mereka ganti stir, Rico yang memegang stir kemudian Risa duduk si sebelahnya.<br /><br />Beberapa saat mobil berjalan Risa menoleh ke belakang, aku terkejut langsung kutundukkan badanku agar ia tak mengenaliku. Saat ku munculkan lagi wajahku betapa terkejutnya aku ketika Risa ternyata mencium pipi Rico, kemudian ia menggelayut mesra di bahu Rico sambil Rico terus menyetir. Hampir saja kuminta sopir taksi untuk menghentikan mobil mereka, namun naluriku berkata lain aku harus ikuti kemana mereka pergi.<br /><br />Mobil Risa terus meluncur melewati batas kota K melewati kota U arah menuju areal wisata di kota B. Tiba-tiba badanku merinding, keringat dingin membasahi tubuhku, jangan-jangan mereka benar ke kota B, tempat aku dan Risa biasa memadu asmara. Sejenak aku diam menenangkan diri, tiba-tiba kulihat Hpku, aku ada ide coba telp HP Risa, toh ia tidak tahu kalo aku lagi pulang ke kota K.<br /><br />"Hallo Sayang, lagi ngapain?"<br />"Eh Ryan, kupikir siapa kok nggak ada nomornya?" jawab Risa santai<br />"Oh iya aku pakai private number, sori belum kuganti. Lagi dimana nih?"<br />"Ini Ryan mau ke tempatnya Bu Ani, konsultasi skripsi"<br />"Emang rumahnya di mana?"<br />"E.. Di jl. KS.." Kudengar Risa agak gugup, ia menjawab sekenanya. Padahal setahuku Bu Ani itu rumahnya di Jl. RHT.<br />"Ya udah, ati-ati ya.."<br />"Ok Ryan Bye, cup ah.." Gila kupikir Si Risa, dia bohongi aku tapi masih juga sempat bersikap mesra.<br /><br />Dengan jawaban tadi aku yakin betul kalo Risa dan Rico sedang menuju ke tempat wisata di kota B. Terbayang di wajahku pergumulan yang pernah aku lakukan bersama Rico dan Risa, ada gairah, ada cemburu yang membara. Tapi kenapa mereka lakukan ini? Kenapa Risa menghianatiku? Kenapa Rico menyalahgunakan kepercayaanku? Bukankah kuajak dia ikut bergabung pada permainan dulu itu agar tak ada cemburu diantara kita? Kenapa mereka melakukan ini tanpa seijinku bahkan berbohong kepadaku? Sejuta pertanyaan terus melintas di kepalaku.<br /><br />Aku menyalahkan diriku sendiri kenapa kuajak Rico waktu itu? Ah semuanya sudah telanjur, aku nggak bisa membayangkan lagi apa yang mereka perbuat selama ini ketika aku di luar kota. Dengan dalih skripsi mereka bebas melakukan apa saja.<br /><br />Di sela-sela kegundahanku tiba-tiba kuingat Findi, pacar Rico. Sedang apa kira-kira dia? Tahukah ia kalo Rico selingkuh dengan Risa. Tiba-tiba ada gairah dalam diriku untuk menikmati tubuh Findi, kubayangkan bodynya, putihnya dan pantatnya yang aduhai. Kulihat Hpku kucoba cari nomornya, ah bersyukur aku ternyata aku masih menyimpan nomornya.<br /><br />"Hallo Findi?"<br />"Iya.. Siapa nih?"Suaranya merdu dan manja sekali.<br />"Ini Ryan.."<br />"Oh Bang Ryan. Gimana kabarnya Bang?" sapanya sangat lembut dan ramah.<br />"Baik.. Findi sendiri gimana? Baik juga kan?"<br />"Iya Bang"<br />"Lagi dimana nih Fin"<br />"Di tempat temen Bang, di U"<br />"Lho nggak pacaran, kan hari sabtu?"<br />"Aduh Bang, Rico lagi sibuk sekali akhir-akhir ini ngerjain skripsi, jangankan pacaran telp aja aku takut ganggu.. Lho bukannya Rico lagi ke dosen ama Mbak Risa? Abang di K kan? Belum ketemu Mbak Risa?" tanyanya seperti memberondong.<br />"Oh ya tho.. Belum tuh Riss.. Eh kamu di kota U ya? Aku juga di U nih.. Gimana kalo kita ketemu, itung-itung ngilangin kangen sebagai sesama ditinggal pacar sibuk skripsi.. He.. He.." kucoba sambil bercanda sekaligus menghilangkan rasa cemburuku pada Risa dan Rico.<br />"Ah Abang bisa aja.. Tapi boleh juga Bang, soalnya temenku juga mau pergi bentar lagi"<br />"Ya udah kujemput kamu ya.." Setelah Findi memberikan alamat temennya lalu kusuruh sopir taksi meluncur ke alamat tersebut.<br /><br />"Pagi Fin"<br /><br />Gila kulihat cantik sekali Findi pagi ini badannya yang dibalut kain ketat serta celana ketat tiga perempat seolah memamerkan semua tonjolan yang ia punya.<br /><br />"Eh Abang.. Udah dateng kok cepat sekali?"<br />"Iya nih.. Ternyata posisiku tadi udah dekat.. Yuk" ajakku sambil mengandengnya masuk ke taksi. Terasa harum wangi parfumnya membuat 'adik'ku menggeliat.<br /><br />Setelah memasuki taksi, kemudian kami meluncur dengan cepatnya, seakan tahu betul sopir taksi itu mengarahkan ke obyek wisata B.<br /><br />"Kemana kita Bang?" Tanya Findi melihat taksi ke arah B<br />"Gimana kalo kita ke B, sambil lihat pemandangan. Di jakarta lihatnya gedung terus sih.."<br />"Boleh Bang.. Siapa takut.. Asal nggak aneh-aneh aja Abang"<br />"Aneh-aneh gimana maksudnya?"<br />"Ya kan dah lama nggak ketemu Mbak Risa.. Aku nanti jadi pelampiasan lagi" katanya sambil mengerling penuh arti.<br />"Dasar kamu.." kataku sambil kucubit dia.<br /><br />Di perjalanan kami terus bercanda, cerita kesana-kemari sampe akupun agak lupa kalo tujuanku adalah investigasi Risa dan Rico. Hingga karena taksi dikemudikan sangat cepat maka tanpa diduga sebelumnya posisi taksiku persis di belakang mobil Risa yang dikemudikan Rico.<br /><br />"Bang itu bukannya mobil Mbak Risa? Yang nyetir Rico kan? Mau kemana mereka? Kok kemari?"<br />"Itulah yang juga Abang ingin tahu, Abang sejak tadi membuntuti mereka. Trus Abang telp Findi, eh pas di kota U juga, jadi sekalian aja pikirku. Abang juga penasaran kok Fin"<br />"Pantesan sibuk terus mereka, jangan-jangan"Findi tak meneruskan kata-katanya, matanya berkaca-kaca, ia rebahkan tubuhnya ke dadaku.<br />"Bang.. Gimana nih Bang?"<br />"Udahlah Fin.. Gak pa-pa.. Santai aja, toh Findi kan juga sama Abang.. Jadi satu-satu nantinya hehe"<br />"Ih Abang genit..<br />"Katanya sambil terus merapatkan ke badanku seakan nggak mau ia lepaskan. Kulihat Findi mulai agak tenang.<br /><br />Taksi kami terus mengikuti arah mobil Risa, dari belakang kulihat sesekali Risa mencium Rico, kadang sebaliknya Rico yang mencium Risa.<br /><br />"Ih.. Mereka genit sekali" kata Findi sebel.<br />"Aku cium Abang juga ah.." Tanpa peduli pada sopir taksi tiba-tiba Findi menciumku.<br />"Ih nakal kamu" Padahal saat itu adikku betul-betul tegang, aku bergairah melihat apa yang akan diperbuat Risa dan Rico sekaligus bergairah karena Findi terus merapat ke badanku.<br /><br />Tiba di kota B. Kulihat mobil Risa belok ke arah Hotel KDR, aku hafal betul karena di tempat itu aku dan Risa sering memadu kasih, lalu kuminta sopir taksi untuk terus dulu supaya nggak ketahuan mereka kalo aku dan Findi membuntuti.<br /><br />"Bang mereka ke Hotel. Mau ngapain mereka? Masak konsultasi di Hotel?" Findi semakin sebel diliputi rasa cemburu, rasa yang sama yang pernah kurasakan dulu (Cemburu Membawa Sensasi).<br />"Udah Fin, tenang aja nanti kita ikutin mereka"<br /><br />Setelah beberapa saat taksi kemudian kuminta berputar masuk ke hotel, aku berbincang-bincang sesaat dengan reseptionist yang aku udah lumayan kenal karena langganan lalu aku minta kamar di sebelah Risa dan Rico. Sedangkan sopir taksi kuminta dia pulang setelah kubayar, karena aku berpikir pulangnya bareng sekalian dengan Risa dan Rico.<br /><br />Jalan menuju ke kamarku melewati depan kamar Risa dan Rico, saat aku lewat terdengar desahan-desahan yang sangat menggairahkan. Kurang ajar batinku ternyata mereka udah nggak mampu menahan lagi, tapi di sisi lain desahan-desahan itu justru membuatku terasa bergairah.<br /><br />Begitu masuk kedalam kamar aku dan Findi segera mencari lubang yang dapat kami gunakan untuk mengintip aktivitas Risa dan Rico, tanpa menemui kesulitan kami menemukan lubang yang mampu melihat aktivitas mereka secara jelas namun tak mungkin mereka lihat karena tempatnya sangat tersembunyi.<br /><br />"Oh Ris.. Aku kangen sekali ama tetekmu" ujar Rico sambil memegang dada Risa yang masih terbungkus kain lengkap.<br />"Ohh.. Ohh.. Aku juga Ric, aku kangen ama batangmu yang tegak itu" desah Risa sambil terus mereka berciuman bibir.<br /><br />Kulihat Findi begitu dongkol melihat kelakuan mereka, namun sisi laen aku juga lihat kalo Findi wajahnya merah, kuduga selain menahan amarah ia juga menahan gairah melihat aktivitas Rico dan Risa. Perlahan kuraba paha Findi yang masih terus mengintip aktivitas Rico dan Risa.<br /><br />"Ohh.. Oh.." Lenguhnya tanpa menggeser posisi mengintipnya.<br /><br />Sementara di seberang kamar kulihat Rico telah berhasil melucuti pakaian atas Risa hingga yang tertinggal di atas hanyalah BH Risa.<br /><br />"Ohh.. Ric.. Lidahmu nakal sekali"<br />"Tapi kamu suka kan?"<br />"He eh.. Ehm.. Oh.. Terusin nakalmu Ric, lepaskan BH ku" Risa semakin bernafsu.<br /><br />Aku hafal betul kalau Risa paling tidak tahan jika teteknya di pegang. Dalam sekejap BH Risa sudah terlepas dari tempatnya, kini yang nampak adalah dua buah gunung kembar yang menjulang dengan puting yang sudah mengeras. Rico dengan lahap menjilati puting tersebut.<br /><br />"Ohh.. Enak sekali Ric.. Kok bisa ya sekecil ini di jilat rasanya sampe ke ubun-ubun.. Oh" lenguh Risa dengan manja menahan gairah. Sementara aku sendiri terus bergerilya di paha Findi..<br /><br />"Ough.. Ohh.. Enak Bang"<br />"Lepasin celanamu ya.." Pintaku dengan berbisik<br />"Ho.. Oh" Kulepas celananya yang tiga perempat, sengaja kusisakan CD-nya biar ada sensasi tersendiri.<br />"Uhh.. Bang" rintihnya ketika tanganku mengucap vegynya yang masih tertutup CD, namun nampak jelas rambut-rambutnya yang hitam kecoklatan.<br />"Ohh.. Ouhh.. Ohh.. Kamu pintar sekali Bang" desahannya makin keras tatkala kuraba bibir vegynya yang sudah basah.<br /><br />Di seberang kamar kulihat Risa dan Rico sudah tak berpakaian lagi alias telanjang bulat. Risa kulihat sedang mengoral penis Rico.<br /><br />"Ohh.. Ris enak.. Sekali.. Oh" Rico meracau.<br />"Enak mana ama kuluman Findi Ric?" Tanya Risa sambil terus mengoral.<br />"Enakan oralmu Ris".<br /><br />Mendengar ucapan Rico, Findi menjadi jengkel. Seolah ia akan membuktikan ucapan Rico, kemudian ia segera melucuti celanaku. Terpampanglah penisku yang sudah tegak mengacung. Tanpa banyak basa basi ia langsung kulum penisku.<br /><br />"Oh.. Ohh.." Bibir tipis Findi ternyata lihai juga mengoral penisku, memang kuakui bibir tebal Risa lebih mantap untuk mengulum penis, namun demi menyenangkan hati Findi aku tetap memuji dia.<br />"Auh.. Ogh, enak.. Fin.. Bohong kalo Rico bilang enakan kuluman Risa.. Ohh.." Seakan makin bersemangat Findi terus mengocok penisku dengan cepat.<br />"Oh.. Fin enak sekali.. Aku nggak tahan Fin.." sambil terus Findi mengulum penisku, tanganku menyelusup ke dada Findi, kutemukan dua gunung yang memang nggak sebesar punya Risa.<br />"Ohh.. Bang.. Aku bergairah sekali.. Bang.. Oh.."<br /><br />Kulihat di kamar sebelah Risa dan Rico sudah tidur berpelukan, terdengar dengkuran halus Risa yang sangat kukenal. Karena aku dan Findi terlalu asyik bermain sehingga tidak sempat melihat sampai klimaks Rico dan Risa dalam mendaki kenikmatan.<br /><br />"Bang masukin punyamu Bang.. Ohh.. Aku nggak tahan lagi" perlahan kumasukin penisku di vagy Findi.<br />"Pelan-pelan Bang.. Oh.. Nikmat.. Ohh"<br />"Ohh.. Ough.."<br />"Ouhh.. Ough.. Oghh.. Ohh" Kami terus berpacu mengjar nafsu yang semakin membara seolah lupa kalo di sebelah ada pasangan kita masing-masing.<br />"Ohh.. Bang aku hampir sampe"<br />"He eh.. Abang juga.. Dikeluarin dimana?"<br />"Di luar aja Bang aku lagi subur.. Oh"<br />"Ya udah Findi keluarin dulu.."<br />"Oh.. Bang.. Oh.. Ohh" Rintihan panjang Findi mengakhiri klimaksnya.<br /><br />Ia semburkan lahar basahnya ke penisku, sementara penisku segera kutarik dan kukgoyang-goyangkan dengan keras di atas perut Findi.<br /><br />"Ohh.. Ohh" cret cret spermaku keluar dengan derasnya di perut Findi.<br /><br />Kami kemudian berpelukan sangat erat. Sementara itu di kamar sebelah Rico dan Risa masih tertidur, demikian pula dengan Findi, ia tertidur mungkin karena kecapekan. Sedangkan aku sendiri tak bisa tidur. Sambil menghisap rokok aku berpikir keras untuk menggali ide agar dapat menyelesaikan konflik perselingkuhan ini dengan happy ending dengan tanpa amarah bahkan kalo bisa dengan gairah, karena bagaimanapun awalnya aku yang salah dan aku memang sangat mencintai Risa, tapi vegy Findi pun juga lezat rasanya.<br /><br /><a href="http://www.donkeymails.com/pages/index.php?refid=mashermawan"><img style="width: 262px; height: 60px;" src="http://www.donkeymails.com/images/banner5.gif" alt="DonkeyMails.com: No Minimum Payout" border="0" /></a> <a href="http://www.easyhits4u.com/?ref=agenmodem"><img style="width: 263px; height: 60px;" src="http://static.easyhits4u.com/img/banners/468x60_13.gif" alt="Popular 1:1 Traffic Exchange" border="0" /></a> </div>CowokMLghttp://www.blogger.com/profile/08999633505345466529noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3874674043945495181.post-11335955850823100112012-06-11T02:35:00.000-07:002012-07-25T10:15:38.461-07:00Teman Yang HebatSuatu hari Sabtu aku pergi bersama teman-teman ke sebuah disco di daerah kota. Teman-temanku sudah mempunyai pasangannya masing-masing, hanya aku saja yang sendiri. Tempat itu terasa penuh, sesak dan bising karena suara musik yang keras. Kami duduk di sebuah meja di pojok ruangan dan memesan minuman. Karena aku tak kuat minuman alkohol, jadi kupesan coca-cola. Teman-temanku ramai-ramai turun dan berdansa, tinggallah aku sendiri di meja itu. <br />Di kegelapan ruangan disco itu, kulihat sesosok wanita tinggi semampai, cantik dan langsing. Beberapa kali aku melihatnya sambil berharap ada balasan pandangan darinya. Tanpa menunggu lebih lama agi, kuhampirinya dan kusapa. <br /><br />"Hallo, apa kabar, sendirian aja ya?" <br />"Ya. Lagi liat-liat dan mau having fun" jelasnya sambil tersenyum. <br />"Kamu sama siapa kesini?" tanyanya. <br />"Sama teman-teman. Kenalkan aku.." sapaku sambil menyebut nama. <br />"Aku Mei Mei" katanya. <br /><div class="fullpost"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSgBA2_U2zh-23zpMRm6M-oFnlHvhtAdPEi6GENHxi_SNxjAwWjsyFAB-EId8vhywz-Cfyq9p2mH_yeUvTZoKDtgS2BeHKzVH3dR3nNTd4uisVPxJ-oK1KO_UVQ0JF92LqQf1OUA8687tS/s1600/5128427_4425400_1605641739.jpg" imageanchor="1" style="clear:left; float:left;margin-right:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="190" width="250" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSgBA2_U2zh-23zpMRm6M-oFnlHvhtAdPEi6GENHxi_SNxjAwWjsyFAB-EId8vhywz-Cfyq9p2mH_yeUvTZoKDtgS2BeHKzVH3dR3nNTd4uisVPxJ-oK1KO_UVQ0JF92LqQf1OUA8687tS/s320/5128427_4425400_1605641739.jpg" /></a><br /><br />Kuajak dia duduk di mejaku lalu memesan minuman. Kulihat wajahnya yang putih bersih, kulit yang halus dan cantik. Dia seorang wanita keturunan Tionghoa. Dia memakai baju dan celana kulit hitam mengkilat dan ketat. Kamipun lalu ngobrol-ngobrol dan ketawa-tawa seolah-olah kami sudah kenal lama. Impresi pertamaku mengatakan dia orang yang baik dan mudah akrab namun cukup agresif. Sesekali kami turun dan berdansa. Tak terasa waktu menunjukkan pukul 11 malam dan Mei Mei berkata padaku. <br /><br />"Aku mau pulang, sudah bosan. Aku mau melakukan sesuatu di rumah, tapi aku perlu teman untuk itu. Kamu mau ikut atau tetap disini saja?". <br />Tanpa pikir panjang kujawab, "Aku ikut denganmu." <br /><br />Malam itu kami pun lalu mencari taksi dan dia mengatakan ke supir taksi. <br /><br />"Pak, ke apartemant ABC di Peconongan". <br /><br />Taksipun lalu berjalan mengarah ke Peconongan. Di dalam taksi aku coba mendekati dan merayunya. Kupegang tangannya dan diapun tak menolakknya. Terasa kulit tangan yang halus. Merasa mendapat angin, aku melanjutkan rayuanku dengan mengecup pipinya. Dia tak menolaknya dan malah mencium balik pipiku. Maunya aku taksi ini berputar-putar biar perjalanannya lebih lama sehingga aku bisa menikmati momen ini. <br /><br />Tak lama kemudian taksipun sampai di aperteman itu. Kubayar taksi dan dia mengajakku untuk mampir di apartemannya. Kami lalu naik ke lantai 10. Dibukanya pintu utama dan kulihat ruangan apartemannya yang bersih dan rapi. <br /><br />"Apik sekali ya kamu. Tinggal sama siapa kamu disini?" <br />Di jawabnya, "Sendirian. Orang tuaku yang beli aparteman ini tapi mereka tidak tinggal disini."<br /><br />Lampu ruangan yang baru saja dinyalakannya kemudian di redupkan sehingga terangnya seperti api lilin. <br /><br />"Kalau mau minum, ambil sendiri saja ya. Lemari esnya di sebelah situ dan ada beberapa makanan kecil di dekat kulkas," katanya sambil berjalan menuju kamarnya.<br /><br />Dia tinggal di 1-bedroom apartemen. Barang-barangnya kulihat tersusun rapi dan apik. Di ruang tengah (tamu) ada TV dan sofa. Diantara sofa dan TV ada karpet tebal dan lembut berwarna putih. Kulihat Mei Mei berjalan keluar kamarnya sambil membawa sebuah tas. Kamipun lalu duduk disofa sambil nonton TV. Dia lalu menawarkan padaku untuk menonton film VCD. Akupun setuju dan tidak perduli apa filmya karena yang ada dibenakku mau "USAHA". Sambil dia mencari film yang dimaksud, kutanya. <br /><br />"Maaf, apakah kamu sudah menikah?" <br />Dijawabnya, "Nikah? Pacar aja aku nggak punya". <br />Kulanjutkan, "Nggak mungkin, cewek secantik kamu nggak punya pacar? Mungkin kamu terlalu milih kali". <br />Mei Mei lalu berkata, "Aku lagi nggak mau mikirin soal pacar dan nggak usah nanya-nanya soal gituan ya. Sekarang aku lagi mau having fun" <br /><br />Dahiku berkerut memikirkan apa kiranya yang dimaksud dengan "having fun". Didapatkannya VCD yang dimaksud dan film pun mulai ditayangkan dan betapa herannya aku melihat film tersebut. Film yang disetel Mei Mei adalah tentang Bondage dan Disiplin. Diapun lalu bercerita tentang fantasi yang ia miliki dan betapa senangnya ia kalau bisa melakukan hal-hal seperti yang ada di film tersebut. Di jelaskan padaku bahwa dia ingin dapat mengikat orang lawan jenisnya. Dia lalu bertanya padaku. <br /><br />"Mau saya ikat kamu seperti di film itu?" <br /><br />Aku menggelengkan kepala menandakan ketidaksetujuanku. Dia lalu beranjak ke arah pintu dan mengunci serta melepaskan kuncinya. <br /><br />"Nah sekarang kamu nggak bisa pergi. Kamu sekarang aku culik dan akan kujadikan budakku. Kalau kamu melawan, aku akan berteriak meminta tolong biar orang-orang berpikir seolah-olah kamu mau memperkosa aku. Apa kamu punya pilihan? Sebaiknya kamu nurut aja" katanya sambil mengejek namun terlihat paras muka yang memohon. <br />Kutanya, "Buat apa pakai di ikat-ikat segala? Lebih enakkan kalau bebas dan kita bisa meneruskan seperti yang di taksi tadi" <br />Dijawabnya, "Aku mau nerusin yang tadi tapi dengan syarat kamu harus di ikat. Aku senang dan bergairah sekali kalau lawan mainku nggak berdaya lho!" <br /><br />Akhirnya aku setuju dan menyerahkan diriku padanya. <br /><br />"Ok deh kalau gitu maunya kamu tapi hati-hati ya," pintaku padanya. <br /><br />Tak kusangka cewek manis dan cantik ini punya suatu keanehan. Mei Mei lalu memintaku untuk berdiri dan melepaskan pakaianku hingga celana dalam. Aku telanjang bulat dibuatnya. Dikeluarkannya beberapa tali dari tas lalu diletakkan disampingku. Film bondage masih terus diputarnya. Ia lalu meminta kedua tanganku diletakkan dibelakang dan diikatnya dengan seutas tali yang cukup panjang. Beberapa putaran tali dililitkan di tanganku dan kumerasakan ikatan yang kuat. Kedua ujung tali kemudian di ikat mati olehnya sambil terlebih dahulu ditariknya keras-keras. Ia pun lalu mengecek beberapa lilitan tali di tanganku memastikan tidak ada yang longgar. <br /><br />Setelah kedua tanganku terikat dibelakang, ia lalu mengikat kedua siku lenganku erat-erat. Kemudian ia ikat kedua kaki dan lututku. Aku masih berdiri sambil beberapa kali berusaha menyeimbangi diri agar tidak jatuh. Setelah semuanya terikat, ia lalu menjatuhkan badanku ke lantai. Beberapa tali masih belum terpakai dan tergelatak dilantai. Sesekali ia mengecek tali-tali ikatan itu dan setelah itu kulihat senyum kepuasan diwajahnya. <br /><br />"Kamu seksi sekali deh telanjang dalam keadaan terikat. Kamu harus kuapakan? Ada ide nggak?" tanyanya sambil memandangku. <br />Aku menggelengkan kepalaku sambil menjawab, "Nggak ada. Terserah kamu aja deh mau ngapain aku" <br />Lalu disambungnya, "Ok deh kalau begitu nanti kupikirkan" <br /><br />Tanpa kusadari, kurasakan kegairahan yang teramat sangat dalam keadaan terikat. Penisku berdiri tegak dan keras bagaikan sebuah tiang bendera yang besar. Tak kupungkiri aku menyukai keadaan ini. Mungkin kegairahan ini timbul karena diikat seorang wanita cantik. Dalam keadaan tak berdaya, Mei Mei lalu memintaku untuk menjilati kakinya. Permintaannya kurasakan sebagai suatu hinaan dan aku benci serta tak mau melakukannya. Belum sempat lama aku berpikir untuk menjawabnya, kedua kakinya diletakkan di muka dan mulutku. <br /><br />"Ayo jilat, bersihkan kakiku!" bentaknya. <br /><br />Kulakukan perintahnya dan terdengar desihan nikmat darinya. Kujilat dan kuisap jempol dan jari-jari kakinya beberapa kali. Mulutku terasa kering karena jilatan-jilatan itu. Selang beberapa waktu kemudian, ia memintaku untuk menghentikan dan Mei Mei lalu beranjak dari duduknya dan menibaniku dengan posisi kemaluannya berada diatas kepalaku. <br /><br />"Sekarang kamu jilat mekiku" pintanya. <br /><br />Direndahkan mekinya sehingga memudahkanku untuk melakakukannya. Desihan nikmat yang cukup keras terdengar dari mulutnya. <br /><br />"Aduh enak sekali, ayo jangan berhenti. Terus, terus, terus.." <br /><br />Ia lalu menundukkan kepalanya dan kemudian kurasakan penisku terisap. Kami melakukan posisi 69. Dilakukannya berualang-ulang hingga kurasakan nikmat yang teramat sangat. Kuperingatkan padanya bahwa sebentar lagi aku akan ereksi, namun Mee Mei tidak perduli malah mempercepat hisapan-hisapan itu sambil mempermainkan biji penisku dengan tangannya. <br /><br />"Awas, awas aku mau keluar.." <br /><br />Dan semprotan spermaku keluar dengan kencangnya ke mulut Mei Mei. Cukup banyak sperma yang keluarkan dan mungkin sebagian tertelah olehnya. Walau aku sudah berereksi, ia tidak menghentikan hisapan-hisapan itu dan terus malakukannya. Terasa kegelian tapi nikmat sekali. Tidak lama kemudian, ia pun menyudahi hisapan itu dan berjalan ke kamar mandi membersihkan mulutnya yang dipenuhi oleh spermaku. Ia lalu kembali dan berkata. <br /><br />"Bagaimana rasanya di sepong dalam keadaan terikat? Nah sekarang istirahat dulu" <br /><br />Ia pun membiarkan diriku terikat di lantai. Ia lalu mengganti film bondage dengan acara lainnya. Sambil menonton TV, Mei Mei memainkan kembali kedua kakinya pada badan dan kepalaku sambil sekali-kali menendangku, tapi tidak keras. <br /><br />Kulihat jam di dinding menunjukkan pukul 1 pagi dan badanku terasa capai dan lemas. Kulihat ekspresi yang sama pada Mei Mei. Kuminta padanya untuk melepaskan ikatan-ikatan ini karena aku mau pulang. Permintaanku itu disambutnya dengan menyumpal mulutku dengan lakban serta mengikatkan seutas tali di kakiku dan kemudian menariknya ke atas serta menyatukannya dengan tanganku. Tidak ada jarak yang tersisa, kaki dan tanganku bersatu dibelakang badan dan kemudian ia ikatan kedua ujung tali tersebut. Setelah selesai mengikatkan tali itu, ia lalu menarik tubuhku yang terikat ke dalam kamarnya dan kemudian mengangkatku ke tempat tidurnya. Lalu ia berbaring disebelahku dan berkata. <br /><br />"Kamu nggak boleh pulang malam ini. Kamu temani aku disini. Aku capai dan mau tidur. Selamat tidur. Mimpi indah ya. Jangan coba-coba melepaskan ikatan tali-tali itu" <br /><br />Mei Mei lalu mematikan lampu kamarnya dan kemudian ia pun hilang ditelan kegelapan malam. Aku pasrah dan menerima keadaan ini dan berusaha untuk dapat tidur sambil berusaha untuk tidak menghiraukan sakitnya ikata tali-tali di tangan dan kakiku. <br /><br />Dalam tidurku terasa sesuatu hisapan di penisku. Enak dan nikmat hisapan itu. Aku berpikir mungkin aku sedang bermimpi. Aku tidak sadar bahwa aku masih dalam keadaan terikat. Kubuka kedua mataku dan kulihat Mei Mei sedang menghisap penisku yang sudah berdiri tegak dan keras. Aku sadar sedang tidak bermimpi. Ada sesuatu yang aneh lainnya yang kurasakan. Anusku terasa dimasuki oleh sesuatu, tidak besar namun geli rasanya. Akhirnya kusadari Mei Mei sedang memasukkan jarinya yang tertutup sarung tangan plastik ke lubang pantatku. Tidak mudah ia melakukannya karena posisi ikatan yang menyatukan kaki dan tanganku sehingga menyebabkan lubang anusku tidak mudah untuk digapai. <br /><br />Tak lama kemudian ereksiku pun terjadi dan spermaku berhamburan kembali di mulutnya. Ia pun kemudian berjalan ke kamar mandi membersihkan dirinya. Kemudian ia kembali menghampiriku dan melepaskan lakban yang menyumpal mulutku dari tadi malam. <br /><br />"Selamat pagi, gimana kabarnya. Belum pernahkan dibangunkan dengan alarm dengan sepongan" Mei Mei menyapaku. <br />Aku hanya tersenyum. Lalu aku mengatakan, "Lepaskan dong tali-tali ini. Sakit rasanya terikat semalaman. Aku mau mandi dan pulang". <br />Ia lalu berkata, "Ini kan hari minggu buat apa cepat-cepat pulang. Lagipula aku masih pengin melihat kamu seperti ini. Kalau rasanya sakit ya lumrah dong. Oh iya, aku punya kejutan lho buat kamu. Tadi aku minta temanku, Florence, kesini. Aku bilang ada sesuatu yang mungkin menarik". <br />Kujawab, "Gila ya apa kamu. Masa aku harus dipamerkan dan dimainkan oleh teman-temanmu dalam keadaan seperti ini. Aku nggak mau. Ayo buka tali-talinya!!" kataku dengan suara yang keras. <br />"Nggak mau. Buka aja sendiri" sahutnya. <br /><br />Mei Mei lalu menyumpal mulutku kembali dan keluar kamar. Aku meronta-ronta sekuat tenagaku mencoba membuka ikatan tali-tali itu. Berkeringat seluruh badanku. Tidak lama kemudian ia kembali membawa sebuah lilin yang menyala. Ia lalu duduk disampingku dan meneteskan air lilin yang panas ke badanku. <br /><br />"Ugh, ugh, ugh.." aku berteriak menahan panasnya tetesan lilin itu. <br /><br />Aku bergeliat-geliat mencoba menjauhinya namun ia terus mendekatiku dan mengulangi meneteskan lilin itu. Akhirnya aku pasrah dan hanya bisa berteriak dalam keadaan tersumpal. Setelah puas melakukan permainan meneteskan lilin itu, Mei Mei lalu membuka sumpalan mulut dan ikatanku satu demi satu hingga aku terbebas. <br /><br />"Aku bercanda kok bilang temanku mau datang kesini. Tapi nanti kalau kamu aku ikat lagi, boleh ya aku ajak temanku, cewek kok. Siapa tahu nanti akan lebih asyik dan bergairah. Ma kasih ya. Minggu depan kesini lagi ya tapi jangan malam. Kita mulainya dari Sabtu siang aja, kan jadi punya banyak waktu," sapanya sambil memperlihatkan beberapa foto diriku dalam keadaan terikat. <br /><br />Belum sempat aku menjawab, Mei Mei lalu berkata sambil mengancam. <br /><br />"Kalau kamu nggak mau ketemuin aku lagi, foto-foto ini nanti aku sebarkan lho! Jadi jangan coba-coba untuk menghindar. Aku juga sudah tahu nomor telpon dan alamat kantormu dari kartu nama yang ada di dompetmu". <br /><br />Aku tidak bisa berkata apa-apa kecuali mengiyakan permintaannya. Akupun lalu mandi dan berpakaian. Tak lama kemudian aku pamit pulang tanpa banyak berkata apa-apa. Sebelum berpisah, Mei Mei kembali mengingatkanku dan tersenyum mengejekku. <br /><br />"Minggu depan ya sayang, jangan lupa. Aku tunggu lho.." <br /><br />Tak kusangka jam pada saat itu menunjukkan pukul 10 pagi. Hampir 24 jam aku terikat dan disiksa olehnya. Namun ikatan dan siksaan itu sangat kunikmati dan sangat menggairahkanku. Aku berkata dalam hatiku tanpa foto-foto itu atau diminta untuk datang kembali, aku pasti akan datang memintanya untuk mengikat dan menyiksaku lagi. <br /><br />Tamat<br /><br /><a href="http://www.donkeymails.com/pages/index.php?refid=mashermawan"><img style="width: 262px; height: 60px;" src="http://www.donkeymails.com/images/banner5.gif" alt="DonkeyMails.com: No Minimum Payout" border="0" /></a> <a href="http://www.easyhits4u.com/?ref=agenmodem"><img style="width: 263px; height: 60px;" src="http://static.easyhits4u.com/img/banners/468x60_13.gif" alt="Popular 1:1 Traffic Exchange" border="0" /></a> </div>CowokMLghttp://www.blogger.com/profile/08999633505345466529noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3874674043945495181.post-50835716640565580272012-06-11T02:19:00.000-07:002012-07-25T10:15:38.485-07:00Pengalaman PertamaNama saya Indri. Badan saya termasuk cukup bagus untuk ukuran orang indo, tinggi badan hampir 170 dan berat mendekati angka 60 yang menjadi aset yang paling berharga adalah ukuran dada saya yang cukup lumayan untuk orang indo yaitu 36C, oleh karena itulah saya sering menggunakan baju yang full press body biar kelihatan tampil seksi. <br /><br />Pada awalnya saya sebenarnya termasuk anak yang kurang mengerti tentang seks, semenjak saya berkenalan dengan jenny (bukan asli), saya mulai mengetahui banyak tentang seks dan nikmatnya seks.<br /><div class="fullpost"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhhbfNAysbp0nBYmHvHUNWfKoUPqfWvuD1rHnRb89wYpJ6zMMwwFZL6sCcWIo0WYTUK3kyZq5gLxMJuht79riEu7Di9WO8Ezs1QEjFgELJjcmhVcLnFOJghH4OGRKdWcKE-sDSfM3iDfy2J/s1600/4902672_6.jpg" imageanchor="1" style="clear:left; float:left;margin-right:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="220" width="146" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhhbfNAysbp0nBYmHvHUNWfKoUPqfWvuD1rHnRb89wYpJ6zMMwwFZL6sCcWIo0WYTUK3kyZq5gLxMJuht79riEu7Di9WO8Ezs1QEjFgELJjcmhVcLnFOJghH4OGRKdWcKE-sDSfM3iDfy2J/s320/4902672_6.jpg" /></a><br /><br />Berawal dari dia meminjamkan buku tentang seks dan dia cerita tentangnya waktu "main" membuat saya penasaran ingin tahu tentang seks lebih mendalam, kemudian dia mengajarkan bermasturbasi dengan berbagai cara yang dapat memuaskan saya. <br /><br />Seperti biasanya kalau malam minggu saya dan teman saya berkumpul di suatu tempat untuk ngobrol atau sekedar menghabiskan waktu saja, waktu berkumpul dengan teman-teman, saya memakai baju yang agak terbuka (baju yang mempunyai model seperti sarung yang cuma dililitkan saja), dipadukan dengan rok mini. <br /><br />Setelah selesai berkumpul dengan teman-teman, biasanya saya ikut teman saya yang bernama AN untuk mengantarkanku pulang, tapi waktu itu dia tidak bisa datang karena sedang ada urusan, jadi saya pulang ikut mobil lain. Di mana semua penghuninya cowok semua 3 orang, ditambah saya menjadi 4 orang, tiga orang itu sebut saja Anton, Dodi dan Anwar (bukan sebenarnya) kebetulan teman saya naik kijang jadi tidak sempit. <br /><br />Saya duduk di tengah bersama Anwar sedangkan, Anton nyetir mobil dan Dodi duduk di depan. Selama perjalanan Anwar tidak henti-hentinya memperhatikan paha dan dada saya sesekali Dodi membalikkan muka melihat paha saya, soalnya waktu itu saya duduk dengan kaki saling menyilang jadi rok yang saya kenakan agak tertarik dan sengaja saya biarkan. Lama-kelaman Anwar mulai duduk berdekatan dengan saya dan tangannya mulai merangkul tubuh saya. Saya masih mendiamkan saja, ternyata lama-kelaman tangannya sesekali menyentuh dada saya. Setelah saya perhatikan ternyata Anton bukannya mengantarkan saya pulang tapi malah ke tempat lain yang daerahnya agak asing bagi saya. <br /><br />Anwar ternyata semakin berani untuk mulai meremas dada saya tapi langsung saja saya tepis tangannya. Tidak lama kemudian Anwar mengulangi lagi perbuatannya, malah Anwar mulai berani meremasnya dengan kedua tangannya. Saya mulai curiga bahwa saya mau diapa-apain tapi saya masih pura-pura tidak tahu. Tiba-tiba Anton meminggirkan mobilnya di jalan dan Anwar smakin berani meremas dada saya dan mulai menurunkan baju saya dengan paksa, dengan sekejap baju yang saya kenakan lepas dari badan saya sedangkan Anton turun dari mobil dan membuka pintu belakang. Saya disuruh turun dari mobil dengan hanya mengenakan BH saja. <br /><br />Anton menekuk bangku tengah dan saya disuruh untuk masuk lewat pintu belakang mobil, bersamaan dengan itu Anton juga masuk ke dalam mobil bersama dengan Anwar. Saya langsung disuruh tidur. Anwar langsung menarik BH saya hingga sobek dan Anton membuka rok saya, lalu merobek celana dalam saya yang bermodel renda-renda, kini habislah pakaian yang saya kenakan. Anton langsung menjilati bibir vagina saya dan menusuk-nusuknya dengan jari membuat saya mendesah-desah tidak karuan. Anwar membuka celana panjangnya dan CD-nya kemudian langsung keluar "barang" Anwar yang cukup besar dan berurat (mungkin panjangnya sekitar 19 cm) langsung saja Anwar memasukkan penisnya ke mulut saya. Saking besarnya masuknya saja agak kesulitan, tidak bisa semuanya masuk ke dalam mulutku. <br /><br />Kemudian Anton menghentikan hisapannya dan mulai membuka celana panjangnya sekaligus CD-nya. Keluarlah penis yang labih besar dari penis milik Anwar. Anton mulai merenggangkan kaki saya dan membuka vagina saya dengan tangannya untuk memasukkan penisnya, ternyata tidak bisa masuk ke vagina saya tapi Anton terus memaksanya untuk memasukkannya. Anwar ternyata sudah mau keluar dan dalam hitungan tiga keluarlah sperma Anwar ke mulut saya, banyaknya bukan main sampai saya terbatuk-batuk. Anton ternyata mulai bisa memasukkan penisnya ke vagina saya. <br /><br />Ternyata (mungkin Anton kesal tidak bisa masuk masuk) dia dengan paksa langsung menindih badan saya dengan begitu masuklah penisnya ke vagina saya. Saya langsung berteriak kesakitan (waktu itu saya masih perawan) dan vagina saya langsung terasa berdenyut-denyut. Anton memaju-mundurkan penisnya, sedangkan Anwar keluar dari mobil dan kini Dodi yang masuk menggantikan Anwar. Dodi langsung membuka celananya, mulut saya sudah tidak bisa berhenti mendesah karena merasakan nikmat bercampur sakit, Dodi langsung menghisap payudara saya sambil tangannya mengusap-ngusap puting saya, itu membuat saya semakin tidak bisa berhenti mendesah. <br /><br />Anton ternyata sudah mau keluar, dia bilang, "Ayo goyangin lagi", dan "Croot.., croot..", terasa semburan spermanya di dalam vagina saya. Anton langsung keluar dan Dodi menggantikan posisi Anton, siap untuk menyetubuhi saya. Ternyata Dodi mengambil tissu untuk membersihkan vagina saya. Waktu dilap ternyata terdapat darah. Dodi langsung tanya, "Elu masih perawan ya", saya diam saja. Setelah bersih, Dodi langsung memasukkan penisnya ke vaginaku. Penis Dodi tidak sebesar penis milik Anton dan tidak pula sebesar penis Anwar. <br /><br />Dodi memasukan penisnya dengan tidak ada halangan lagi dan membuat saya mendesah lagi. Anwar ternyata sudah masuk ke mobil dan sudah mengambil posisi untuk memasukkan seluruh senjatanya hingga tenggelam ke duburku. Saya sempat berteriak jangan, tapi apa daya, Anwar dengan sekali dorongan keras memasukkan penisnya ke anus. Jadi kini sudah dua lubang yang dimasukin penis. Anton masuk lagi ke mobil dan mengambil posisi untuk memasukkan penisnya ke mulut saya. <br /><br />sekarang saya sudah tidak bisa apa-apa lagi, soalnya semua lubang sudah penuh terisi oleh penis mereka bertiga. Tiba-tiba Anwar menarik keluar penisnya dari anus saya. Saya pikir dia sudah selesai, ternyata dia mulai memasukkan penisnya ke vagina saya walaupun vagina saya ada sudah ada penis Dodi. Dodi berhenti sejenak dan Anwar mulai mendorong masuk penisnya ke dalam vagina saya, ternyata vagina saya mulai melar dan sudah bisa menelan masuk penis Dodi dan Anwar, walaupun penis Anwar masih sebagian kecil saja yang masuk. Dodi menarik keluar sedikit penisnya dan Anwar mulai memasukkannya sedikit demi sedikit. Saya sudah tidak tahan, rasanya vagina saya sudah perih dan sakitnya bukan main. <br /><br />Ternyata penis Dodi dan Anwar mulai masuk ke dalam vagina saya secara pelahan-lahan. Sayapun mulai berteriak kesakitan karena kedua penis mereka yang berada di dalam vagina saya. Ternyata Dodi dan Anwar masih asyik memainkan penisnya di dalam vagina saya. Ternyata Anwar sudah tidak sabar, dia menyuruh Dodi untuk mencabut penisnya dan memasukkannya ke anus saya. Dengan begitu kalau pantat saya, saya turunkan penis Dodi yang masuk ke anus. Sedangkan kalau pantat saya, saya naikkan penis Anwar yang masuk ke vagina saya. Tidak lama kemudian keduanya keluar dalam waktu yang hampir bersamaan, keduanya terjatuh di samping saya. <br /><br />Saya berusaha untuk bangun dan membersihkan vagina saya dari sperma mereka dengan menggunakan tissu. Terasa perih sekali ketika tissu menyentuh bibir vagina saya. Setelah itu saya diantar pulang ke tempat kost saya. Saya sudah tidak bisa berjalan dengan benar, soalnya masih terasa perih di selangkangan saya. Saat turun dari mobil, saya berjalan pelahan-lahan dan tanpa mengenakan celana dalam dan BH, soalnya sudah sobek ditarik oleh mereka saat di dalam mobil tadi. Dari vagina saya masih keluar tetesan darah yang saya tutupi dengan tissu. Ketika sampai di dalam kamar saya langsung menyiram vagina saya dengan air supaya bersih, setelah itu saya berpakaian dan langsung tidur. Keesokan harinya saya bangun dengan keadaan badan yang sangat lelah dan selangkangan saya yang masih terasa perih. <br /><br />Setelah melakukan kegiatan seperti biasanya, saya menelepon teman saya yang bernama jenny dan menceritakan apa yang terjadi semalam. Dia hanya diam saja dan bilang hebat juga kamu bisa main seperti itu. Kami lalu janjian untuk bertemu di suatu tempat untuk menceritakan kejadian semalam secara lengkap. Selama saya bercerita dia hanya bengong keheranan. <br /><br />Kemudian Jenny mengajak saya untuk pergi menemaninya yang mau ketemu temannya. Setelah sampai di salah satu hotel saya dan Jenny nunggu temannya. Ternyata temannya itu adalah cowok bule, kami berbincang-bincang sebentar kemudian dia mengajak kami untuk ke kamarnya. <br /><br />Sesampai di kamar ternyata cowok bule itu langsung memeluk Jenny dan langsung mencium bibirnya. Saya sempat heran karena tiba-tiba mereka langsung berciuman, tetapi tidak begitu saja, si bule (Brian) langsung dengan cepat membuka kaos Jenny dan tampaklah payudara Jenny yang cukup menantang kalau dilihat dari ukurannya, payudara Jenny lebih besar dari payudara saya. Sekarang saya hanya menonton Jenny dan Brian sedang saling berburu, melihat keadaan seperti itu membuat selangkangan saya mulai terasa gatal, tapi saya masih diam saja. Ketika Brian membuka celananya, terlihatlah ukuran penisnya yang aduhai, panjang dan besar, mungkin bisa 20 cm lebih ukurannya soalnya lebih besar dan panjang dari penis Dodi maupun Anwar. Jenny mulai mengurut-urut penis Brian yang super itu dan memasukkannya ke mulutnya hingga mulut Jenny penuh. <br /><br />Tiba-tiba Jenny menghentikan hisapan dan memanggil saya untuk ikut main.Tanpa menjawab saya langsung membuka baju dan ikut main dalam pertempuran. Saya mulai menghisap puting susu Jenny dan Brian mulai mengusap-usap vagina saya, hal itu membuat saya kegeliah dan nikmat walaupun rasa sakit masih ada bekas kemarin.Ternyata Brian sudah makin ON dan mau memasukkan penisnya ke vagina saya. Saya langsung menolaknya dengan alasan kejadian kemarin. <br /><br />Akhirnya dia mau mengerti juga. Dia langsung menyiapkan penisnya yang sudah maksimal dan diarahkan ke vagina Jenny dari belakang soalnya Jenny dalam keadaan nungging dan saya tetap dalam tugas yang sama yaitu menghisap payudara Jenny. Brian mulai memasukkan penisnya ke vagina Jenny, ternyata hampir tidak mengalami hambatan (mungkin sudah terlalu sering) dan Brian memasukkan semua penisnya ke vagina Jenny, dan semuanya dapat masuk terbenam di dalam vagina Jenny. <br /><br />Mulailah Brian melakukan aksinya dengan maju mundurnya. Tidak lama kemudian Brian sudah mau keluar. Dia mulai melenguh-lenguh tapi dia bukannya mencabut penisnya dari vagina Jenny, malah mempercepat tempo permainannya dan keluarlah cairan putih itu dari vagina Jenny, baru Brian mencabut penisnya. Dan sayapun sudah keluar karena ulah tangannya Brian yang bermain di vagina saya. Akhirnya kami bertiga tidur sejenak di ranjang setelah itu kami kembali mengulanginya lagi sampai 3 kali. <br /><br />Setelah selesai saya pulang bersama Jenny naik taksi dan sejak kejadian itu saya makin dekat dengan Jenny dan sering berbuat seperti itu, tapi saya kadang-kadang ikut dimasuki, kadang-kadang cuma jadi pemeran samping, malah saya pernah cuma nonton saja soalnya saya saat itu lagi haid, jadi puasa dulu. <br /><br />TAMAT<br /><a href="http://www.donkeymails.com/pages/index.php?refid=mashermawan"><img style="width: 262px; height: 60px;" src="http://www.donkeymails.com/images/banner5.gif" alt="DonkeyMails.com: No Minimum Payout" border="0" /></a> <a href="http://www.easyhits4u.com/?ref=agenmodem"><img style="width: 263px; height: 60px;" src="http://static.easyhits4u.com/img/banners/468x60_13.gif" alt="Popular 1:1 Traffic Exchange" border="0" /></a> </div>CowokMLghttp://www.blogger.com/profile/08999633505345466529noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3874674043945495181.post-78582600041828286072012-06-11T02:15:00.000-07:002012-07-25T10:15:38.531-07:00Nikmatnya tubuh tanteKejadian yang terjadi di rumah tanggaku ini tidak akan terulang lagi, karena istriku sendiri sudah menyadari atas kekilafan yang pernah dia lakukan dan dia pun telah minta maaf dan bersumpah untuk tidak mengulanginya lagi. Sebaliknya aku pun demikian, menyadari bahwa semua itu bukan semata-mata kesalahan istriku saja melainkan aku pun merasa ikut bersalah dan memaklumi kalau ini semua tidak direncanakan sebelumnya dan kami anggap sebagai ujian hidup.<br /><br />Maksud dan tujuan semua ini aku ceritakan agar dapat dijadikan pegangan dan referensi buat semua orang yang membacanya, supaya kejadian yang kualami tidak terjadi pada orang lain, disamping hal tersebut agar semakin lepas dari sisa beban batin yang mungkin masih ada di diriku.<br /><br />Kejadiannya memang tidak diduga dan tidak direncanakan. Awalnya hanya sedikit salah paham antara aku dan istriku. Dari kesalah-pahaman itu, aku sedikit merasa sakit hati dan saat itu aku mencoba untuk tidak mau bertegur sapa dengan istriku. Hal itu aku lakukan, karena awalnya aku ingin menggoda sampai dimana ketahanan nafsu seks istriku bila tidak kusentuh selama seminggu. Karena perlu diketahui pembaca, bahwa istriku dan aku umumnya tiga hari sekali rutin melakukan senggama dan itu semua umumnya berakhir dengan cucuran kenikmatan. Memang selama ini kami berdua selalu bervariasi dalam melakukan hubungan seks, dan kami merasa tidak mengalami masalah dalam hal yang satu ini.<br /><br /><div class="fullpost"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYLDl58aT23mgOcJpMUch1dt5fpSKnvy0Rs0nh2i59-Qv1XjbOQULi8A69TPGjw4RX20AMgL_LFpjuoLNrg3bdP2c6tGvy9K-kIQAaqiFbd9AmQjAkzscRfCDSrdAUIAh_80mjgG2goStW/s1600/4902692_13.jpg" imageanchor="1" style="clear:left; float:left;margin-right:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="220" width="146" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYLDl58aT23mgOcJpMUch1dt5fpSKnvy0Rs0nh2i59-Qv1XjbOQULi8A69TPGjw4RX20AMgL_LFpjuoLNrg3bdP2c6tGvy9K-kIQAaqiFbd9AmQjAkzscRfCDSrdAUIAh_80mjgG2goStW/s320/4902692_13.jpg" /></a><br /><br />Sebelum kulanjutkan cerita ini, kuceritakan dulu perihal keluargaku. Di rumahku tinggal aku (36 tahun, asal pulau Pariwisata), istriku Ayu (nama panggilan istriku sesuai dengan orangnya) yang cantik molek, kulit kuning langsat karena turunan dari kota kembang, rambut lurus hitam lebat dan ini sama dengan bulu kemaluannya yang hitam dan lebat, umurnya baru 34 tahun dan hidung mancung, lalu ada dua orang laki-laki lagi yang tinggal di rumahku, yaitu Dani, anakku yang baru berumur tiga tahun dan Wisne (25 tahun) keponakanku yang awalnya numpang tinggal karena keperluan mencari kerja dan saat ini tidak lagi tinggal di rumahku karena telah aku suruh pulang karena menyangkut perselingkuhan dengan istriku.<br /><br />Jadi setelah selama tiga hari aku mencoba menggoda benteng ketahanan istriku dengan cara tidak bertegur sapa dan tidak memberikan kebutuhan biologisnya, ada sisi lain yang aku bisa nikmati, yaitu aku melihat perubahan tingkah dari istriku, tingkah laku yang serba salah, tidur tidak tenang dan banyak lagi hal-hal yang sebelumnya tidak pernah aku lihat. Hal ini entah karena aku yang memberikan ekstra perhatian secara sembunyi-sembunyi atau memang karena akibat dari situasi perseteruan antara aku dan istriku.<br /><br />Suatu malam, kulihat jam menunjuk di angka sembilan malam, saat itu hari keenam aku membisu, aku sengaja pura-pura tidur duluan dan aku yakin istriku tidak lama pasti menyusul masuk kamar seperti biasanya. Pada jam-jam segitu, umumnya kami masih nonton TV bersama di ruang keluarga termasuk juga Wisne keponakanku. Sebenarnya aku sendiri belum ngantuk tapi aku hanya ingin tahu tingkah laku istriku saja. Beberapa menit aku pura-pura sudah tidur dengan sedikit mengeluarkan suara dengkur dan terlihat bayang-bayang (karena pakai lampu tidur) saat itu istriku susah tidur. Dan aku nyaris tidak percaya dengan apa yang aku lihat bahwa istriku memainkan tangannya di selangkangannya sendiri. Awalnya hanya tangannya yang terlihat bergerak, digesek-gesek naik turun dengan irama yang teratur tapi setelah beberapa saat kemudian, kulihat istriku melepaskan CD-nya dan gerakan tangannya semakin tidak beraturan dibarengi nafas yang semakin ngos-ngosan. Darahku berdesir dan hampir aku tidak bisa menahan nafsuku sendiri ketika melihat istriku terengah-engah karena nikmat yang dibuatnya sendiri. Tapi aku tetap pada pendirianku semula, aku seolah-seolah masih sakit hati dan tidak mau bertegur sapa, jadi saat itu aku hanya menikmati tingkah sensual istriku.<br /><br />Dua hari berikutnya, aku lakukan hal yang sama, yaitu sekitar jam sembilan aku masuk kamar. Beberapa menit aku tunggu, istriku tidak masuk kamar seperti biasanya dan aku sengaja menunggu reaksi selanjutnya karena aku sendiri belum merasa mengantuk. Sekitar setengah jam, istriku belum masuk juga, tapi aku sayup-sayup mendengar istriku bicara dengan seseorang. Dan beberapa saat kemudian, istriku masuk kamar tapi cuma sebentar dan kemudian keluar lagi dengan menutup pintu secara perlahan tidak seperti biasanya, mungkin dikiranya aku sudah tertidur pulas pada saat istriku masuk kamar. Aku semakin ingin tahu, apa yang akan dilakukan istriku selanjutnya dan bebarapa menit kemudian, aku mendengar pintu kamar sebelah, yaitu kamar Wisne keponakanku ditutup, tapi suara TV masih menyala. Aku pikir keponakanku pergi tidur dan istriku masih nonton TV sendiri. Sekitar lima belas menit, aku ingin melihat apa yang dilakukan istriku dengan cara naik di atas kursi melihat melalui jendela ventilasi, tapi di sekeliling ruangan keluarga tidak terlihat seorang pun, hanya TV yang menyala, lalu aku bertanya dalam hati kemana perginya istriku, mungkinkah ke kamar mandi, tapi sayup-sayup kudengar ada suara-suara yang sedikit mencurigakan.<br /><br />Dalam hati aku berpikir, mungkinkah istriku masturbasi di kamar mandi. Karena semakin penasaran, maka secara perlahan, aku keluar kamar dan bergerak ala detektif mencari asal suara yang mencurigakan itu. Hampir aku tidak percaya, datangnya suara dari kamar keponakanku. Karena diluar dugaanku, aku harus bertindak cepat untuk mengetahui apa yang dilakukan istriku di kamar keponakanku sendiri, hatiku berdebar-debar dan aku sadar tidak boleh ceroboh dalam bertindak, maka secara perlahan kuambil kursi untuk melihat sedang apa mereka di kamar keponakanku. Astaga apa yang kulihat, istriku sedang berciuman mesra dengan Wisne, hampir aku langsung mendobrak pintu kamar keponakanku, tapi aku gemetar bercampur rasa penasaran dan ada perasaan unik tersendiri begitu melihat istriku bergumul dan bermesraan dengan orang lain, sehingga kuputuskan untuk mengintip perselingkuhan yang dilakukan istriku. Sebenarnya ada rasa ingin marah dan cemburu, tapi di sisi lain, ada perasaan lain yang membuat aku berdebar-debar ingin menyaksikan.<br /><br />Kulihat mereka masih ciuman sambil bersandar di dinding, tangan kanan istriku telah merogoh batang kejantanan Wisne yang masih pakai celana pendek dan tangan tangan Wisne meremas-remas buah dada istriku yang masih pakai daster. Jantungku semakin berdebar dan tidak terasa aku ikut terangsang karena selama ini aku pun menahan nafsuku. Terlihat keduanya sangat bernafsu, terutama istriku. Sambil tangan kanan tetap meremas dan mengocok batang kemaluan Wisne, tangan kirinya melepaskan kancing dasternya dan dalam beberapa saat, dasternya merosot ke lantai, sedang tangan Wisne terlihat berusaha membuka kaitan BH istriku, lalu mulut Wisne beralih ke puting susu istriku. Terlihat istriku menggeliat keenakan. Dan tangan istriku tidak ketinggalan, membuka kancing celana Wisne dan langsung melorotkan CD Wisne. Terlihat batang kemaluan Wisne telah tegak dengan gagahnya, besar dan panjangnya hampir sama dengan punyaku, hanya punya Wisne agak sedikit bengkok ke atas dan agak lebih kuning dari punyaku, mungkin karena dia masih perjaka dan belum pernah diasah.<br /><br />Dan setelah kedua-duanya telanjang bulat, mereka bergeser ke arah ranjang dan sambil masih berciuman, istriku direbahkan dengan kaki masih di lantai.<br />Terdengar suara permohonan istriku pada Wisne, "Wisne cepat masukkan barangmu.. cepaat..!"<br />Mereka terlihat terburu-buru. Karena terlalu lebatnya bulu kemaluan istriku, batang kejantanan Wisne tidak bisa langsung masuk, dan tangan Wisne terlihat menyibakkan bulu-bulu kemaluan istriku. Batang kejantanannya digesek-gesekkan ingin masuk, tetapi terlihat agak susah. Perlu diketahui, istriku saat melahirkan Dani dengan cara operasi caesar, jadi hingga saat ini, lubang senggama istriku masih normal dan sempit.<br />Karena agak mengalami hambatan memasukkan batang kejantanannya, lalu istriku sedikit membuka selangkangannya dan, "Bless.." masuklah kepala batang kejantanan Wisne.<br />Wajah Wisne terlihat nyengir kegelian yang nikmat dan dengan daya tekan ke depan batang keperkasaan Wisne amblass ke liang senggama istriku.<br /><br />"Ohh.. ohh.." keluh kenikmatan istriku.<br />Dengan posisi badan istriku rebah di ranjang dan kaki sedikit diangkat dan kedua tangan istriku dirangkulkan di leher Wisne, sedang Wisne sendiri dengan posisi berdiri dan tangannya bertopang pada ranjang, terlihat mereka menikmati kocokkan-kocokkan yang dibuatnya. Hanya beberapa saat, kocokkan batang kemaluan Wisne semakin cepat dan terlihat mata Wisne meram melek dan istriku memprotesnya.<br />"Jangan dulu Wis.. jangan dulu.. Aku belum apa-apa Wis.." pinta istriku.<br />Dan terdengar suara rintihan nikmat Wisne, "Ehh.. eeh.. creet.. cruutt.."<br />Mungkin karena belum berpengalaman, dia tidak bisa mengendaliakan senjatanya dan dalam hati, aku bersyukur bahwa istriku tidak mendapatkan kenikmatan dari Wisne dengan harapan nantinya minta dilanjutkan denganku, suaminya.<br /><br />Kulihat istriku memukul-mukul pundak Wisne.<br />"Kamu ini gimana sih..? Baru beberapa menit sudah keluar.. Aku belum apa-apa.." kata istriku.<br />Wisne sambil ngos-ngosan menjawab, "Maaf Tante, Wisne belum pengalaman.. "<br />Wisne merebahkan diri telentang di ranjang, batang kejantanannya semakin mengendor, lunglai basah kuyup akibat campuran cairan spermanya dan lendir dari liang senggama istriku. Terlihat istriku mengambil kain untuk membersihkan kemaluannya dari semprotan dan tetesan sperma Wisne dan dilanjutkan membersihkan batang kemaluan Wisne. Kupikir berakhirlah adegan ranjang mereka.<br /><br />Ternyata dengan kelihaian istriku serta nafsu yang masih belum terlampiaskan, batang kejantanan Wisne diusap-usap, dielus dan dikocok-kocok lembut oleh tangan lentik istriku. Akhirnya terlihat mulai mengembang lagi batang keperkasaan Wisne. Biasanya aku kalau habis main dengan istriku, batang kejantananku tidak bisa bangun lagi, mungkin karena tempo permainan yang amat lama dan biasanya istriku langsung terkulai lemas sama seperti aku yang selanjutnya tertidur lelap.<br /><br />Kini batang keperkasaan Wisne tegak menantang kembali dan istriku tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Dengan posisi Wisne tetap telentang, istriku mengatur posisi jongkok, persis di atas batang keperjakaan Wisne. Otomatis, dalam hal ini, istriku yang berperan. Tangan kanannya memegang batang keperkasaan Wisne dan menuntun masuk ke lubang kemaluannya. Selanjutnya, istriku bergerak naik turun. Terlihat pantatnya yang kuning mulus berayun seirama dengan gerakannya.<br />Dalam beberapa menit, terdengar rengekkan nikmat istriku, "Ooohh.. oohh.. oohh.. oohh.."<br />Istriku melenguh nikmat dan kocokannya semakin kencang dan, "Ooohh.. oohh.. oohh.." semakin panjang lengkuhannya.<br />"Ooohh.. Wisne.., Aku mau keluar Wis.. Ooohh.."<br />Batang keperkasaan Wisne menancap semua, amblas dan yang terlihat hanya butir-butir kemaluan Wisne. Istriku terkulai lemas di atas dada Wisne. Hal itu dibiarkan saja oleh Wisne, malah kedua tangan Wisne meremas-remas pantat istriku.<br /><br />Beberapa menit kemudian, Wisne berusaha membalikkan posisi. Istriku ditelentangkan dan Wisne bergantian jongkok tepat di atas liang senggama istriku. Lubang kemaluan istriku terlihat mengkilap karena lendir yang dikeluarkannya. Dengan perlahan, Wisne mulai memompa naik turun dan pinggul istriku ikut menggoyang ke arah kiri dan kanan.<br />"Ooohh.. oohh.." terpaksa batang kemaluanku kukocok sendiri karena tidak tahan melihat adegan panas istriku.<br />Kocokan Wisne kali ini lama sekali, tidak berhenti-berhenti dan terdengar istriku minta dipercepat gerakan mengocoknya batang keperkasaan Wisne.<br />"Teruuss.. teruuss.. cepat kocok terus Wis.., cepat lagi Wis..!" sampai terdengar suara kocokan batang kejantanan Wisne di liang senggama istriku, "Pleekk.. pleekk.. pleekk.."<br />Wisne mulai melenguh lagi, "Ohh.. eehh.. oohh.. eehh.."<br />Istriku tidak ketinggalan, juga ikut mendesah, "eehh.. eehh.. eehh.. eehh.. teruuss..! terruuss..! Aku mau keluar lagi Wiiss..! Ooohh.."<br /><br />Wisne menekan batang kemaluannya kuat-kuat di lubang kemaluan istriku karena kedua tangan istriku merangkul pantat Wisne untuk ditekankan ke arahnya. Aku pikir, Wisne juga sudah keluar maka batang kemaluanku kukocok terus hingga spermaku muncrat juga.<br />"Ooohh.. creett.. crett.."<br />Beberapa menit kemudian, terdengar istriku bicara pada Wisne, "Cabut dulu kontolmu Wis..!"<br />Wisne mencabut batang kemaluannya dari jepitan liang senggama istriku. Istriku berbalik tengkurap, mau apa lagi mereka. Ternyata kejantanan Wisne masih terangsang berat.<br />"Masukkan lagi kontolmu Wis.. cepaatt..!" pinta istriku lagi.<br />Agak sedikit berjongkok, dimasukkan lagi ke liang senggama istriku.<br />"Ooohh.." terdengar istriku menikmatinya, "Wis.. terasa mengenai dinding rahimku, Wis..!"<br /><br />Wisne mulai bergerak maju mundur mengaduk-aduk kemaluan istriku lagi<br />"Ooohh.. nikmatnya memek Tante.., oohh enak sekali kalau begini Tante.. semakin enak Tante.."<br />Istriku menikmatinya, "Teruuss.. kocok teruuss Wis..! Aku merasakan kontolmu semakin enak saja Wis..! Teruuss.. Wis.. teruss..!"<br />Semakin Wisne mendapat angin segar, maka dikuatkan kocokkannya dan, "Plookk.. plookk.. plookk.. cleepp.. cleepp.. plookk.. oohh.. oohh.. nikmat Tante. Memek Tante semakin hangeett Tante, oohh.., plokk.. plookk.. cleepp.. plookk.. cleepp.. oohh, Wisne mau keluar Tante.. oohh.. oohh.. Creett.. creett.. cruutt.."<br /><br />Itulah kisah perselingkuhan istriku dengan keponakanku, Wisne. Dan bila ada pembaca yang ingin berkomentar, silahkan email saja.<br /><br />Tamat<br /><br /><br /><a href="http://www.donkeymails.com/pages/index.php?refid=mashermawan"><img style="width: 262px; height: 60px;" src="http://www.donkeymails.com/images/banner5.gif" alt="DonkeyMails.com: n)No Minimum Payout" border="0" /></a> <a href="http://www.easyhits4u.com/?ref=agenmodem"><img style="width: 263px; height: 60px;" src="http://static.easyhits4u.com/img/banners/468x60_13.gif" alt="Popular 1:1 Traffic Exchange" border="0" /></a> </div>CowokMLghttp://www.blogger.com/profile/08999633505345466529noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-3874674043945495181.post-13721319188773649372012-06-11T02:08:00.000-07:002012-07-25T10:15:38.550-07:00Nafsu Liar ABGAku sedang membanting pantatku di jok belakang taxi, ketika dering HP-ku memanggil. Kuperhatikan jelas sekali bahwa ini nomor yang sama dari dua kali panggilan tadi. Tapi karena aku merasa tidak mengenalnya, aku sama sekali tidak menanggapinya. <br /><br />"Kenapa tidak diangkat, Bang..?" tanya sopir taxi yang sekilas melihatku lewat spionnya. <br />"Buat apa. Paling-paling wartawan 'bodrek'. Menawarkan berita kemenanganku ini di koran kelas 'teri'-nya. Bosen aku berurusan dengan mereka..!" sahutku sambil kuperhatikan sekali lagi secara kilas dua medali emas dan piala juara favorit kejuaraan binaraga kelas junior ini. <br /><div class="fullpost"><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgu_A60uCmZlnAxsjty_wl9eauC6RxnrrLcx_d9YcT4lao38aUpaB2Ddgp_y9jDhJvexxDIapS7IRITN3pgROKi0MYYRmeE6hxGANI3qY38Rtl74NGlN4auLhqd5GSiEzw0CqD3-qYgnS1e/s1600/bruackkakaka.jpg" imageanchor="1" style="clear:left; float:left;margin-right:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="320" width="214" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgu_A60uCmZlnAxsjty_wl9eauC6RxnrrLcx_d9YcT4lao38aUpaB2Ddgp_y9jDhJvexxDIapS7IRITN3pgROKi0MYYRmeE6hxGANI3qY38Rtl74NGlN4auLhqd5GSiEzw0CqD3-qYgnS1e/s320/bruackkakaka.jpg" /></a><br /><br />Taxi meluncur kencang membawaku pulang ke rumah kontrakanku di daerah Radio Dalam. Taxi masih melenggang di atas aspalan Sudirman ketika nomor HP itu muncul lagi di layar HP-ku. Berdering dan berdering minta diangkat. Terpaksa kali ini aku menerimanya dengan malas. <br /><br />"Hai Andre, sombong bener sih, nggak mau terima telponku. Kenapa..?" <br />"Sori Mbak. Ini siapa, dan ada apa..? Aku merasa nggak kenal anda." <br />"Benar. Kita belum pernah saling kenal kok. Tapi aku selalu memantau kemajuanmu dalam bertanding binaraga. Pokoknya aku selalu mengikutimu kemana kamu berlaga memamerkan tubuhmu yang berotot kekar tapi indah dan seksi sekali itu. Aku senang sekali. Banyak teman-temanku yang mengidolakan dirimu lho Mas. Kupikir masa depanmu pasti cerah sekali di dunia binaraga. Gimana nih, kami mau kenalan lebih dekat lagi, juga foto-foto bersama atlet idola kami. Bagaimana Mas..?" <br /><br />Aku sejenak berpikir. Siapa sih mereka? Apa maksudnya? Kalau aku tolak, aku merasa merendahkan atau menyepelekan apa yang namanya fans atau penggemar. Fans atau penggemar, apalagi wartawan itu adalah jalur yang tidak boleh kulawan. Mereka harus kurangkul dan akrabi. Begitu nasehat teman-teman seniorku di dunia olahraga yang banyak penggemarnya. <br />"Baiklah. Dimana ini kalian semua..?" tanyaku setelah menghelakan nafasku. <br /><br />Sebuah daerah pemukiman elite disebutkan suara cewek itu. Permata Hijau. Aku segera minta sama sopir taxi segera meluncur ke alamat yang dituju. Kuperhatikan jam tanganku sudah menunjukkan pukul 23.45 tepat. Waktuku untuk istirahat. Tapi demi fans, aku rela membagi waktuku dengan mereka. <br /><br />Rumah mewah itu memang terlihat sepi, gelap, dengan halamanya yang terlihat teduh. Berlantai tiga dengan gaya arsitektur spanyol yang unik. Bergegas aku segera turun dan kuperhatikan sejenak taxi telah menghilang di tikungan jalan. Kembali aku perhatikan alamat rumah yang kutuju itu. Aku segera menyelinap masuk ke dalam halamannya setelah membuka sedikit pintu gerbangnya yang dari besi dicat hitam. Hujan mendadak turun dengan rintik-rintik. Berburu aku lari kecil menuju teras yang tinggi, karena aku mesti menaiki anak tangganya. <br /><br />Aku dengan tidak sabaran menekan-nekan bel pintunya yang yang tampak sekali aneh bagiku, sebab tombol bel itu berupa puting susu dari patung dada wanita. Tidak berapa lama, pintu model tarung kuku itu terbuka. Aku seketika berdecak kagum dan 'ngiler' berat melihat figur penggemarku ternyata anak baru tumbuh yang bertubuh seksi. <br /><br />"Mas Andre, ya? Ayo Mas, dua temanku sudah tak sabar nungguin Mas. Biar kubawakan pialanya.. yuk..!" ujar gadis berusia sekitar 17 tahun itu ramah sekali menyambar piala dan tas olahragaku. <br />Aku menyibakkan sebentar rambut gondrongku yang basah sedikit ini, sambil sejenak kuperhatikan gadis itu menutup dan mengunci kembali pintunya. <br />"Ng.., maaf, belum kenalan..," gumamku perlahan membuat gadis berambut pendek cepak ala tentara cowok itu menghentikan langkahnya lalu memutar tubuhnya ke arahku sambil mengumbar senyun manisnya. <br />"Oh ya, aku Tami..," sahutnya menjabat tanganku erat-erat. <br />Hm, halus dan empuk sekali jemari ini, seperti tangan bayi. <br /><br />Tami yang berkulit kuning langsat itu melirik ke sebelah, di mana dari balik korden muncul dua temannya. Semua seusia dirinya. <br />"Ayo pada kenalan..!" sambung Tami. <br />Malam ini Tami memakai kaos singlet hitam ketat dan celana pendek kembang-kembang ketat pula, sehingga aku dapat dengan jelas melihat sepasang pahanya yang mulus halus. Bahkan aku dapat melihat, bahwa Tami tidak memakai BH. Jelas sekali itu terlihat pada dua bulatan kecil yang menonjol di kedua ujung dadanya yang kira-kira berukuran 32. <br /><br />"Lina..," ujar gadis kecil lencir berambut panjang sepinggangnya itu menjabat tanganku dengan lembut sekali. <br />Gadis ini berkulit kuning bersih dengan dadanya yang kecil tipis. Dia memakai kaos singlet putih ketat dan celana jeans yang dipotong pendek berumbai-rumbai. Lagi-lagi Lina, gadis cantik beralis tebal itu sama seperti Tami. Tidak memakai BH. Begitupun Dian, gadis ketiga yang bertubuh kekar seperti laki-laki itu dan berambut pendek sebatas bahunya yang kokoh. Kulitnya kuning langsat dengan kaos ketat kuning dan celana pendek hitam ketat pula. Hanya saja, dada Dian tampak paling besar dan kencang sekali. Lebih besar daripada Tami. Cetakan kedua putingnya tampak menonjol ketat. <br /><br />Aku dapat melihat pandangan mata mereka sangat tajam ke arah tubuhku. Aku pikir iru maklum, sebab idola mereka kini sudah hadir di depan mata mereka. <br />"Dimana mau foto-foto bersamanya..?" tanyaku yang digelandang masuk ke ruang tengah. <br />"Sabar dulu dong Mas, kita kan perlu ngobrol-ngobrol. Kenalan lebih dalam, duduk bareng.. gitu. Santai saja dulu lah.. ya..?" sahut Dian menggaet lengan kananku dan mengusap-usap dadaku setelah ritsluting jaket trainingku diturunkan sebatas perutku. <br />"Ouh, kekar sekali. Berotot, dan penuh daging yang hebat. Hm..," sambungnya sedikit bergumam sembari menggerayangi putingku dan seluruh dadaku. <br />Aku jadi geli dan hendak menampik perlakuannya. Tapi kubatalkan dan membiarkan tangan-tangan ketiga gadis ABG itu menggerayangi dadaku setelah mereka berhasil melepas jaketku. <br /><br />Kuakui, aku sendiri juga menikmati perlakakuan istimewa mereka ini. Kini aku dibawa ke sebuah kamar yang luas dengan dinding yang penuh foto-foto hasil klipingan mereka tentang aku. Aku kagum. Sejenak mereka membiarkanku terkagum dan menikmati karya mereka di tembok itu. <br /><br />"Bagaimana..?" tanya Lina mendekati dan merangkul lengan kiriku. <br />Lagi-lagi jemari tangan kirinya menggerayangi puting dan dadaku. Kudengar nafas Lina sudah megap-megap. Lalu Dian menyusul dan memelukku dari belakang, menggerayangi dadaku dan menciumi punggungku. Kini aku benar-benar geli dibuatnya. <br />"Sudahlah, lebih baik jangan seperti ini caranya. Katanya mau foto-foto..?" kataku mencoba melepaskan diri dari serbuan bibir dan jemari mereka. <br />"Iya, betul sekali. Lihat kemari Mas Andre..!" sahut Tami yang berdiri di belakangku. <br />Aku segera membalikkan tubuhku dan seketika aku terkejut. Mataku melotot tidak percaya dengan penuh ketidaktahuan dan ngerti semua ini. <br /><br />"Ada apa ini, apa-apa ini ini..? Kalian mau merampokku..?" tanyaku protes melihat Tami sudah menodongkan pistol otomatis yang dilengkapi dengan peredam suara itu ke arah kepalaku. <br />"Ya. Merampok dirimu. Jiwa dan ragamu. Semuanya. Ini pistol beneran. Dan kami tidak main-main..!" sahut Tami dengan wajah yang kini jadi beringas dan ganas. <br />Begitupun Lina dan Dian. Sebuah letupan menyalak lembut dan menghancurkan vas bunga di pojok sana. Aku terhenyak kaget. Mereka berdua memegangi lengananku dengan kuat sekali. Aku hampir tidak percaya dengan tenaga mereka. <br /><br />"Tidak ada foto. Tapi, di ruangan ini, kami memasang beberapa kamera video yang kami setel secara otomatis. Setiap ruangan ada kamera dan kamera. Semua berjalan otomatis sesuai programnya. Copot celananya, Lin..!" ujar Tami membentak. <br />Aku hendak berontak, tapi dengan kuat Dian memelintir lenganku. <br />"Ahkk..!" <br />"Jangan macem-macem. Menurut adalah kunci selamatmu. Ngerti..!" bentak Dian tersenyum sinis. <br /><br />Celana trainingku kini lepas, berikut sepatuku dan kaos kakinya. Lina sangat cepat melakukannya. Kini aku hanya memakai cawat hitam kesukaanku yang sangat ketat sekali dan mengkilap. Bahkan cawat ini tidak lebih seperti secarik kain lentur yang membungkus zakar dan pelirku saja. Sebab karetnya sangat tipis dan seperti tali. <br />"Kamu memang seksi dan kekar..," ucap Tami mendekati dan menggerayangi zakarku. <br />"Iya Tam. Sekarang aja ya, aku udah nggak sabar nih..!" sahut Dian mengelus-elus pantatku.<br />"Sama dong. Tapi siapa duluan..?" sahut Lina mengambil sebotol minyak tubuh untuk atlet binaraga. <br />Kulihat mereknya yang diambil Lina yang paling mahal. Tampaknya mereka tahu barang yang berkualitas. <br /><br />"Diam dan diam, oke..?" kata Lina menuangi minyak itu ke tangannya. <br />Begitupun Dian dan Tami. Segera saja jemari-jemari tangan mereka mengolesi seluruh tubuhku dengan minyak. Bergantian mereka meremas-remas batang zakarku dan buah pelirku yang masih memakai cawat ini dengan penuh nafsu. Aku kini sadar, mereka fans yang maniak seks berat. Walau masih ABG. Dengan buas, Tami merengut cawatku dengan pisau lipatnya, yang segera disambut tawa ngakak temannya. Zakarku memang sudah setengah berdiri karena dorongan dan rangsangan dari stimulasi perbuatan mereka. Bagaimanapun juga, walau dalam situasi yang tertekan, aku tetap normal. Aku tetap terangsang atas perlakuan mereka. <br /><br />"Ouh, sangat besar dan panjang. Gede sekali Lin..," ucap Dian kagum dan senang sembari menimang-nimnag zakarku. <br />Sedangkan Tami meremas-remas buah pelirku dengan gemas sekali, sehingga aku langsung melengking sakit. <br />"Duh, rambut kemaluannya dicukur indah. Apik ya..!" sahut Dian mengusap potongan bentuk rambut kemaluanku yang memang kurawat dengan mencukur rapi. <br />"Auuhk.., jangan. Jangan.., sakit..!" ucapku yang malah bikin mereka tertawa senang. <br />Lina sendiri menciumi daging zakarku dan menjilat-jilat buas pelirku. Aku tetap berdiri dengan kedua kakiku agak terbuka. <br /><br />Mereka dengan buasnya menjilati dan menciumi zakar dan buah pelirku serta pantatku. <br />"Ouh.. jangan.. aauhk.. ouhhk.. aahkk..!" teriak-teriak mulutku terangsang hebat. <br />Hal itu membuat Tami jadi ganas dalam mengocok-ngocok batang zakarku. Sedangkan Lina gantian meremas-remas buah pelirku. Sementara Dian menghisap putingku dan memelintirnya, sehingga putingku jadi keras dan kencang. Kedua tanganku kini berpegangan pada tubuh mereka, karena dorongan birahiku yang mendadak itu. Aku kian menjerit-jerit kecil dan nikmat. Teriakan mereka yang diselingi tawa senang kian menambah garang perlakuan mereka atas tubuh telanjangku. <br /><br />Bergantian mereka mngocok-ngocok zakarku hingga kian mengeras dan memanjang hebat. Bahkan mereka dengan buasnya bergantian menyedot-nyedot zakarku dengan memasukan ke dalam mulut mereka, sampai-sampai mereka terbatuk-batuk karena zakarku menusuk kerongkongan mereka. <br />"Nikmat sekali zakarnya, hmm.., coba diukur Dian. Berapa panjang dan besarnya, aku kok yakin, ini sangat panjang..!" ujar Tami sambil terus mengulum-ngulum dan menjilati zakarku. <br />Dian segera mengukur panjang dan besarnya zakarku. <br /><br />"Gila, panjangnya 23 sentimeter, dan garis lingkarnya.. hmm.., 18 senti. Apa-apaan ini. Kita pasti terpuaskan. Dia pasti hebat dan kuat..!" ujar Dian kagum sambil mengikat pangkal batang zakarku dengan tali sepatu secara kuat. <br />Begitupun pangkal buah pelirku diikat tali sepatu sendiri. Sementara Lina gantian kini yang mengocok-ngocok zakarku sambil mengulum-ngulumnya. Karuan saja, zakarku jadi tambah keras dan merah panas membengkak hebat. Otot-ototnya mengencang ganas. Aku kian menjerit-jerit tidak kuat dan tidak kuasa lagi menahan spermaku yang hendak muncrat ini. <br /><br />Mendengar itu, Lina mencopot lagi tali sepatuku di batang zakarku dan pelirku. Cepat-cepat mereka membuka mulutnya lebar-lebar di depan moncong zakarku sambil terus mengocok-ngocok paling ganas dan kuat. <br />"Creet.. croot.. creet.. srreet.. srroott.. creet..!" menyembur spermaku yang mereka bagi rata ke mulutnya masing-masing. <br />Bergantian mereka menjilati sisa-sisa spermaku sambil mengurut-ngurut batang zakarku agar sisa yang masih di dalam batang zakarku keluar semua. <br /><br />"Hmm.. nikmat sekali. Enak..!" ucap Diam senang. <br />"Iya, spermanya ternyata banyak sekali.. kental..!" sahut Lina. <br />"Ayo, ikat dia di ruang penyiksaan. Cepat..!" perintah Tami berdiri, diikuti Lina dan Dian. <br />Sedangkan aku masih lemas. Rasa-rasanya mau hancur badanku. Aku nurut saja perintah mereka. Memasuki ruang penyiksaan. <br /><br />Apa pula itu? Mereka dengan cepat memasang gelang besi di kedua tangan dan kakiku. Rantai besi ditarik ke atas. Kini tubuhku merentang keras membentuk huruf X. Posisi badanku dibikin sejajar dengan lantai yang kira-kira setinggi satu meteran itu. Lampu menyorot kuat ke arahku. Keringatku menetes-netes deras. <br />"Siapa kalian ini sebenarnya..?" tanyaku memberanikan diri. <br />"Diam..! Tak ada pertanyaan. Dan tak boleh bertanya. Pokoknya menurut. Kamu kini budak kami. Ngerti..!" bentak Tami mencambuk dadaku dan punggungku dengan cambuk yang berupa lima utas kulit yang ujungnya terdapat bola berduri. Sakitnya luar biasa. <br /><br />Mendadak Dian membuka lantai di bawahku. Aku kaget, rupanya di bawah sana ada liang seukuran kira-kira lebar 50 senti dan panjang dua meteran. Dan di lubang sedalam kira-kira satu meteran itu terdapat tumpukan batu bara yang membara panas sekali! Pantas saja, tadi kakiku sempat merasakan panasnya lantai ubin ini. Walau kini tubuhku setinggi kurang dari dua meter dari bara, tapi aku masih kuat merasakan betapa panasnya batu bara itu uapnya membakar kulit tubuhku bagian belakang. <br /><br />"Cambuk terus..! Sirami dengan minyak dan jus tomat..!" perinta Tami mencambuki kakiku. <br />Sedangkan Lina mencambuki dadaku. Dian mencambuki punggungku. Panas dan pedih, semua bercampur jadi satu. Bersamaan mereka juga mencambuki zakar dan pelirku yang masih setengah tegang ereksinya. Batu bara yang tertimpa minyak dan jus tomat itu mengeluarkan asap panas yang segera membakar kulitku. Entah, di menit keberapa aku bertahan. Yang jelas tidak lama kemudian aku pingsan. <br /><br />Saat terbangun, ternyata aku sudah terbaring di atas ranjang luas dan empuk bersprei putih kain satin. Tapi kondisiku tidak jauh beda dengan disiksa tadi. Kedua tanganku dirantai di kedua ujung ranjang bawah, sedangkan badanku melipat ke atas karena kedua kakiku ditarik dan rantainya diikatkan di kedua ujung ranjang atas kepalaku, sehingga dalam posisi seperti udang ini, aku dapat melihat anusku sendiri. <br /><br />Sebuah bantal mengganjal punggungku. Lampu menyorotku. Tiba-tiba Lina sudah mengakangi wajahku. Dan dia telanjang bulat. Kulihat vaginanya yang mengarah ke wajahku itu bersih dari rambut kemaluan. Rupanya telah dipangkas bersih. <br />"Jilati, nikmati lezatnya kelentitku dan vaginaku ini. Cepat..!" teriak Lina menampar wajahku dua kali sambil kemudian membuka bibir vaginanya dan menjejalkannya ke mulutku. Terpaksa, aku mulai menjilati vagina dan seluruh bagian di dalamnya sambil menghisap-hisapnya. <br /><br />Lina mulai menggerinjal-gerinjal geli dan nikmat sambil meremas-remas sendiri duah dadanya dan puting-puting susunya yang kecil itu. Kulihat selintas datang Dian dan Tami yang juga telanjang bulat. Sejenak mereka berdua saling berpelukan dan berciuman. Mereka ternyata lesbian..! Lina segera beranjak berdiri. <br /><br />"Lakukan dulu Lin, kami sedang mood nih..!" ujar Tami mencimui vagina Dian yang berbaring di sebelahku sambil menggerinjal-gerinjal geli. <br />Kedua tangan Dian meremas-remas sendiri buah dadanya. Lina segera saja mengambil boneka zakar yang besar dan lentur. Segera saja Lina menuangi anusku dengan madu, serta merta gadis itu menjilati duburku. Aku jadi geli. <br /><br />Kini jemari Lina mulai mengocok-ngocok zakarku, setelah sebelumnya mengikat pangkal buah pelirku secara kuat. <br />"Ouh.. aduh.., aahhk..," teriakku mengerang sakit dan nikmat. <br />Lina dengan cepat segera menusukkan boneka zakar plastik itu ke dalam lobang anusku. Karuan saja aku menjerit sakit. Tapi Lina tidak perduli. Zakar plastik itu sudah masuk dalam dan dengan gila, Lina menikam-nikamkan ke anusku. Aku menjerit-jerit sejadinya. Sementara tangan satunya Lina tetap mengocok-ngocok zakarku sampai ereksi kembali dengan kerasnya. <br /><br />Tiba-tiba Tami mengakangi wajahku dan mengencingi wajahku. <br />"Diminum. Minum pipisku.. cepat..!" perintah Tami menanpar-nampar pantatku. <br />Terpaksa, kutelan pipis Tami yang pesing itu. Rasanya aku mau muntah. Lebih baik menjilati vaginanya, ketimbang meminum pipisnya. Tami tertawa ngakak sambil mengambil alih mengocok zakarku dengan buas. <br /><br />"Gantian..!"ujar Dian menggantikan posisi Tami. <br />Pipis lagi. Aku kini kenyang dengan pipis mereka. Tubuhku basah oleh pipis mereka. Lina masih menusuk-nusuk duburku dengan zakar plastiknya. Pelan-pelan rantai dilepas, tapi Lina malah membenamkan zakar plastik itu dalam-dalam di anusku. Kakiku dibuat mengangkang. Dengan buas, satu persatu memperkosaku. <br /><br />"Auhk.. aahk.. ouhkk.. yeaah.. ouh..!" teriak-teriak mulut mereka menggenjot di atas tubuhnya setelah memasukkan zakarku ke dalam vaginanya. <br />"Ouh.. ouhk, tidak.. ahhk.. ahhk..!" menjeritku kesakitan karena sperma yang mestinya muncrat tertahan oleh tali ikatan itu. <br /><br />Cambuk kembali melecuti dadaku. Pokoknya tidak ada yang diam nganggur. Saat Tami menggagahiku, Lina mencambuk. Dian menetesi puting susuku dengan cairan lilin merah besar. Atau menyirami lilin panas itu ke anusku. Saking tidak kuatnya aku, kini aku jatuh pingsan lagi. <br /><br />Entah berapa lama aku pingsan. Saat terbangun, banyak spermaku yang tercecer di perutku. Tidak ada rantai. Tidak ada lilin. Bahkan mereka juga tidak ada di sekitarku. Kemana mereka? Perlahan aku beranjak berdiri, tertatih-tatih mencari pakaianku. Tubuhku penuh barut bekas cambuk dan lilin mengering. Luar biasa sakit dan pedihnya tersisa kurasakan. <br /><br />Secarik kertas ditinggalkan mereka bertiga untukku. Kubaca dengan muak dan geram. <br />Trim atas waktumu. Tapi kami belum puas menikmatimu. Kami pasti datang lagi untuk kepuasan kami. Kami pergi karena ada mangsa baru yang lebih lemah tapi kuat seksnya. Kalau kamu tolak, kami edarkan videonya. Awas, kamu kini adalah 'anjing' seks kami. Trim. Sampai jumpa. <br /><br /><b>TAMAT</b><br /><a href="http://www.donkeymails.com/pages/index.php?refid=mashermawan"><img style="width: 262px; height: 60px;" src="http://www.donkeymails.com/images/banner5.gif" alt="DonkeyMails.com: No Minimum Payout" border="0" /></a> <a href="http://www.easyhits4u.com/?ref=agenmodem"><img style="width: 263px; height: 60px;" src="http://static.easyhits4u.com/img/banners/468x60_13.gif" alt="Popular 1:1 Traffic Exchange" border="0" /></a> </div>CowokMLghttp://www.blogger.com/profile/08999633505345466529noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3874674043945495181.post-91106904170429582652012-04-26T02:20:00.000-07:002012-07-25T10:15:38.605-07:00Tubuh mulus suster Itsumi'sPada suatu hari itsumi terlambat masuk kerja, kepala perawat "Momoko" tidak puas dengan Itsumi karena dia terlambat. <br />Dia sengaja memberikan Itsumi pekerjaan untuk mengurus Sasaki, seorang pasien yang penuh nafsu. <br />Dia membuat trik agar Itsumi menunjukkan alat kelaminnya kepada Dr Takada. <br />Selain itu, Itsumi ditugaskan untuk mengerjakan cukur pubes pasien Kurokawa itu. <br />Untuk menjaga reputasi rumah sakit, Momoko pesan kepada Itsumi untuk menyenangkan Kurokawa dengan menawarkan xxx. <br />Menjadi seorang perawat adalah mimpi Itsumi dari kecil, dia terpaksa menerima permintaan tersebut yang tidak masuk akal hanya untuk mengejar mimpinya menjadi perawat terbaik. <br />Ketika mimpi Itsumi itu adalah dooming, ia menemukan rahasia atas rumah sakit ... Bagaimana Itsumi akan menghadapinya?<br /><div class="fullpost"><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQhQhLY_8zNgCCD-7bTvfGG9R1TjKmeecnyqyHFSewzayQdIKqoeo8SOZSXYExcEkWtwqSf1eugL5OzA5BqYVMtE0io0sooI3OAzBXcqsPpneEFn5Oxhu-qpohIhp-H5cwslzBoxQDAA4/s1600/Nurse+Itsumi%2527s+Lustful+Diary.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="509" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQhQhLY_8zNgCCD-7bTvfGG9R1TjKmeecnyqyHFSewzayQdIKqoeo8SOZSXYExcEkWtwqSf1eugL5OzA5BqYVMtE0io0sooI3OAzBXcqsPpneEFn5Oxhu-qpohIhp-H5cwslzBoxQDAA4/s1600/Nurse+Itsumi%2527s+Lustful+Diary.jpg" width="410" /></a><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Info: JaPan Movies<br />Release Date: Movie 2010<br />Genre: Erotic, sex, 18+<br />Stars: Ran Munbu,Kyoko Natsume,Eiji Nakamura,Atsushi Kawaguchi,Shun Kando<br />Quality: DVDRip<br />Format: MKV<br />Runtime: 63 min<br />Encoder: NghiemCowboy<br />Site: Phimhit.com<br />Country: Japan<br />Language: Japanese<br /><br />On 1st working day, head nurse Momoko is dissatisfied with Itsumi because she‘s late for work. <br />She intentionally assigns Itsumi to take care of a lustful patient Sasaki. <br />She even tricks Itsumi to show her genitals to Dr. Takada. Besides, Itsumi is assigned to the job of shaving patient Kurokawa’s pubes. <br />However, she hurts Kurokawa carelessly. <br />In order to maintain reputation of the hospital, Momoko orders Itsumi to please Kurokawa by offering xxx. <br />Being a nurse has been Itsumi’s dream, she’s forced to accept such an unreasonable request only for pursuing her dream work. <br />When Itsumi’s dream is dooming, she discovers the top secret of the hospital…How’s Itsumi going to deal with it?<br /><br /><b>Screnshot</b><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJKigmkLrY312l6SyLEj0Q9Sp2QNkDQ1pJqyZToinxJoMXvDR5ML5Hits_AsRWHfW52_uxkbq3Mc7n38CQAnkOvEuf7CdbfBK8un9wUbtrMHplAveAuvn801K_G6Q97V226fi_uwU0hHw/s1600/1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="405" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJKigmkLrY312l6SyLEj0Q9Sp2QNkDQ1pJqyZToinxJoMXvDR5ML5Hits_AsRWHfW52_uxkbq3Mc7n38CQAnkOvEuf7CdbfBK8un9wUbtrMHplAveAuvn801K_G6Q97V226fi_uwU0hHw/s1600/1.jpg" width="540" /></a><br /><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAaRxb1sHmfqaQgwZG8-9hd77uhc6w_l9lXiix92lkpZNgiVcT1XCRmrF6DmwvlcUO1f8NZaG-XndEK6lA0cz7rZKbST0MAVd2CRNp1yLuj2GFW9rkVwmYRxtKG02lli6MJgMgPmAbI7A/s1600/2.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="1600" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAaRxb1sHmfqaQgwZG8-9hd77uhc6w_l9lXiix92lkpZNgiVcT1XCRmrF6DmwvlcUO1f8NZaG-XndEK6lA0cz7rZKbST0MAVd2CRNp1yLuj2GFW9rkVwmYRxtKG02lli6MJgMgPmAbI7A/s1600/2.jpg" width="689" /></a><br /><br /><blockquote><a href="http://q.gs/1B13e" target="_blank"> Download link 1</a><br /><a href="http://q.gs/1B13k" target="_blank"> Download link 1</a><br /><a href="http://q.gs/1B13o" target="_blank"> Download link 1</a><br /><a href="http://q.gs/1B148" target="_blank"> Download link 1</a><br />Password: phimhit.com</blockquote><br /><a href="http://www.donkeymails.com/pages/index.php?refid=mashermawan"><img alt="DonkeyMails.com: No Minimum Payout" border="0" src="http://www.donkeymails.com/images/banner5.gif" style="height: 60px; width: 262px;" /></a> <a href="http://www.easyhits4u.com/?ref=agenmodem"><img alt="Popular 1:1 Traffic Exchange" border="0" src="http://static.easyhits4u.com/img/banners/468x60_13.gif" style="height: 60px; width: 263px;" /></a> </div>CowokMLghttp://www.blogger.com/profile/08999633505345466529noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3874674043945495181.post-54543901625086438332012-04-24T02:30:00.000-07:002012-07-25T10:15:38.620-07:00Kim Bình Mai 2When we last left Simon Qing, he had just murdered Wu Da Lang (Ng Chi Hung) in order to add Lotus (AV star Hayakawa Serina) to his growing harem. But he starts to stray again after he meets Pinky (AV star Uehara Kaera), who’s the spitting image of his first love Violetta. Adding Pinky to his collection of wives means doing away with his own friend, but Simon is willing to commit more murders to serve his unchecked desires. However, there are consequences for his continuing corruption – Wu Da Lang’s brother Wu Song (Wu Qing Zhe) seeks revenge, and may even have an ally in his brother’s former wife Lotus. To stop Wu Song, Simon sends family maid Plum (Winnie Leung), but constant philandering has started to anger his wives, especially first wife Moon (AV star Wakana Hikaru). With his enemies growing in number, Simon’s desires shift once more, to loyal and comely Plum…<br /><div class="fullpost">Bộ phim "Kim Bình Mai" là một bộ phim dựa trên bộ tiểu thuyết của Trung Quốc của tác giả Vương Thế Trinh (王世貞) ,người đời nhà Minh lấy bút hiệu Lan Lăng Tiếu Tiếu sinh (兰陵笑笑生) .<br /><br />Tác phẩm nói về 3 nhân vật nữ là Phan Kim Liên (潘金莲), Lý Bình Nhi (李瓶儿) và Bàng Xuân Mai (庞春梅) nên có tên là "Kim Bình Mai".<br /><br />Trong Kim Bình Mai, những diễn biến liên quan tới cuộc sống của Tây Môn Khánh một tay chơi gái khét tiếng và những thê thiếp, trong đó có ba nhân vật nữ kể trên, được miêu tả phong phú. Nhiều cảnh miêu tả cuộc sống hưởng lạc đồi trụy của Tây Môn Khánh,và cuối cùng cũng phải chết trong sự sa lầy tình dục,sống động đến từng chi tiết khiến cho cuốn tiểu thuyết này bị coi là sách khiêu dâm và bị cấm.<br />Dâm dục đi đôi với tàn bạo là nét bản chất xuyên suốt cuộc đời Tây Môn Khánh cho đến kết thúc bằng cái chết vì bệnh dâm.<br /><br /><br /><a href="http://flmsdown.net/uploads/posts/2009-11/1257984420_jin-ping-mei-2009-dvdrip.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="613" src="http://flmsdown.net/uploads/posts/2009-11/1257984420_jin-ping-mei-2009-dvdrip.jpg" width="435" /></a><br /><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifnrpt3ntgQE32JJQn8p7fY5kjexSuxk2De1w0BRj1eK_OihV2ISOOSndcQ7g4uvQZQXq9zL4HwzMU6_PlNaq9gmeMrxF2vKtxaRPFd6KZveJYMmYekS_y9rydsaAW2M63WMps8fdLqAk/s1600/1.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="336" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifnrpt3ntgQE32JJQn8p7fY5kjexSuxk2De1w0BRj1eK_OihV2ISOOSndcQ7g4uvQZQXq9zL4HwzMU6_PlNaq9gmeMrxF2vKtxaRPFd6KZveJYMmYekS_y9rydsaAW2M63WMps8fdLqAk/s1600/1.png" width="624" /></a><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Ketika kami terakhir meninggalkan Simon Qing, ia baru saja membunuh Wu Da Lang (Ng Chi Hung) untuk menambahkan Lotus (AV bintang Hayakawa Serina) untuk tumbuh haremnya. Tapi ia mulai menyimpang lagi setelah ia bertemu Pinky (AV bintang Uehara Kaera), siapa yang mirip sekali dengan cinta pertamanya Violetta. Menambahkan Pinky untuk koleksi istri berarti melakukan jauh dengan teman sendiri, tetapi Simon bersedia untuk melakukan pembunuhan lebih untuk melayani keinginan dicentang nya. Namun, ada konsekuensi untuk korupsinya terus - saudara Wu Da Lang Wu Song (Wu Qing Zhe) berusaha membalas dendam, dan bahkan mungkin memiliki sekutu dalam Lotus mantan istri saudaranya. Untuk menghentikan Wu Song, Simon mengirimkan keluarga pembantu Plum (Winnie Leung), tetapi perzinaan konstan telah mulai kemarahan istri-istrinya, terutama istri pertama Bulan (AV bintang Wakana Hikaru). Dengan musuh-musuhnya berkembang jumlahnya, keinginan Simon menggeser sekali lagi, untuk Plum setia dan cantik ...<br /><br />Bo Phim "Kim Binh Mai" la mot bo Phim doa Tren bo Tieu thuyết cua Trung Quoc Vuong gia cua tac The Trinh (王世贞), người đời nha Minh Hieu awam tetapi Lan Lang Tieu Tieu sinh (兰陵 笑笑生).<br /><br />Tac Pham noi sudah 3 Nhan tong nu la Phan Kim Lien (潘金莲), Binh Ly Nhi (李瓶儿) VA Bang Xuan Mai (庞春梅) nen co sepuluh la "Kim Binh Mai".<br /><br />Trong Kim Binh Mai, Nhung Dien Bien lien quan toi cuộc lagu cua Tay Mon Khanh mot tay choi gai khét Tiếng va Nhung dengan Thiep, Trong Djo co ba Nhan tong nu Ke tren, được Mieu ta Phong Phu. Nhieu Canh Mieu ta cuộc lagu Huong Lạc đồi trụy cua Khanh Tay Mon, va cuối Cung Cung Phai Chet Trong su sa awam Tinh Duc, lagu động đến tung chi tiết khiến cho Cuon Tieu thuyết nay coi bi la Sach Khieu bendungan va bi cam.<br />Dam duc Dji đôi voi tan bao la bersih larangan chatting xuyên suốt cuộc đời Tay Mon Khanh cho đến ket Thuc Ledakan cai Chet vi bệnh bendungan.<br /><br /><br /><a href="http://adf.ly/592241/http://www.mediafire.com/?okiigfgok67aka6" target="_blank"> Dwonload link 1</a><br /><a href="http://adf.ly/592241/http://www.mediafire.com/?46g0b4r1wa9tawm" target="_blank"> Dwonload link 2</a><br /><a href="http://adf.ly/592241/http://www.mediafire.com/?1h04osntacn8vx4" target="_blank"> Dwonload link 3</a><br /><a href="http://adf.ly/592241/http://www.mediafire.com/?uv65qjfc44f1c6j" target="_blank"> Dwonload link 4</a><br />Pass: phimhit.com<br /><br /><blockquote>Cara Download:<br />Klik link download diatas.<br />tunggu 5 detik dan klik tulisan skip ad di pojok kanan atas</blockquote><br /><br /><a href="http://www.donkeymails.com/pages/index.php?refid=mashermawan"><img alt="DonkeyMails.com: No Minimum Payout" border="0" src="http://www.donkeymails.com/images/banner5.gif" style="height: 60px; width: 262px;" /></a> <a href="http://www.easyhits4u.com/?ref=agenmodem"><img alt="Popular 1:1 Traffic Exchange" border="0" src="http://static.easyhits4u.com/img/banners/468x60_13.gif" style="height: 60px; width: 263px;" /></a> </div>CowokMLghttp://www.blogger.com/profile/08999633505345466529noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3874674043945495181.post-66080293857846043352012-04-24T02:17:00.000-07:002012-07-25T10:15:38.639-07:00Special Private SecretaryAsuka Pengacara muda dan cantik adalah cucu dari ketua Rugi Halo Asuransi Inc Diangkat oleh kakeknya sebagai "sekretaris khusus", misinya adalah untuk menyelidiki kasus korupsi pemerintah sebesar US $ 5 juta. Halo Asuransi Kerugian Inc diklaim oleh perusahaan pemerintah untuk memulihkan jumlah pencurian US $ 5 juta terlibat dalam kasus ini karena petugas pemerintah telah membeli "Skandal Polis Asuransi" bulan lalu yang mencakup semua hilang karena pencurian atau korupsi. Asuka harus dimulai penyelidikan dia dari seseorang di dalam perusahaan pemerintah untuk mengungkap konspirasi di balik ini kasus pengadilan dan klaim kebijakan yang tidak biasa dimana dia harus menantang otoritas tertinggi.<br /><div class="fullpost"><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdkC1qyhJ78vjaLXuLtMCfYEYYnMU8Dfhn1R8Nu6gbOx3nGtciwhH_0k-ECr-hYH6ou1p_2_wxWWTevCs595lr7x3PeFIbHjaY5oRJIy_6h8mR5n9a6kEGa_SdE6CSrJfoSzSkyHkSbGo/s1600/nu-thu-ky.jpg" imageanchor="1" style="clear:left; float:left;margin-right:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="786" width="550" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdkC1qyhJ78vjaLXuLtMCfYEYYnMU8Dfhn1R8Nu6gbOx3nGtciwhH_0k-ECr-hYH6ou1p_2_wxWWTevCs595lr7x3PeFIbHjaY5oRJIy_6h8mR5n9a6kEGa_SdE6CSrJfoSzSkyHkSbGo/s1600/nu-thu-ky.jpg" /></a><br /><br />Tokumei Hisho Genji Asuka ( Nu Thu Ky Goi Cam )<br />Format: Matroska (mkv)<br />Country: Japan<br />Year: 2008<br />Language: Japanese | Subtitle: English<br />Genre: Drama <br /><br /><a href="http://q.gs/10Mfk" target="_blank"> Dwonload link 1</a><br /><a href="http://q.gs/10Mfq" target="_blank"> Dwonload link 2</a><br /><a href="http://q.gs/10Mfv" target="_blank"> Dwonload link 3</a><br /><a href="http://q.gs/10Mg0" target="_blank"> Dwonload link 4</a><br /><br /><a href="http://adf.ly/592241/http://www.mediafire.com/?2k5f4fizfr2cifd" target="_blank"> Sup Title</a><br />Password: 1giay.net<br /><br /><blockquote>Cara Download:<br />Klik link download diatas.<br />tunggu 5 detik dan klik tulisan skip ad di pojok kanan atas</blockquote><br /><br /> <a href="http://www.donkeymails.com/pages/index.php?refid=mashermawan"><img style="width: 262px; height: 60px;" src="http://www.donkeymails.com/images/banner5.gif" alt="DonkeyMails.com: No Minimum Payout" border="0" /></a> <a href="http://www.easyhits4u.com/?ref=agenmodem"><img style="width: 263px; height: 60px;" src="http://static.easyhits4u.com/img/banners/468x60_13.gif" alt="Popular 1:1 Traffic Exchange" border="0" /></a> </div>CowokMLghttp://www.blogger.com/profile/08999633505345466529noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3874674043945495181.post-44737603450321650392012-04-24T01:51:00.000-07:002012-07-25T10:15:38.655-07:00Film semi Yuria MediafireIvan adalah seorang ahli IT, karena ekonomi dalam resesi, ia kehilangan pekerjaannya. Dia menggunakan hipotek untuk setup sebuah warung internet, tapi semua pikiran pelanggan adalah rumah tubuh, setelah berbulan-bulan tak ada perilaku bisnis, dan hukum tanah mengejar sewa. Pada saat itu seorang wanita, Carol ada di sana dan melayani pelanggan yang sangat baik dengan sumber daya alam nya. Karena, masalahnya adalah memperbaiki sejenak, Ivan memutuskan untuk mengubah kafe ke rumah tubuh untuk bertahan hidup. Dia merekrut banyak gadis menjadi maya gadis. Dua dari mereka sangat luar biasa. Sakti dan Lingkaran ditambah Carol, mereka diberi nama Cafe 3T, bisnis itu berjalan sangat baik, tapi ketiga anak perempuan memiliki gosip dari satu sama lain dan meninggalkan kafe. Itu membuat Cafe mungkin dekat turun<br /><div class="fullpost"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwUFGnZe0QSTjBVdfEDyIB7x-8CJQzVDQ-4nAQUofnntNqxJQa6b8Ng_0JDpSgE-kZPS7tlHFQl384zv0Y3Isj8bflb-v1vH3_ernPGZn6SnLJ-53TwoG_FQx1N3Iv56eCs4hBhyphenhyphenWOWFc/s1600/Yuria+Type-100+%25282009%2529.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="549" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwUFGnZe0QSTjBVdfEDyIB7x-8CJQzVDQ-4nAQUofnntNqxJQa6b8Ng_0JDpSgE-kZPS7tlHFQl384zv0Y3Isj8bflb-v1vH3_ernPGZn6SnLJ-53TwoG_FQx1N3Iv56eCs4hBhyphenhyphenWOWFc/s1600/Yuria+Type-100+%25282009%2529.png" width="380" /></a><br /><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEidVR7UElqgPTf19_cVo06pzCpWZYBrL7WPyGYUr6mXN1k2rnc9QMjX51etqS1B36I1lR0XuLNehebcVo9ATWNVjE2xfMhdCe2ttp6irm53oTs_imp8ftWQh1cpGsZVSV-VFcym3FjX2PM/s1600/2.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="452" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEidVR7UElqgPTf19_cVo06pzCpWZYBrL7WPyGYUr6mXN1k2rnc9QMjX51etqS1B36I1lR0XuLNehebcVo9ATWNVjE2xfMhdCe2ttp6irm53oTs_imp8ftWQh1cpGsZVSV-VFcym3FjX2PM/s1600/2.jpg" width="800" /></a><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Also Known As: Yuria 100 Shiki<br />Directed by: Hideo Jojo<br />Country: Japan<br />Subtitle: None at the moment. Do not request.<br />Year: 2009 | Genre: Pinku, sex, 18+<br />Cast : Fujii Shelly, Jun Sakakibara, Mutsuo Yoshioka, Mei Itoya, Shohei Uno<br />Container: MatRoska (.mkv)<br />Resolution: 800 x 452 | AR: 16:9<br />Video Bitrate: 115,611 kbps | Audio: MPEG-1 Layer 3<br />Audio Bitrate: 44100Hz 116 kb/s<br />Quality: DVDRip<br />Fowmat: MKV<br />Encoder: NghiemCowboy<br />Source: DVDRip-NCB<br />Language: Japanese<br /><br /><a href="http://adf.ly/592241/http://www.mediafire.com/?35gi01on514t92e" target="_blank"> Download link 1 </a><br /><a href="http://adf.ly/592241/http://www.mediafire.com/?tb79civglg8cpe3" target="_blank"> Download link 2 </a><br /><a href="http://adf.ly/592241/http://www.mediafire.com/?m9eaueo2220ymp5" target="_blank"> Download link 3 </a><br /><a href="http://adf.ly/592241/http://www.mediafire.com/?v76021wwpxw1s6r" target="_blank"> Download link 4 </a><br />Pass: phimhit.com<br /><br /><blockquote>Cara Download:<br />Klik link download diatas.<br />tunggu 5 detik dan klik tulisan skip ad di pojok kanan atas</blockquote><br /><a href="http://www.donkeymails.com/pages/index.php?refid=mashermawan"><img alt="DonkeyMails.com: No Minimum Payout" border="0" height="91" src="http://www.donkeymails.com/images/banner5.gif" style="height: 60px; width: 262px;" width="400" /></a><br /><a href="http://www.easyhits4u.com/?ref=agenmodem"><img alt="Popular 1:1 Traffic Exchange" border="0" height="91" src="http://static.easyhits4u.com/img/banners/468x60_13.gif" style="height: 60px; width: 263px;" width="400" /></a> </div>CowokMLghttp://www.blogger.com/profile/08999633505345466529noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3874674043945495181.post-15011840401330057202012-04-23T22:34:00.000-07:002012-07-25T10:15:38.674-07:00Nikmatnya tubuh tante yohanaTante Mira mengenalkan salah satu temannya yang kebetulan ketemu disebuah restoran dimall daerah jakarta pusat. Sebut saja dia Tante Yohana, dia juga wanita chinese yang berumur hampir 50, sebaya dengan Tante Mira hanya beda 1 atau 2 tahun saja yang sudah ditinggal suaminya karena wanita lain. Postur tubuhnya juga tidak jauh dengan Tante Mira, agak gemuk hanya saja Tante Yohana lebih pendek dari Tante Mira dan wajahnya juga lebih kelihatan tua karena tampak kerutan-kerutan diwajahnya mungkin terlalu banyak pikiran.<br /><div class="fullpost">Waktu itu dia sedang jalan sendirian akan makan dan kebetulan ketemu dengan kami yang akhirnya dia diajak bergabung oleh Tante Mira, dan aku dikenalkan oleh Tante Mira kepadanya sebagai keponakan jauhnya. Setelah makan kami melanjutkan perbincangan sambil jalan melihat-lihat barang di toko-toko yang ada dimall itu. Entah apa yang dibicarakan oleh mereka berdua secara bisik-bisik karena aku lihat lirikan Tante Yohana yang melihat aku sambil senyum-senyum, dan setelah itu dia sering mencuri-curi pandang melihatku. Setelah lelah jalan-jalan dan hari mulai sore Tante Yohana akhirnya pulang.<br /><br />“Oke, Mir. Aku pulang dulu ya, hampir sore nih. Sampai ketemu lagi Ferry” kata Tante Yohana sambil tersenyum penuh arti kepadaku yang membuat aku tambah bingung dan dia melenggang menuju carcall untuk memanggil sopirnya.<br />Sepeninggal Tante Yohana kami menuju food court untuk membeli minum dan istirahat.<br />“Fer, menurut kamu Tante Yo gimana?” tanye Tante Mira padaku setelah membeli minum dan duduk ditempat yang agak memojok dan meminum minumannya.<br />“Mmm.. gimana apanya Tante?” jawabku bingung mendengar pertanyaan Tante Mira sambil menyedot minuman ringan yang aku pesan.<br />“Ah kamu ini, pura-pura nggak ngerti apa emang nggak ngerti? Ya sifat orangnyalah, bodynyalah, facenyalah dan lain-lainnyalah” jawab Tante Mira agak sewot.<br />“Oo, kalo sifatnya sih saya belum tau bener, kan baru sekali ketemu, tapi keliatannya orangnya baik dan ramah, terus kalo face dan bodinya mm.. biasa-biasa aja tuh” jawabku sambil tersenyum.<br />“Emang kenapa Tante, kok Tante tanya gitu? Bikin aku bingung aja. Terus tadi ngomongin apa sih? Kok pake bisik-bisik terus Tante Yohana jadi aneh sikapnya” tanyaku pada Tante Mira.<br />“Fer, kamu tahukan kalo Tante Yo itu sudah lama hidup sendiri sejak pisah sama suaminya. Nah tadi waktu Tante Yo lihat kamu dia langsung tertarik sama kamu, dan dia nanyain tentang kamu terus ke Tante sebab dia nggak percaya kalo kamu itu keponakan jauh Tante, jadi Tante terpaksa cerita dech kedia siapa kamu sebenernya. Kamu jangan marah ya, abis Tante Yo itu suka maksa kalo keinginannya belum kesampaian” jawab Tante Mira.<br />“Terus.. mm.. dia pengen sama kamu Fer.. gimana? Kamu mau nggak?” tanya Tante Mira dengan wajah serius.<br />“Wah gimana ya, repot juga nich kalo sampai dia ngomong-ngomong ke orang lain, bisa tercemar nama Tante. Kalo menurut Tante dia bisa jaga rahasia kita dengan cara gitu ya sudah, saya akan layani dia” jawabku serius juga.<br />“Tapi nanti kamu jangan lupain Tante ya kalo sudah dekat sama dia” kata Tante Mira was-was.<br />“Ah Tante ini ada-ada saja, nggak mungkinlah saya lupa sama Tante, sayakan kenal Tante dulu baru Tante Yo” jawabku menghibur Tante Mira yang terlihat agak sedih dari ekspresi mukanya.<br />“Yah.. sapa tahu kamu bisa dapet lebih dari Tante Yo dan lupain Tante deh” katanya lagi sambil menghembuskan nafas.<br />“Jangan kuatir Tante, saya bukan tipe orang yang gampang ngelupain jasa baik orang kepada saya, jadi Tante tenang saja” jawabku kemudian.<br />“Okelah kalo gitu nanti Tante hubungi Tante Yo, biar dia nanti hubungi kamu” kata Tante Mira kemudian.<br />Setelah itu Tante Mira lebih banyak diam entah apa yang ada dalam pikirannya dan tak lama kemudian kamipun pulang.<br /><br />Malamnya Tante Yo menghubungi aku lewat telepon.<br />“Hallo Ferry, ini Tante Yo masih ingatkan?” tanya Tante Yo dari seberang.<br />“O iya masih, kan baru tadi siang ketemu, ada apa Tante?” jawabku sambil bertanya.<br />“Tadi Tante Mira sudah cerita belum sama kamu tentang Tante?” tanyanya lagi.<br />“Sudah sih, mm.. memang Tante serius?” tanyaku lagi pada Tante Yo.<br />“Serius dong, gimana kamu okekan?” tanya Tante Yo lagi.<br />“Kalo gitu oke dech” jawabku singkat.<br />Lalu kami bercakap-cakap sebentar dan kami akhirnya kami janjian besok pagi dilobby hotel “XX” didaerah jakarta barat dan dia akan datang lebih awal karena akan check-in dulu, setelah itu teleponpun ditutup. Keesokannya seperti biasa aku memakai baju rapi seperti orang kerja supaya tidak terlalu menyolok dan aku menunggu di lobby hotel tersebut karena aku juga datang lebih awal, tak lama aku menunggu teleponku berdering.<br /><br />“Hallo Ferry, ini Tante Yo. Tante sudah ada diatas, kamu langsung naik aja di kamar 888 oke? Tante tunggu ya” kata Tante Yomemberitahukan kamarnya.<br />“Oke Tante saya segera kesana, saya juga sudah di lobby” jawabku singkat dan menutup pembicaraan.<br />Setelah mematikan teleponku agar tidak diganggu, aku naik lift menuju kamar Tante Yo. Sampai didepan pintu kutekan bel dan Tante Yo membukakan pintu.<br />“Ayo masuk, udah daritadi Tante sampai dan langsung check-in. O ya, kamu mau minum atau mau pesan makan apa? tadi sih Tante sudah pesan makan dan minum untuk dua orang, tapi kalau kamu mau pesan yang lain pesan saja, jadi sekalian nanti diantarnya” kata Tante Yo sambil mempersilahkan aku masuk dan menutup pintu.<br />“Yah sudah kalau Tante sudah pesan, nggak usah pesan lagi, nanti kebanyakan makanan malah bingung” jawabku.<br />“Kok bingung kan buat gantiin tenaga kamu he he he” jawab Tante Yo bercanda.<br /><br />Kemudian Tante Yo duduk di sofa besar yang ada didalam kamar itu dan aku duduk di sebelahnya, kami berbincang-bincang sambil menonton TV lalu aku mendekati Tante Yo dan memeluk pundaknya, kemudian Tante Yo merebahkan kepalanya kepundakku, kubelai rambutnya dan kukecup kening Tante Yo.<br />“Mmm.. kamu romantis ya Fer, pantes Mira suka sama kamu. hh.. sudah lama Tante nggak merasakan suasana romantis seperti ini” kata Tante Yo sambil menghembuskan nafas.<br />“Ya sudahlah Tante, yang penting hari ini Tante akan merasakan hangat dan romantisnya cinta, karena hari ini aku milik Tante sepenuhnya” jawabku menghibur dia sambil kukecup lagi keningnya.<br />Tante Yo menatapku sendu sambil tersenyum.<br />“Terima kasih sayang” kata Tante Yo.<br />Dan kutatap matanya yang sendu dalam-dalam lalu kukecup bibirnya.<br /><br />Kecupanku dibibirnya perlahan berubah menjadi ciuman lembut yang dibalas Tante Yo dengan lembut juga, sepertinya Tante Yo benar-benar ingin merasakan nikmatnya berciuman yang sudah lama tidak dirasakannya. Kami saling cium, saling kulum, dan saling memainkan lidah kemulut pasangan kami. Kugelitik lidah Tante Yo dengan lidahku dan kusapu langit-langit mulutnya sambil kupeluk tubuhnya dan kuraba wajah dan tengkuk serta lehernya dengan tanganku yang lainnya.<br />“Ahh sayang, aku suka sekali ciuman kamu, mm.. ciuman kamu lebut dan merangsang, mm.. kamu memang pintar berciuman, ahh.. ayo sayang beri Tante yang lebih dari ini” kata Tante Yo disela-sela ciuman kami dan berciuman lagi.<br /><br />Tanganku mulai bergerak meremas kedua payudara milik Tante Yo bergantian. Tapi aksi kami terganggu oleh pelayan yang mengantar makanan yang dipesan oleh Tante Yo. Setelah pelayan keluar dan Tante Yo memberikan tip, tiba-tiba Tante Yo menabrak aku dan mendorong aku hingga terjatuh diatas tempat tidur dan dengan buas dia langsung memelorotkan celana dan celana dalamku, hingga penisku yang masih tidur terbebas dari sarangnya dan langsung diterkam olehnya. Disedot, dikulum dan digigitnya penisku yang mulai bangkit dengan napsu dan buas, dan kedua tangannya tak henti-henti mengocok dan memainkan kedua bolaku.<br /><br />“Ahh Tante.. pelan-pelan Tante.. ahh.. enak sekali Tante.. ohh” desahku menahan nikmat yang diberikan oleh Tante Yo padaku.<br />Tanganku hanya bisa meremas rambut Tante Yo dan seprei kasur yang sudah mulai berantakan, tak lama kemudian kulepaskan kepala Tante Yo dari penisku, kuangkat Tante Yo dan kurebahkan dikasur.<br />“Sekarang giliranku, Tante diam saja dan nikmati permainan ini ya” kataku sambil mengecup bibir Tante Yo dan mulai mencumbu Tante Yo sementara Tante Yo hanya diam saja sambil menatapku dengan sendu.<br /><br />Kumulai cumbuanku dengan menciumi bibirnya dan perlahan turun kelehernya sambil kubuka kancing baju Tante Yo satu persatu sambil terus turun kedadanya. Setelah kancing bajunya terbukan semua, kuraih pengait BH yang ada dibelakang dan kubuka sehingga ikatan BHnya terbuka dan ku lepaskan BH Tante Yo lewat kedua tangannya tanpa melepas baju Tante Yo, setelah lepas langsung kuciumi kedua payudara Tante Yo, kuciumi seluruhnya kecuali putingnya yang sudah berdiri mengacung minta dikulum tapi tidak pernah kukulum, setiap kali ciuman dan jilatanku sudah dekat dengan putingnya ciuman dan jilatanku turun lagi kepangkal payudaranya dan terus turun sampai ke perut dan bermain-main dipusar sambil kujilati lubang pusar Tante Yo lalu naik lagi terus berulangkali, kusingkap rok yang dipakai oleh Tante Yo kemudian tanganku mulai bekerja meraba-raba paha dan lutut Tante Yo lalu mulai melepaskan celana dalam yang dipakai oleh Tante Yo.<br /><br />Ketika permainan mulutku mencapai perutnya kutarik celana dalam Tante Yo, dan Tante Yo mengangkat pantatnya sehingga celana dalamnya dengan mudah lepas dari tempatnya. Kupelorotkan celana dalam Tante Yo sampai sebatas lutut lalu ciumanku naik lagi kearah payudaranya, dan ketika jilatanku mendekati puting Tante Yo tangankupun mendekati vagina Tante Yo dan ketika bibir dan lidahku mulai memainkan puting Tante Yo tangan dan jari-jariku juga mulai bermain dibibir vagina Tante Yo yang ternyata sudah basah. Ketika kukulum puting Tante Yo yang sudah berdiri dari tadi kumainkan juga kelentitnya dengan jari-jari tanganku yang seketika itu juga membuat tubuh Tante Yo melengkung keatas.<br /><br />“Akhh.. Ferry.. kamu benar-benar gila sayang, kamu kejam sekali mempermainkan Tante.. akhh.. ferry enak sekali sayang.. akhh.. gila.. kamu bener-bener gila sayang” teriak Tante Yo histeris sambil tangannya meremas seprei dan rambut kepalaku bergantian.<br />Tak kuhiraukan teriakan Tante Yo dan aku terus mengulum kedua puting dan menjilati kedua payudara Tante Yo bergantian. Tak lama kemudian kurasakan vagina Tante Yo bertambah basah dan tubuhnya mulai bergetar keras yang disertai erangan-erangan, akhirnya Tante Yo mendapatkan orgasme pertamanya.<br /><br />Pada saat tubuhnya mulai tenang, kulepaskan cumbuanku di payudaranya dan langsung kuangkat kedua kakinya sehingga kepalaku dengan mudah menuju kevaginanya dan langsung kujilat dan kukulum serta kusedot-sedot vagina dan kelentit Tante Yo.<br />“Akhh.. ahh.. gila.. ini namanya penyiksaan kenikmatan.. ahh.. kamu memang gila sayang.. ahh.. aku nggak kuat lagi sayang.. ahh.. terus sedot yang kuat sayang.. ahh.. tusuk dengan jarimu sayang.. ahh.. tusuk yang kuat.. ahh sayang.. Tante mau.. ahh.. mau dapet lagi sayang.. ahh.. kamu benar-benar gila” teriak Tante Yo histeris memohon, lalu tubuhnya mulai bergetar lagi merasakan orgasme kedua yang datang menghampirinya.<br /><br />Kuturuti permintaanya dengan menusukan jariku dan kumainkan jariku dengan menyentuhkan jariku kedinding vaginanya yang berkedut-kedut sambil terus bibir dan lidahku memainkan perannya dikelentit Tante Yo. Tubuh Tante Yo bergetar keras dan pinggulnya bergoyang-goyang mengikuti irama tusukan jariku sambil tak henti-hentinya menjerit-jerit histeris sambil kedua tangannya meremas dan menjambak-jambak rambutku.<br /><br />“Ahh.. Ferryy.. sayang.. ahh.. enak sayang.. ahh.. sodok yang keras sayang.. ahh.. sedot itilku yang kuat.. ahh.. yang kuatt.. ” jerit histeris Tante Yo mengantar orgasmenya yang kedua itu.<br />Dan ketika tubuh Tante Yo sudah hampir tenang lagi, kuhentikan juga semua aktivitasku dan kulepas celana dalam Tante Yo yang masih sebatas lulut sehingga lepas semua, lalu kuatur posisiku dan kutusukkan penisku kedalam lubang vagina Tante Yo.<br />“Okhh.. jangan dulu sayang.. jangan.. ahh.. stop sayang.. stop.. biar Tante istirahat dulu” pinta Tante Yo padaku, tapi aku tidak menghiraukan permintaanya sambil terus kutusukan penisku sampai masuk seluruhnya dan mulai kugoyang, kuputar dan kukocok penisku dalam vagina Tante Yo.<br /><br />Tak lama kemudian kuangkat tubuh Tante Yo hingga posisi Tante Yo kini dalam pangkuanku, dan dalam posisi Tante Yo sedang menaik turunkan pantat dan menggoyangkan pinggulnya kulepas baju Tante Yo yang masih melekat dan kulemparkan entah kemana lalu kubuka pengait dan resleting rok Tante Yo dan kulepas rok Tante Yo dari atas dan kulemparkan juga entah kemana hingga kini tidak ada selembar benangpun yang menempel ditubuh Tante Yo lalu akupun melepaskan bajuku sendiri dan kulemparkan sembarangan. Setelah melepaskan baju mulai kuputar-putar pantatku hingga penisku lebih menggesek dinding vagina Tante Yo.<br />“Akhh.. sayang.. ahh.. kamu memang gila sayang.. ahh.. kamu.. ahh.. kamu memang gila.. ohh.. penis kamu benar-benar.. ahh.. kamu pintar sekali sayang.. pintar dan gila.. ahh.. Tante mau.. ahh.. mau keluar lagi.. ahh.. Tante nggak kuat lagi sayang.. ahh” jerit Tante Yo histeris dan tubuhnya mulai bergetar mendapat orgasmenya yang ketiga, kurasakan cairan diliang vagina Tante Yo bertambah banyak dan kurasakan juga kedutan-kedutan dari dinding vagina Tante Yo.<br /><br />Lalu kurebahkan tubuh Tante Yo dan terus kugenjot penisku didalamnya yang sekali-kali kuputar-putar pinggulku, tubuh Tante Yo tambah bergetar dengan kencang, goyangan dan kocokan penisku juga tambah kencang, lalu kumainkan tanganku dikelentitnya sambil kurebahkan kepalaku kedadanya dan kusedot dan kukulum dengan kuat juga kedua puting Tante Yo bergantian dan kedutan-kedutan dinding vagina Tante Yo juga bertambah kuat sehingga penisku merasakan sensasi yang membuat aku merasakan sesuatu yang akan segera meledak keluar.<br />“Akh.. Tante aku mau keluar Tante.. akhh.. aku keluar Tante” kataku disela-sela kuluman mulutku diputingnya sambil terus mengocok penisku dengan cepat dan kuat dalam liang vagina Tante Yo.<br />“Ahh.. iya sayang.. ahh.. keluarkan saja.. ahh.. Tante juga.. ahh.. sudah nggak kuat lagi.. ahh” teriak Tante Yo dan memelukku dengan erat sambil tubuhnya terus bergetar, kurasakan kuku-kukunya mencakar punggungku.<br /><br />Lalu meledaklah cairan kenikmatan yang kukeluarkan dalam vagina Tante Yo yang sudah basah sehingga bertambah basah lagi, ketika kenikmatanku meledak dan tubuhku bergetar kenikmatan kukocok dengan keras dan kuat penisku dalam vagina Tante Yo sehingga ada cairan yang keluar dari dalam vagina Tante Yo yang kurasakan dari tanganku yang basah karena masih memainkan kelentit Tante Yo. Tubuh kami sama-sama bergetar dengan kencang, keringat kami bersatu dan seluruh ruangan dipenuhi oleh suara erangan dan jeritan kenikmatan yang kami dapatkan pada saat bersamaan.<br /><br />Setelah tubuhku dan Tante Yo mulai tenang kembali, kulepaskan penisku dari vaginanya yang sudah sangat basah, lalu kubersihkan vagina yang penuh dengan cairan kenikmatan kami berdua dengan sedotan dan jilatanku, kujilati sampai bersih dan sayup-sayup kudengan erangan pelan Tante Yo yang memejamkan matanya merasakan kenikmatan yang baru saja dia dapatkan. Setelah bersih kurebahkan tubuhku disamping Tante Yo, lalu kupeluk dia dan kukecup pipi Tante Yo.<br /><br />“Ahh.. terima kasih sayang.. terima kasih daun mudaku.. uhh.. rasanya tubuhku ringan sekali bagaikan kapas yang masih terbang diawang-awang, ahh.. nikmat sekali tadi kurasakan, kamu memang pintar sayang, baru sekali ini kurasakan orgasme beruntun seperti tadi, sampai lemas tubuh Tante” kata Tante Yo sambil membuka matanya dan tersenyum padaku.<br />“Ah Tante Yo bisa aja.. aku juga tadi nikmat sekali, kedutan dinding vagina Tante Yo membuat penisku merasakan seperti diremas-remas, nikmat sekali” balasku sambil kuusap keringat yang ada di keningnya dan kukecup kening Tante Yo, lalu aku bangkit dan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuh yang penuh dengan keringat dan disusul oleh Tante Yo dan kamipun saling membersihkan tubuh.<br /><br />Selesai membersihkan tubuh dan dalam keadaan masih bugil kami lalu menyantap makanan yang tadi dipesan oleh Tante Yo sambil bercakap-cakap dan bercanda, sedangkan tangan Tante Yo tidak pernah lepas dari selangkanganku. Selesai makan kami melanjutkan percakapan kami diatas tempat tidur sambil saling memeluk hingga akhirnya kamipun tertidur untuk memulihkan tenaga yang akan membuat pertarungan berikutnya lebih seru lagi. Dan mulai sejak itu jadilah aku daun muda kesayangan Tante Yohana dan Tante mira.<br /></div>CowokMLghttp://www.blogger.com/profile/08999633505345466529noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3874674043945495181.post-66700158474183561272012-04-18T05:22:00.000-07:002012-07-25T10:15:38.690-07:00Film Semi Cyber Cafe (2003)Download film semi Cyber Cafe (2003) DVDrip 700MB Mediafire.<br />Ivan adalah seorang ahli IT, karena ekonomi dalam resesi, ia kehilangan pekerjaannya. <br />Dia menggunakan hipotek untuk setup sebuah warung internet, tapi semua pikiran pelanggan adalah rumah tubuh, setelah berbulan-bulan tak ada perilaku bisnis, dan hukum tanah mengejar sewa. <br /><div class="fullpost"><br />Pada saat itu seorang wanita, Carol ada di sana dan melayani pelanggan yang sangat baik dengan sumber daya alam nya. Karena, masalahnya adalah memperbaiki sejenak, Ivan memutuskan untuk mengubah kafe ke rumah tubuh untuk bertahan hidup. Dia merekrut banyak gadis menjadi maya gadis. Dua dari mereka sangat luar biasa. Sakti dan Lingkaran ditambah Carol, mereka diberi nama Cafe 3T, bisnis itu berjalan sangat baik, tapi ketiga anak perempuan memiliki gosip dari satu sama lain dan meninggalkan kafe. Itu membuat Cafe mungkin menutup ......<br /><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPWEPN83hynY-fJ-W-lJtC20u1kutmjRDnZqOOLfLWMcQZ_6rU9LY881P4Ec1A7WAvszG22eJmnpHK4H4XWOekOdnBfe4mYlqmoZnokyu5LPcut-trdBCgueLZjCbDfueqvrF0mhm9ZW4/s1600/Cyber+Cafe+phimhit.jpg" imageanchor="1" style="clear:left; float:left;margin-right:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="767" width="540" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPWEPN83hynY-fJ-W-lJtC20u1kutmjRDnZqOOLfLWMcQZ_6rU9LY881P4Ec1A7WAvszG22eJmnpHK4H4XWOekOdnBfe4mYlqmoZnokyu5LPcut-trdBCgueLZjCbDfueqvrF0mhm9ZW4/s1600/Cyber+Cafe+phimhit.jpg" /></a><br /><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmdnDpyE87KVaAtN72lb2W-6lojw3JXexboEgD86nClGGoATkP-FstiZGlhgCIBnP8rXOvPKDmNqSWEJcyMt4C1fr3xO3kF3q6gax2xbg-OnM8GBiWhsBM-KXJalgLzNXkfiCfgx3MCDQ/s1600/cyber6.jpg" imageanchor="1" style="clear:left; float:left;margin-right:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="480" width="710" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmdnDpyE87KVaAtN72lb2W-6lojw3JXexboEgD86nClGGoATkP-FstiZGlhgCIBnP8rXOvPKDmNqSWEJcyMt4C1fr3xO3kF3q6gax2xbg-OnM8GBiWhsBM-KXJalgLzNXkfiCfgx3MCDQ/s1600/cyber6.jpg" /></a><br /><br />Director : Yan Kit<br />Cast : Bessie Chang Ming Kwan, Coco Chow Ka Yu, Matthew Ng Ting, Lok Ching, Chang Chung Wai, Hoh Kan Yee, Nancy<br />Quality: DVDRip<br />Format: MKV<br />Encoder: NghiemCowboy<br />Site: Phimhit.com<br />Country: Hong Kong | Language : Cantonese<br />Subtitle(s) : Chinese and English (hardcoded)<br />Film Genre : Erotica<br />Video Bitrate : 1035 kbps<br />Aspect Ratio : 4 : 3 | Audio Format : AC3<br />Resolution : 710 x 480 pixels<br />Audio Bitrate : 192 kbps | Frame Rate : 29.970 fps<br />Video Runtime: 1 hour 19 minutes<br /><br /><br /><blockquote>Link Download Via Mediafire<br /><a href="http://www.mediafire.com/?8glhl6w8z5wwm4e" target="_blank"> Download 1</a><br /><a href="http://www.mediafire.com/?kt66d9rns7ka5f8" target="_blank"> Download 2</a><br /><a href="http://www.mediafire.com/?8exlb4m3i6n06tf" target="_blank"> Download 3</a><br /><a href="http://www.mediafire.com/?626a8psv8s7ldfg" target="_blank"> Download 4</a><br /><br />Password: phimhit.com</blockquote><br /> </div>CowokMLghttp://www.blogger.com/profile/08999633505345466529noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3874674043945495181.post-83815685304734116592012-04-18T05:10:00.000-07:002012-07-25T10:15:38.731-07:00Pesta sex SMP ohhhhCerita Dewasa,Namaku Sonny, dulu sewaktu masih SMP ada beberapa teman wanita yang naksir denganku, maklumlah waktu itu aku bintang kelas di SMP tersebut, di antara perempuan-perempuan tersebut adalah Rere, Vinvin (nama samaran) yang ada hubungannya dengan ceritaku ini.<br /><div class="fullpost"><br />Aku sekarang sudah bekerja di suatu perusahaan swasta di Jakarta yang kebetulan aku termasuk eksekutif muda. Nah, bulan mei 99 kemarin, aku ada meeting di Surabaya dan kebetulan hari itu ulang tahun Rere (Rere termasuk wanita yang lumayan tingginya 170, branya 36 dan bodinya itu tuch yang semok alias seksi montok). Sehabis meeting, aku iseng menelepon Rere dan dia mengundangku datang ke rumahnya. Kemudian aku langsung saja cabut ke rumah Rere, eh nggak tahunya di situ ramai juga teman-temennya yang datang, termasuk Vinvin. Acara pesta tersebut berlangsung sampai jam 9 malam. Di pesta tersebut Rere cerita kepadaku kalau minggu depan dia mau menikah terus Vinvin minggu depannya lagi, lalu Rere cerita masa-masa dia naksir aku terus sampai sekarang dia masih kangen berat. Maklumlah sudah 2 tahunan nggak jumpa. Kebetulan waktu itu komputer dia lagi ngadat. Nah kesempatan buatku untuk tinggal lebih lama. Langsung saja kucoba membetulkan PC-nya. Sementara di rumahnya tinggal Vinvin saja yang belum pulang dan orang tuanya juga nggak ada.<br /><br />Pas sedang asyik mengutak-atik PC-nya, dia menungguku di sampingku dengan sekali-sekali melirikku, aku sendiri masih hati-hati mau menembak dia. <br />Eh nggak tahunya si Vinvin main serobot saja. <br />Dari belakang Vinvin langsung memelukku dan meng-kiss pipiku (Vinvin nggak beda jauh sama Rere, bedanya mata Rere kebiru-biruan sedikit dan lebih hitam dari Vinvin). Punggungku terasa ada benda kental yang bikin aku naik. <br />Habis itu Vinvin membisikan kalau dia masih kepingin denganku, terus aku responin juga kalau aku kangen juga, terus kulumat saja bibirnya yang mungil kemerah-merahan itu. <br />Vinvin langsung balas dengan penuh nafsu dan tetap memelukku dari belakang tapi tangannya sudah langsung menggerayangi penisku, dalam hati ini anak kepingin di embat nich. Aku lihat Rere disampingku bengong saja dan cemberut merasa kalah duluan. Terus Rere pergi sebentar, aku masa bodoh saja, kutarik si Vinvin ke pangkuanku dan bibirnya masih kulumat habis. Gila! nafsunya besar sekali! Setelah itu kualihkan dari bibir, kukecup terus ke bawah sambil tanganku meraba buah dadanya yang besar dan kenyal. Pas kukecup di belahan buah dadanya, Vinvin berteriak, “Sstt aahh†dan semakin kencang remasan tangannya yang sudah masuk ke CD-ku, kubuka saja bajunya terus branya sekalian. <br />Kelihatan buah dadanya menggantung siap diremas habis. Dengan gemasnya kulumat habis buah dadanya sampai dia menggelinjang keenakan dan suara yang “sstt sstt aahh…†Setelah itu tanganku pindah ke CD-nya yang sudah basah, langsung saja kulepas roknya. <br />Dia pun kelihatan bugil tapi masih pakai CD.<br /><br />Terus Rere datang dengan membisikanku bahwa kalau mau meneruskan di dalam kamarnya saja. Tanpa pikir lama-lama, langsung saja kugendong Vinvin sambil buah dadanya terus kuhisap ke dalam kamar Rere. <br />Terus aku telentangi Vinvin di tempat tidur Rere, aku lihat Vinvin sudah pasrah menantang, langsung saja kubuka CD-nya, ehh ternyata bulu Vinvin rapi dan kecil-kecil, langsung saja kulepas celanaku sama CD-ku sampai aku bugil ria. <br />Terdengar teriakan Rere kaget melihat penisku sepanjang 22 cm dan gede banget katanya sambil ngeloyor pergi meninggalkanku dan Vinvin. Aku tidak peduli lagi sama dia, langsung saja penisku aku arahkan ke vagina Vinvin, uhh seret banget, dan kulihat Vinvin menggigit bibirnya dan berteriak, “Aakkhh eegghh…†Kepalanya menggeleng ke kiri dan ke kanan sambil tangannya meremas seprei. <br />Rupanya dia masih Virgin sehingga seret sekali memasukannya. <br />Baru kepalanya saja Vinvin sudah teriak. Aku tahan sebentar, terus tiba-tiba langsung saja kusodok lebih keras, Vinvin langsung saja teriak kencang sekali. <br />Masa bodoh, aku teruskan saja sodokanku sampai mentok. <br />Rasanya nikmat banget, penisku seperti diremas-remas dan hangat-hangat basah.<br /><br />Sambil menarik napas, kulihat kalau Vinvin sudah agak tenang lagi, tapi rupanya dia meringis menahan sakit, kebesaran barangkali yach? Setelah itu aku tarik penisku pelan-pelan dan kelihatan sekali vagina Vinvin ikut ketarik terus kepalanya geleng-geleng ke kiri dan ke kanan sama matanya terpejam-pejam keenakan sambil teriak, “Sstt aahh sshh egghh…†Sampai penisku tinggal kepalanya saja, langsung saja aku sodok lagi ke vaginanya sekeras-kerasnya, “Bleesshh…†Vinvin berteriak, “aahh..†Kira-kira 5 menitan vagina Vinvin terasa seret.<br /><br />Setelah itu vaginanya baru terasa licin hingga semakin nikmat buat disodok, semakin lama sodokanku semakin kupercepat sampai Vinvin kelihatan cuma bisa menahan saja. Rupanya Vinvin kurang agresif. <br />Terus kusuruh Vinvin menggerakan pantatnya ke kiri dan ke kanan sambil mengikuti gerakanku. Baru beberapa menit Vinvin sudah teriak nggak karuan, rupanya dia mau orgasme. Makin kupercepat gerakanku, akhirnya Vinvin berteriak kencang sekali sembari memelukku kencang-kencang, lama sekali Vinvin memelukku sampai akhirnya dia telentang lagi kecapaian tapi penisku masih menancap di vaginanya. <br />Sekilas kulihat kalau Rere melihatku sambil menggigit jarinya, terus Rere mendekati kami berdua kemudian bertanya “Bagaimana tadi?†Aku senyum saja sambil penisku masih kutancapkan di vagina Vinvin, terus Rere duduk di tepi ranjang dan ngobrol kepadaku. <br />Aku iseng, kupegang tangan Rere terus aku remas-remas. <br />Tapi dia tetap diam saja. Setelah itu kutarik dia lalu kucium bibirnya yang ranum dan tubuhnya kutelentangi di atas perut Vinvin tapi penisku masih tetap menancap di vagina Vinvin, tidak ketinggalan kuremas-remas buah dada Rere sambil matanya terpejam menikmati lumatan bibirku dan remasan tanganku.<br />Sementara si Vinvin mencabut penisku lalu pergi ke kamar kecil dan jalannya sempoyongan seperti vaginanya ada yang mengganjal. <br />Terus kubuka saja baju Rere sementara tangannya sudah merangkul tengkukku. <br />Setelah itu kujilati saja buah dadanya sambil sekali-kali kuhisap sampai dia menggelinjang kegelian. Terus kuraba CD-nya. Rupanya sudah basah, nggak ambil peduli langsung saja kulepas seluruh celananya sampai Rere benar-benar bugil. <br />Terus aku suruh Rere pegang penisku sampai muka dia kelihatan kemerahan. <br />Rupanya dia belum pernah merasakan begituan. Setelah itu aku perbaiki posisinya biar nikmat buat menyodok vaginanya. Kemudian Rere bertanya kalau dia mau diapakan. <br />Aku suruh Rere pegang penisku lalu kugesek kevaginanya. <br />Dia tercengang mendengar kataku, tapi dia tetap melakukan juga. <br />Sambil matanya terpejam, Rere mulai menggesek penisku kevaginanya, pas menyentuh vaginanya, dia kelihatan nyegir sambil mendesah-desah, “Aahh…â€, sementara aku sibuk meremas-remas sambil menjilati buah dadanya yang semakin lama semakin mengeras dan kelihatan puting buah dadanya semakin munjung keatas.<br /><br />Pelan-pelan kudorong pantatku sampai penisku menempel lebih kencang di mulut vaginanya. <br />Rere diam saja malah semakin keras rintihannya, eh nggak tahunya Vinvin tiba-tiba saja mendorong pantatku sekeras-kerasnya secara langsung penisku kedorong masuk kedalam vagina Rere sedangkan Rere menjerit keras, “aakkh sakit Sonny, apa-apaan kamuâ€, sambil badan Rere menggeliat-geliat kesakitan sementara tangannya menahan pinggulku. <br />Sedangkan Vinvin bilang ke Rere kalau sakitnya hanya sebentar saja, terus Vinvin malah mendorong lebih keras lagi sambil menarik tangan Rere biar tidak menahan gerakan pinggulku. <br />Rere kelihatan menahan sakit sambil menggigit bibirnya. Sampai akhirnya masuk semua penisku. <br />Rere kelihatan mulai mengatur nafasnya yang tersengal-sengal selama menahan tadi. Aku biarkan dulu beberapa menit sambil mencumbu Rere biar dia tambah naik sementara Vinvin yang masih bugil tadi melihat saja di samping tempat tidur sambil tertawa centil. <br />Tidak lama Rere sudah mulai dapat naik lagi, malah semakin menggebu saja. Mulai kutarik penisku pelan-pelan terus kusodok lalu masuk agak kencangan sedikit, seret sekali. <br />Tiba-tiba bell pintu berbunyi lalu Vinvin mengintip lewat jendela kamar lalu pakai bajunya yang panjang sampai lutut terus Vinvin ngeloyor pergi sambil ngomong, “Nyantai saja, terusin biar aku yang nemuinâ€, tahu gitu aku teruskan saja kegiatanku yang sempat terhenti, aku lihat Rere masih nyengir sambil kepalanya geleng kekiri dan kekanan terus pinggulnya digerakan pula mengikuti irama gerakanku. Rupanya vaginanya cepat basah dan mampu menelan penisku sampai penuh.<br /><br />Sementara tanganku sibuk meremas buah dada Rere, aku terus menggenjotnya semakin cepat sampai dia mendesah-desah lebih keras terus tangannya meraba-raba punggungku lalu tiba-tiba kakinya dilipat ke atas pantatku sambil memelukku dan berteriak “aagghhâ€, kencang sekali hingga gerakanku tertahan dan terasa ada cairan hangat keluar dari vaginanya hingga menambah rasa nikmat. <br />Rupanya dia orgasme beruntun, setelah pelukan dia mulai kendor. Aku teruskan lagi genjotanku pelan-pelan sambil mulai mencumbu dia biar naik lagi. <br />Tidak lama dia sudah naik lagi terus aku ambil posisi lebih tegak sambil tanganku pegang pinggulnya dan tangannya memuntir-muntir putingku sambil tersenyum manis. <br />Makin lama gerakanku semakin kupercepat sodokanku, waktu kudorong ke vaginanya aku keras-kerasi lalu kulihat Rere sudah mulai memejamkan matanya dan kepalanya geleng-geleng ke kiri dan ke kanan mengikuti irama genjotanku. <br />Aku sendiri rupanya sudah mau orgasme, maka aku genjot lebih kencang lagi sampai vaginanya bunyi kencang banget, nggak lama aku mau keluar kutarik penisku biar ejakulasi di luar. Dia malah menahan pantatku biar nggak ditarik ke luar langsung saja kudorong lagi sembari kupeluk dia erat-erat sambil teriak, “Aargghh.. eegghh..â€, kemudian Rere juga teriak lama sekali, aku ejakulasi di dalam vagina Rere sampai Rere gelagapan nggak bisa napas, kira-kira semenitan aku dekap Rere erat-erat sampai aku kehabisan tenaga, terus kucabut penisku dan kelihatan maniku sampai keluar dari vaginanya bareng darah perawannya yang sobek karena kerasnya serobotan penisku dibantu dorongan Vinvin yang keras dan tiba-tiba tadi.<br /><br />Sementara itu Vinvin kedengarannya ngobrol sama seorang cewek, rupanya teman Rere itu ketinggalan dompet terus kebetulan Vinvin juga kenal sama dia, nggak lama kemudian Vinvin masuk ke kamar terus menanyakan aku, “Mau kenalan nggak sama temanku?†aku jawab, “Masa aku bugil begini mau dikenalinâ€, “Cuek saja, lagian tadi aku sama dia sudah ngintip lu waktu sama Rere tadiâ€, aku bengong saja terus Vinvin membisikan sesuatu ke Rere terus Rere mengangguk sambil tertawa cekikikan terus Rere membisikan kepadaku supaya aku nanti menurut saja, katanya asyik sich. <br />Lalu Vinvin dan Rere yang cuma pakai selimut menemui temannya tadi terus diajak masuk sebentar ke kamar Rere sambil matanya ditutup pakai T-shirt Vinvin. Setelah itu Vinvin kasih isyarat ke aku biar diam saja sambil menuntun Christ (nama temannya tadi) supaya rebahan dulu di tempat tidur. <br />Tentu saja Christ bertanya kalau ada apa ini. <br />Lalu Vinvin bilang kalau entar pasti nikmat dan nikmati saja.<br /><br />Christ mengangguk saja lalu Vinvin menyuruh Rere pegang tangan Christ yang diangkat di atas kepalanya dan Vinvin meraba-raba sekujur badan Christ di dalam bajunya, tentu saja Christ teriak kegelian sampai akhirnya mendesah-desah keasyikan lalu Vinvin pindah posisi dari duduk di atas paha Christ beralih ke samping sambil kasih kode ke aku biar aku duduk menggantikan dia sambil tangan Vinvin dimasukan ke dalam bra punya Christ, aku menurut saja sambil mulai mengikuti Vinvin meraba-raba tubuh seksi Christ, sementara Christ kaget dan mulai meronta-ronta nggak mau diteruskan, aku yang sudah tanggung begitu langsung saja turun lalu menarik kaki Christ supaya posisi pantatnya pas di sudut tempat tidur kelihatan Rere mengikuti dan tetap memegang tangan Christ yang sudah mulai meronta dan berteriak-teriak “Janganâ€, lalu Vinvin menutup mulut Christ dan melumat bibirnya sembari kasih kode ke aku biar diteruskan saja, langsung kubuka ritsluiting celananya dan kelihatan pahanya yang putih dan bentuk kakinya yang seksi membuat aku cepat naik, waktu aku mau peloroti CD-nya, Christ malah meronta-ronta sambil kakinya menendang-nendang hingga aku kesulitan. Aku jepit kakinya dengan pahaku lalu CD-nya aku tarik paksa sampai di bawah lututnya terus aku berdiri sedikit buat melepas CD-nya tadi habis itu aku kangkangi pahanya sembari aku arahkan penisku yang sudah tegang berat ke vagina Christ yang ada di sudut tempat tidur itu.<br /><br />Setelah kepala penisku menyentuh mulut vaginanya, aku pegangi pinggulnya biar Christ agak diam nggak meronta-ronta supaya aku bisa menyodok dengan mantap, gerakan pinggul Christ sudah dapat aku tahan lalu aku cepat-cepat menyodok penisku sekeras-kerasnya ke vaginanya, sesaat kelihatan gerakan Christ yang berontak tertahan selama aku dorong masuk penisku tadi sampai mentok, seret banget dan masih agak licin, aku lihat Vinvin masih melumat bibir Christ sementara Rere melihat penisku yang sudah menancap 3/4 saja di vagina Christ tadi, setelah aku diamkan beberapa saat, aku tarik lagi penisku lalu kudorong masuk lagi sementara Christ kembali meronta-ronta menambah nikmatnya goyangan liarnya, lama-lama Christ mulai melemah rontanya dan mulai kedengaran desahan Christ, nggak tahunya Vinvin sudah nggak melumat bibirnya tadi. <br />Mendengar desahan dan rintihannya itu bikin aku semakin ganas, tanganku mulai meraba ke atas dibalik T-shirtnya sampai menyentuh buah dadanya yang masih terbungkus bra.<br /><br />Lalu aku singkap bajunya ke atas terus Vinvin membantu membukakan bra Christ tadi sementara Rere sudah melepaskan pegangan tangannya dan Rere mengambil guling lalu memeluk guling itu sambil menggigit bibirnya sambil terus melihatku yang lagi ngerjain Christ dengan ganas, lalu Vinvin ke kamar mandi sementara aku semakin percepat gerakanku yang semakin keras sambil kuremas-remas dan kujilati puting buah dadanya yang sudah merah merona serta desahan dan rintihan Christ yang menambah nafsuku.<br /><br />Rupanya rontaan Christ yang liar membuatku semakin cepat keluar, baru 5 menitan aku sudah nggak tahan lagi, aku dorong keras-keras sambil kupeluk Christ sekencang-kencangnya sampai Christ nggak bisa nafas tapi masih tetap menggoyang pinggulnya, aku ejakulasi 30 detik lamanya kemudian Christ gantian mendekapku sambil menggigit telingaku sembari melenguh menahan kenikmatan yang baru dia rasakan, sementara penisku yang masih di dalam vagina Christ terasa hangat karena cairan yang keluar dari vaginanya tadi. <br />Christ orgasme sampai 15 detik lalu aku terkulai lemas di samping tubuh Christ lalu Vinvin kembali ke tempat tidur lagi dan kami berempat pun terdiam tanpa ada yang berbicara sampai tertidur semuanya.<br /><br /><b>Salam Sange</b><br /> <object height="344" width="434"><param name="allowfullscreen" value="false" /><param name="AllowScriptAccess" value="always" /><param name="movie" value="http://embed.redtube.com/player/" /><param name="FlashVars" value="id=157197&style=redtube&autostart=false" /><embed src="http://embed.redtube.com/player/?id=157197&style=redtube" allowfullscreen="false" allowscriptaccess="always" flashvars="autostart=false" pluginspage="http://www.adobe.com/shockwave/download/download.cgi?P1_Prod_Version=ShockwaveFlash" type="application/x-shockwave-flash" height="344" width="434" /></embed></object></div>CowokMLghttp://www.blogger.com/profile/08999633505345466529noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3874674043945495181.post-67287122806027063552011-11-04T10:34:00.000-07:002012-07-25T10:15:38.747-07:00Nikmatnya tubuh pemilik toko kelontongNikmatnya tubuh tetanggaku, Bu mina namanya yang membuka toko kelontongan tidak jauh dari rumah kami tinggal.<br />Tubuhnya padat dan pantatnya sangat menggoda, mau ceritanya?<br />yuk kita baca sama-sama..............<br /><br /><div class="fullpost">Ini adalah kisahku yang lain dengan tetanggaku di kampung. Awalnya waktu SMA aku sedang memanjat pohon sawo di belakang rumahku untuk mengambil buahnya. Secara tak sengaja mataku tertuju ke sebuah sumur tetangga yang tinggi dinding penutup kelilingnya hanya sebatas dada orang dewasa. Kulihat seorang wanita sedang membuka baju untuk mandi di sana. Tubuhnya kelihatan putih dan montok. Setelah kuperhatikan dengan cermat ternyata wanita itu adalah Bu Mina, tetangga selang tiga rumah sebelah barat dari rumahku. Bu Mina adalah istri muda dari seorang pengusaha angkutan. Ia membuka toko kelontong di rumahnya.<br /><br />Aku mencari posisi yang lebih enak untuk mengintipnya. Kerimbunan daun sawo cukup membantuku agar tidak kelihatan dari arahnya mandi. Sambil mengintip akupun berkhayal bersetubuh dengannya. Dari tempatku mengintip dadanya yang putih dan montok kelihatan jelas sekali. Begitulah kalau aku tidak ada kegiatan di sore hari maka aku akan memanjat pohon sawo di belakang rumah dan menunggu Bu Mina mandi.<br /><br />Bu Mina ini orangnya ramah dan supel (nantinya baru aku tahu kalau dia memang benar-benar supel alias suka peler). Kadang kalau aku duduk-duduk di depan tokonya ia menyapaku duluan. Asalnya sebenarnya dari pelosok, namun tidak kelihatan kampungan. Kukira nama sebenarnya Minah. Setelah kawin dengan Pak Yos dipanggil Bu Mina. Umurnya waktu itu kurang lebih tiga puluh tahun. Badannya sedikit gemuk tapi kulitnya kelihatan kencang. Ia paling sering pakai kain dan kebaya. Kalau sudah pakai kain dan kebaya, pantatnya yang besar kelihatan menantang dan bergoyang-goyang kalau sedang berjalan. Belahan buah dadanya terlihat sangat menggiurkan dan mengundang lirikan mata laki-laki.<br /><br />Sampai ketika aku kuliah dan sedang liburan semester di kampung. Malamnya sekitar jam sembilan malam aku singgah ke toko Bu Mina untuk membeli sesuatu.<br /><br />“Eh Mas Anto. Kapan datangnya dan libur berapa hari? Oleh-olehnya mana?” ia memberondongku dengan sejumlah pertanyaan. Tangannya diulurkan dan tentu saja kusambut dengan hangat.<br />“Tadi siang, dua minggu, pakaian kotor. Ibu mau?” jawabku taktis dan efisien menjawab semua pertanyaannya.<br />“Ihh.. Masa sih pacarnya kok cuma dibawain pakaian kotor,” katanya menggodaku.<br /><br />Dadaku berdesir. Pacarnya?<br /><br />“Beli apa Mas?”<br />“Enngghh, beli sabun dan shampoo”.<br />“Lho belum mandi toh?”<br />“Sudah, untuk besok pagi”.<br />“Lho baru datang tadi, besok pagi kok sudah mandi basah,” godanya makin berani.<br />“Ya, siapa tahu nanti malam mimpi basah, jadi paginya mandi basah,” kataku. Kepalang basah kubalas godaannya tadi. Pokoknya basah.. Sah.. Sah.<br /><br />Bu Mina masuk ke dalam tokonya. Pantatnya masih saja kelihatan besar dan padat di balik dasternya. Aku mengikutinya, sambil melihat-lihat barangkali ada barang lain yang tiba-tiba teringat untuk kubeli.<br /><br />“Ini sabun dan ini shampoonya. Eh nanti malam mimpi basah sama saya saja ya!” katanya berbisik sambil tersenyum.<br /><br />Kalau begini caranya nanti malam aku bisa benar-benar mimpi basah. Aku hanya diam saja dan menerima sabun dan shampoo tadi. Ketika memberikan belanjaanku ia seolah-olah memalingkan mukanya ke arah TV dan seperti tanpa sengaja telapak tangannya mengusap lenganku.<br /><br />“Eh maaf Mas. Habisnya acara di TV bikin penasaran saja”.<br />“Berapa Bu semuanya?” tanyaku sambil mengangsurkan selembar uang dua puluh ribuan.<br />“Ah, nggak usah Mas. Lagian uangnya besar begini nggak ada kembaliannya”. Ia menolak uangku. Aku jadi tidak enak.<br />“Ya sudah Bu, saya utang dulu. Besok saja sekalian saya bayar” kataku.<br />“Bayar pakai yang lain saja gimana Mas?”<br /><br />Aku garuk-garuk kepala kebingungan sambil meninggalkan tokonya. Karena masih lelah aku segera tertidur dan bangun agak kesiangan. Adik kecilku berdiri tegak, pertanda metabolisme dan kondisi tubuh masih fit.<br /><br />Setelah menyelesaikan ritual pagi hari, 3M, mandi, modol dan makan, aku berniat untuk jalan-jalan ke tempat Tina teman masa SD-ku (Aku Oase Para Wanita Bersuami 5: Tina). Kali-kali aja aku dapat jatah untuk sekedar kissing, necking dan petting. Tapi tiba-tiba aku ingat dari informasi yang kudapat tadi malam Tina sedang ke luar kota. Akhirnya kuputuskan untuk jalan-jalan ke pasar saja.<br /><br />Sampai di pasar aku berputar-putar di los pakaian. Aku terkejut ketika tiba-tiba pundakku ditepuk dari belakang.<br /><br />“Cari apa Mas Anto?”<br /><br />Aku menoleh ke belakang dan ternyata Bu Mina yang ada di belakangku. Ia mengenakan blouse putih tipis dengan celana panjang warna biru. BH-nya yang juga berwarna biru membayang di balik baju tipisnya.<br /><br />“Ibu bikin kaget saja. Tadinya pengen beli tas tapi nggak ada yang cocok. Maksudnya nggak ada yang cocok harganya, kalau modelnya sih banyak yang cocok,” kataku.<br />“Oh gitu. Gimana kalau kita jalan-jalan ke Malioboro atau Shoping Centre kali-kali aja ada yang cocok. Kebetulan aku juga lagi cari kain batik untuk Bapaknya. Ayolah mumpung masih pagi,” katanya sambil menarik tanganku. Aku tak bisa menolaknya.<br /><br />Dua jam kemudian kami tiba di Jalan Malioboro. Kami masuk ke sebuah toko dan melihat-lihat tas pakaian. Harganya memang murah dan modelnya bagus. Cuma aku memang tadinya juga cuma mau lihat-lihat saja, belum mau beli.<br /><br />Ketika masuk ke dalam toko kain, Bu Mina menggandeng lenganku dengan mesra. Aku jadi agak jengah juga. Akhirnya Bu Mina membeli dua potong kain batik. Satu untuk suaminya dan satu lagi untukku. Setelah itu kami makan.<br /><br />Selesai makan aku sudah bersiap untuk pulang, tapi Bu Mina masih saja duduk di kursinya. Ia menatapku sambil tersenyum.<br /><br />“Eh, ngomong-ngomong tadi pagi jadi keramas nih?” ia mulai menggodaku lagi.<br />“Iya,” jawabku singkat.<br />“Kalau.. Mmhh siang-siang gini keramas lagi mau nggak?” tanyanya sambil memegang telapak tanganku.<br />“Kalau tadi malam kamu mimpi basah, sekarang ngerasain yang sebenarnya mau nggak?” sambungnya.<br /><br />Aku hampir terjatuh dari kursiku. Sebenarnya tentu saja inilah yang kuharapkan, tapi untuk membuatnya penasaran aku hanya berdiam saja.<br /><br />“Ayolah!” rayunya.<br /><br />Akhirnya aku berdiri dan berjalan keluar dari restoran. Bu Mina memegang tanganku dan menarikku berjalan ke arah sebuah becak yang sedang mangkal.<br /><br />“Pasar Kembang, Pak!” katanya pada tukang becak.<br />“Kenapa nggak ke Kaliurang saja,” protesku.<br />“Kejauhan, waktu kita sedikit,” jawabnya pasti.<br /><br />Sampai di depan sebuah hotel yang cukup bagus di dekat pintu belakang Stasiun Tugu ia memberi kode kepada tukang becak untuk menepi.<br /><br />Kami segera masuk ke dalam hotel. Setelah menyelesaikan urusan di resepsionis kami masuk ke dalam kamar. Sebuah kamar yang lumayan bagus dengan sebuah ranjang besar yang empuk. Lantainya dilapis dengan permadani yang agak tebal.<br /><br />Begitu pintu kamar tertutup, Bu Mina langsung memelukku. Bu Mina menyapukan bibirnya ke bibirku dengan lembut. Aku belum membalasnya. Ia kemudian mengulangi dan melumat bibirku. Terasa lembut dan nikmat sekali bibirnya. Lama kelamaan ciumanku berubah menjadi lumatan ganas.<br /><br />Lidahnya mendorong lidahku dan menyelusuri langit-langit mulutku. Aku membalasnya, kudorong lidahnya, dia menyedot lidahku. Rupanya Bu Mina sangat lihai dalam berciuman. Kadang kepalanya dimiringkan sehingga mulut kami bisa saling menyedot. Suara kecipak perpaduan bibir kami mulai terdengar.<br /><br />“Lepas bajunya dulu, To!” ia menyuruhku.<br /><br />Kulepas baju, celana panjang dan sekaligus celana dalamku dalam sekali gerakan. Dadaku yang bidang dan berbulu lebat membuatnya berdecak kagum. Kejantananku langsung mencuat keluar dan perlahan-lahan terancung dalam kondisi lurus, bahkan sedikit mengacung ke atas.<br /><br />Kepala penisku kelihatan kemerahan dan mengkilat karena dari lubangnya sudah mulai keluar cairan bening agak kental dan lengket. Diusapnya lubang kejantananku dengan ibu jarinya dan diratakannya cairan bening yang keluar tadi di atas kepalanya sehingga kini semakin mengkilat. Diusap-usapnya kepala penisku sampai membesar maksimal.<br /><br />Bu Mina melepaskan pelukannya. Dengan gerakan pelan dan gemulai ia melepas blus, celana panjang dan akhirnya celana dalamnya. Tangannya membuka kancing bra-nya dan sebentar ia sudah dalam keadaan bugil. Tubuhnya yang montok dengan sedikit lemak di bagian perutnya. Gunung kembarnya dengan puncaknya yang kemerahan yang menggantung bebas. Kini kami berdua sama-sama dalam keadaan polos tanpa selembar benang pun. Selang beberapa menit kemudian Bu Mina berkata di telingaku dengan lirih..<br /><br />“Kita ke ranjang.. Sa.. Yang..”.<br /><br />Aku langsung menyergapnya dan mengulum bibirnya, dan dia membalasnya dengan sangat liar, kemudian aku merasa penisku semakin tegak dan terasa lebih keras dari biasanya. Aku berbaring di ranjang dan Bu Mina merangkak di atasku. Dadanya disodorkan ke mulutku dan dengan rakus kusedot dan kujilati buah dadanya. Tangan dan mulutnya menarik-narik bulu dadaku dengan lembut. Sekali waktu dia menarik dengan keras. Aku terpekik..<br /><br />“Ouuw.. Sakit Bu..”.<br />“Aku gemas melihat dadamu”.<br /><br />Dia terus memintaku meremas-remas payudaranya dan menghisap putingnya secara bergantian. Lalu dia mulai menjilati tubuhku dari mulai leher perlahan-lahan turun kebawah dan berhenti disekitar paha. Dia juga menjilati biji zakarku.<br /><br />“Agh.. Ugh.. Ouhh.. Enak Bu.. Ugh..!!” desahku.<br /><br />Bu Mina menggigit pahaku di bagian dalam dekat pangkal paha seolah-olah mengingatkan ini bukanlah sekedar mimpi basah tetapi kenyataan yang benar-benar sedang terjadi. Bu Mina terus melanjutkan aksinya, kini dia jongkok di atas pahaku.<br /><br />Tangannya meremas kejantananku dan menggoyangkannya sebentar. Digesekkannya kepala kejantananku pada bibir vaginanya, kemudian ia menurunkan pantatnya. Kepalaku sudah tertelan dalam vaginanya. Terasa vaginanya berair. Dengan pelan pantatnya bergerak turun sambil memutar-mutar. Kejantananku terasa ngilu dibuatnya.<br /><br />“Ibu masukin ya. Ayo To..!! Angkat ke atas..,.. Tunggu sebentar!” ia memberi komando.<br /><br />Diganjalnya pantatku dengan bantal, kuangkat pantatku sedikit untuk memudahkannya mengganjal pantatku dan kemudian pantatnya semakin turun. Dan dengan perlahan penisku masuk ke dalam sebuah lorong hangat. Aku merasakan penisku dihimpit oleh benda hangat, basah dan berdenyut, sebuah sensasi kenikmatan yang sangat luar biasa.<br /><br />“Agh.. Auw.. Ooh.. Nikmat sekali, To!!” rintihnya terbata bata.<br /><br />Kugerakkan pinggulku memutar berlawanan arah dengan gerakan pingulnya. Dibenamkam penisku dalam dalam sampai terasa tidak bisa masuk lebih dalam lagi, dan Bu Mina menjerit. Tangannya memainkan putingku dan sesekali menjilat dan mengisapnya. Aku menggigit bibir menahan rangsangan. Dia terus menggoyangkan pinggulnya dengan teratur dan makin lama makin cepat.<br /><br />“Ouchh.. Agh.. Ugh.. Oo.. Yes..!!” desisnya terdengar berulang-ulang.<br /><br />Aku mempercepat gerakanku mengimbanginya dan makin cepat lagi sampai akhirnya..<br /><br />“Bu.. Aku.. Mau keluar nih.. Ouw..!!”<br /><br />Memang kurasakan jepitan vaginanya semakin keras dan kuat sampai sampai penisku terasa ngilu, Bu Mina terus mempercepat gerakannya dan aku mulai merasakan sesuatu akan terjadi pada tubuhku..<br /><br />“Aku.. Bu.. Aku,” aku memberontak.<br />“Ouhh To.. Aku juga..”.<br /><br />Kami tahu kalau sebentar lagi akan mencapai puncak. Beberapa detik kemudian cairan kental menyemprot beberapa kali keluar dari kemaluanku. Bu Mina pun menekankan pantat sekerasnya ke arahku sehingga tulang pubisnya menekan biji penisku sampai sakit. Kurasakan semprotannya sangat kuat dan banyak sampai sebagian keluar dari vaginanya.<br /><br />Setelah membersihkan diri, kami saling berpelukan dan aku masih menikmati sisa sisa kenikmatan tadi dalam keadaan telanjang bulat, hanya ditutup dengan selimut. Napasku mulai normal dan keringatku sudah mengering. Kepala Bu Mina masih berada di dadaku, matanya masih terpejam. Aku merenung sejenak, membayangkan apa yang baru saja terjadi.<br /><br />Kupeluk dia dan kucium belakang telinganya dengan lembut. Ia menggerinjal. Kuremas dadanya dengan lembut.<br /><br />“Sudahlah To, aku mau istirahat dulu sebentar. Kecuali kalau kau..”<br /><br />Tanpa menunggu lagi segera kulumat bibir indahnya.<br /><br />“Hmm.. Kudaku rupanya mengajak berpacu lagi..”.<br /><br />Kami berciuman lagi, semakin lama kembali semakin liar seiring dengan nafsu kami yang mulai bangkit lagi. Tanpa terasa selimut yang tadinya menutup tubuh kami sudah tersingkap jatuh ke lantai dan tubuh kami berdua kembali tidak tertutup apa-apa lagi.<br /><br />Bibir kami saling berpagut, hangat. Kulumat bibir Bu Mina itu dengan penuh nafsu. Sekali-sekali kugigit bibirnya dan kumainkan lidahku di atas langit-langit mulutnya. Nafsu sudah menguasai kami berdua.<br /><br />Kami semakin tenggelam dalam birahi. Kini leher jenjang Bu Mina menjadi sasaran berikutnya. Kuciumi dan kujilati sepuasnya. Hampir saja kugigit lehernya itu, kalau tidak diingatkan oleh Bu Mina.<br /><br />“Jangan To.. Nanti kelihatan orang”, bisiknya.<br /><br />Kupandangi tubuh indah itu sesaat. Lidahku tahu-tahu sudah memainkan puting payudara yang berwarna coklat muda dan keras itu. Pelan-pelan kaki kanannya ku angkat dan kuletakkan di atas perutku.<br /><br />Dalam posisi telentang berdampingan jari kiriku memainkan bulu-bulu halus di sekitar vaginanya, kemudian merambat menggesek-gesek lipatan pahanya. Pinggangnya terangkat dan bergerak-gerak tidak beraturan. Kudengar Bu Mina melenguh-lenguh tanda terangsang.<br /><br />“Ahh.. Ouuhgh.. Sedaap.. Sshh.. Nikkmaatt.. Terusskan..”.<br /><br />Kakinya kuturunkan dan dengan penuh nafsu serangan kuteruskan. Lidahku sudah berada di lipatan pahanya, menggantikan jariku tadi. Kudekatkan hidungku ke sela pahanya. Sekilas tercium bau segar yang khas.<br /><br />Akhirnya kuserang bibir vaginanya yang sudah mulai basah. Kujilat-jilat sambil sesekali menjepit bagian dalam bibir vaginanya itu dengan kedua bibirku. Dengan sentuhan ringan tanganku sesekali memainkan daging kecil sebesar biji kacang tanah. Rupanya seranganku membuahkan hasil. Bu Mina bergetar keras dan mulai meracau.<br /><br />“Hmm.. Sshh.. Ngghh.. Akhh. Aku juga mau To, berputar.. Berputar”.<br /><br />Tangannya kemudian memegang kepalaku, meraih pinggang dan menangkap kakiku dan memutarnya ke arah mukanya. Kuikuti saja kemauannya.<br /><br />Kami berbaring berlawanan arah. Aku tengkurap diatas tubuhnya. Selangkanganku berada di atas mulutnya dan sebaliknya sambil kami terus melakukan stimulasi di sekitar paha. Ia langsung melahap penisku sampai habis. Diisap-isap, dikocok-kocok dan dijilati sampai puas. Gantian aku yang menggelinjang hebat.<br /><br />“Mmhh.. Srup.. Srup..”.<br /><br />Penisku dihisap-hisap dan dijilati sampai badanku merinding semua. Ia memberi isyarat agar berubah posisi. Kami berguling ke samping dan kini masih tetap dalam posisi kepalaku pada selangkangannya dan sebaliknya, aku sekarang yang berada di bawah.<br /><br />Rupanya dengan posisi demikian ia lebih mudah menikmati penisku. Akupun demikian, lebih leluasa untuk menjelajahi selangkangannya. Kami saling merintih dan melenguh memberikan respon terhadap rangsangan yang diterima. Bu Mina menggelinjang penuh kenikmatan ketika kujilat dan kugigit klitorisnya. Tetapi sebaliknya Bu Minapun semakin gencar menyerang penisku dengan tak kalah hebatnya.<br /><br />Kami tetap dalam posisi ini sampai beberapa menit.<br /><br />Tiba-tiba ia menghentikan serangannya dan duduk di tepi ranjang. Ditariknya tanganku. Kupeluk dari samping dan kemudian ditariknya badanku sehingga kami jatuh ke karpet di lantai dekat ranjangku. Dipeluknya tubuhku dengan eratnya dan dengan gencar menciumiku, sampai aku kesulitan mengambil napas. Suara dari ciuman mulut kami semakin keras.<br /><br />Sejenak kemudian ia menghentikan gerakannya. Aku mencoba bangkit dan berusaha mengangkatnya kembali ke ranjang. Tapi dia menggigit daun telingaku dan berkata lirih..<br /><br />“Jangan To.. Tidak usah. Kita coba variasi lain.. Di bawah.. Di karpet saja”.<br /><br />Aku tidak jadi mengangkatnya dan kembali kurebahkan di atas karpet yang lembut dan empuk. Kutindih tubuhnya dan ia mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar. Kucoba untuk menerobos lubang guanya, meleset, kucoba lagi dan meleset. Kepala penisku sudah masuk dan menyentuh bibir vaginanya. Bu Mina merintih rintih minta agar aku segera memasukkan penisku.<br /><br />“Masukkan.. To.. Masukin sekarang!”.<br /><br />Rupanya dia tidak sabar lagi. Ia segera menggenggam batang penisku dan mengarahkan ke vaginanya yang merekah. Begitu seluruh kepala penisku yang besar sudah menerobos masuk ke bibir vaginanya, ia tersentak dan menekan pantatku dengan kedua tangannya.<br /><br />“Dorong To.. Anto dorong kuat-kuat,” desahnya.<br /><br />Kudorong pantatku dengan kuat sampai semua batang penisku amblas di dalam liang guanya. Ia berteriak agak kuat, kututup dengan tanganku. Ia menggoyangkan kepalanya ke kanan ke kiri dan melakukan gerakan-gerakan tak beraturan.<br /><br />“Naikkan sedikit lebih ke atas dan turunkan lagi,” desisnya.<br /><br />Kuangkat pantatku sedikit naik dan tangannya kemudian memegang pinggangku untuk membantuku melakukan gerakan memompa. Gesekan kulit penisku dengan dinding vaginanya membuat aku mendesis nikmat. Kucium dadanya dan kugigit sampai merah. Ia sudah tidak peduli lagi dengan aksiku, hanya aku saja yang menjaga agar cupangku tidak sampai pada bagian tubuh di luar baju, kelihatan orang nantinya.<br /><br />Kini aku sudah bisa menikmati dan melakukan gerakan memompa dengan terkendali. Payudaranya kukulum sampai setengahnya dan putingnya kugigit kecil. Kepalanya tersentak menengadah sehingga lehernya yang jenjang terlihat semakin menggairahkan. Kalau mulutku di payudaranya, maka tanganku mengusap pipi dan lehernya, jika mulutku ada di lehernya maka tanganku meremas payudaranya. Ia mengimbangi dengan menggerakkan pinggulnya memutar sehingga penisku terasa seperti tersedot suatu pusaran arus yang kuat.<br /><br />Kutambah kecepatan permainanku karena akupun merasa sudah mendekati saat-saat terakhir menggapai puncak. Kurasakan darah mengalir deras ke penisku. Kugoyang, kugenjot dan kugoyang terus. Putaran pinggulnya juga dipercepat. Tubuh kami saling merapat. Akhirnya kusemburkan spermaku ke dalam vagina Bu Mina dengan menekan pantatku kuat-kuat sampai menyentuh dinding rahimnya.<br /><br />“Ouhh Bu Mina.. Oouhh!!”<br />“To.. Anto.. Tahan sebentar..” Kurasakan dinding rahimnya berdenyut-denyut.<br />“Sekarang To.. Sekarang ayo tusukkhh!!”<br /><br />Aku mencapai puncak kenikmatan terlebih dulu dan dalam hitungan sepersekian detik Bu Minapun kemudian mendapatkan orgasmenya. Kulihat ia akan berteriak dan kusumbat dengan mulutku karena akupun rasanya juga akan berteriak sambil memperketat pelukanku. Penisku terus berdenyut-denyut dan kurasakan dinding vaginanyapun juga berdenyut. Kedua kakinya terangkat ke atas dan bergerak-gerak seperti mengayuh sepeda.<br /><br />Semenit berikutnya kami berpagut mesra. Hingga akhirnya ia mendorong tubuhku ke samping.<br /><br />“Kamu pintar sekali,” katanya sambil mencubit lenganku.<br /><br />Akhirnya menjelang sore kami check out dan pulang, sampai di rumah kurang lebih jam lima sore. Kami berjanji tiga hari kemudian untuk berkencan lagi di Kaliurang.<br /><br />Tiga hari seperti yang dijanjikan pagi-pagi kami sudah ada dalam sebuah kamar di Kaliurang. Kupeluk Bu Mina dari belakang dan kuusap pinggangnya. Kurapatkan tubuhku ke tubuhnya sehingga kejantananku menekan belahan pantatnya. Ia mengenakan baju model kebaya warna hijau dengan kancing di depan dada sampai perut. Celana panjangnya berwarna hitam.<br /><br />Sambil kupeluk kubawa ia ke jendela sambil melihat puncak Gunung Merapi dan Gunung Merbabu di kejauhan. Kucium tengkuknya dan ia menarik napas panjang..<br /><br />“Hhmmh.. Anto”.<br /><br />Ia membalikkan badannya. Mukanya sedikit mendongak, bibirnya yang merah merekah setengah terbuka dan semakin mendekat ke bibirku. Kami berciuman dengan lembut namun penuh gairah. Ia merogoh kantung celananya dan mengambil sebutir pil, dan menyuruhku untuk meminumnya.<br /><br />“To ini diminum dulu agar kita bisa bermain sampai sore”.<br /><br />Kuambil pil itu dan segera kutelan. Aku sebenarnya tidak terlalu percaya dengan khasiat obat kuat. Kupikir staminaku masih mampu untuk mencapai tiga atau empat puncak, bahkan sampai esok pagi rasanya masih mampu. Namun untuk menyenangkannya dan kupikir tidak ada salahnya untuk mencoba khasiat obat ini.<br /><br />Kubuka kancing baju model kebayanya di depan dadanya dengan gigiku dan kemudian tanganku melanjutkan untuk membukanya. Dadanya yang terbuka berwarna putih mulus terlihat kontras dengan bra berwarna merah yang masih menutup payudaranya. Kucium bahunya, kumainkan tali bra-nya. Ia memelukku dan mengusapkan pipinya di kepalaku. Mulutnya menjilati lubang telingaku dan membisikkan kata-kata penuh gairah..<br /><br />“Ouhh Anto.. Hari ini akan menjadi hari panjang yang melelahkan. Kita akan menikmatinya sepenuhnya.. Ouhh!”<br /><br />Kucium dan kugigit bagian dada di antara dua gundukan daging payudaranya. Kulitnya memerah karena bekas gigitanku tadi. Ia tidak mencegahku untuk mencupangnya, bahkan ia memintaku untuk melakukannya lagi.<br /><br />“Anto.. Berikan lagi gigitanmu. Cupang aku.. Aoouhh!”<br /><br />Kubuka bajunya kemudian bajuku sendiri dengan posisi tetap berciuman dan berpelukan. Kudorong tubuhnya ke ranjang dan kutindih tubuhnya. Bibirku menyusuri bahunya melepas tali bra-nya lewat tangannya bergantian kanan kiri, kubiarkan bra-nya masih menutup dadanya karena pengait dipunggungnya belum kubuka. Kembali bahunya yang sudah terbuka kucium dan kugigit sampai memerah.<br /><br />Aku bergerak memutar sehingga berada di belakangnya. Kulepas pengait bra-nya, dan kutarik dengan gigitanku. Kini dadanya terbuka polos. Dari belakangnya, tanganku meremas pantatnya dan menciumi punggungnya yang putih. Tanganku meremas buah dadanya yang kencang. Kuciumi leher dan belakang telinganya, kemudian kugesekkan pipi kananku ke pipi kirinya.<br /><br />Sambil kucium punggungnya kini tanganku melepas celananya dan celana dalamnya sekaligus. Tak lama celana dan celana dalamkupun sudah melayang. Aku tetap menciuminya sambil berbaring miring di belakangnya. Kugigit punggungnya dan terus menyusuri sekujur punggungnya ke bawah. Tanganku mengusap pantatnya dan buah pantatnya kugigit pelan. Bu Mina menggelinjang.<br /><br />Ia berbalik dengan posisi dadanya di depan mukaku. Putingnya yang berwarna coklat kemerahan digesekkannya di ujung hidungku dan segera kutangkap dengan bibirku. Mulutku bergerak ke bawah perutnya, ia membuka pahanya agar memudahkan aksiku. Aku hanya menggesekkan hidungku ke bibir vaginanya. Aku tidak ingin merangsangnya dengan mulutku. Kepalaku bergerak ke atas dan menciumi ketiaknya yang terbuka, karena tangannya berada di atas kepala sambil meremas bantal. <br /><br /><a href="http://17tahun.us/cerita-dewasa/cerita-sek-17-thn-keatas/" target="_blank">Info dan sumber</a><br /></div>CowokMLghttp://www.blogger.com/profile/08999633505345466529noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3874674043945495181.post-38321382886342950332011-10-13T01:02:00.000-07:002012-07-25T10:15:38.772-07:00Pembatu yang HOTSatu lagi cerita dewasa tentang pembantu yang super hot.<br />Cerita ini saya simpan sudah lama sampai-sampai saya lupa dari mana sumber cerita ini.<br />Biar gak panjang2 baca sendiri aja ya<br /><div class="fullpost">Cerita Pembantu Binal yang ML dengan majikannya yang haus seks. Pembantu binal ini sungguh menggoda. Dan berikut adalah kisahnya! <br /><br />Aku berusia 37 tahun saat ini, sudah beristeri dan mempunyai 4 orang anak. Rumahku terletak di pinggiran kota Jakarta yang bisa disebut sebagai kampung. Orang tuaku tinggal di sebuah perumahan yang cukup elite tidak jauh dari rumahku. Orang tuaku memang bisa dibilang berkecukupan, sehingga mereka bisa mempekerjakan pembantu. Nah pembantu orang tuaku inilah yang menjadi ‘pemeran utama’ dalam ceritaku ini.<br /><br />Bapakku baru dua bulan yang lalu meninggal dunia, jadi sekarang ibuku tinggal sendiri hanya ditemani Enny, pembantunya yang sudah hampir 4 tahun bekerja disitu. Enny berumur 26 tahun, dia masih belum bersuami. Wajahnya tidak cantik, bahkan giginya agak tonggos sedikit, walaupun tidak bisa disebut jelek juga. Tapi yang menarik dari Enny ini adalah bodynya, seksi sekali. Tinggi kira-kira 164 cm, dengan pinggul yang bulat dan dada berukuran 36. Kulitnya agak cokelat. Sering sekali aku memperhatikan kemolekan tubuh pembantu ibuku ini, sambil membandingkannya dengan tubuh isteriku yang sudah agak mekar.<br /><br />Hari itu, karena kurang enak badan, aku pulang dari kantor jam 10.00 WIB, sampai di rumah, kudapati rumahku kosong. Rupanya isteriku pergi, sedang anak-anakku pasti sedang sekolah semua. Akupun mencoba ke rumah ibuku, yang hanya berjarak 5 menit berjalan kaki dari rumahku. Biasanya kalau tidak ada di rumah, isteriku sering main ke rumah ibuku, entah untuk sekedar ngobrol dengan ibuku atau membantu beliau kalau sedang sibuk apa saja.<br /><br />Sampai di rumah ibuku, ternyata disanapun kosong, cuma ada Enny, sedang memasak.<br />Kutanya Enny, “En, Bu Dewi (nama isteriku) kesini nggak?”<br />“Iya Pak, tadi kesini, tapi terus sama temannya” jawab Enny.<br />“Terus Ibu sepuh (Ibuku) kemana?” Tanyaku lagi.<br />“Tadi dijemput Bu Ina (Adikku) diajak ke sekolah Yogi (keponakanku)”<br />“Oooh” sahutku pendek.<br />“Masak apa En? tanyaku sambil mendekat ke dapur, dan seperti biasa, mataku langsung melihat tonjolan pinggul dan pantatnya juga dadanya yang aduhai itu.<br />“Ini Pak, sayur sop”<br />Rupanya dia ngerasa juga kalau aku sedang memperhatikan pantat dan dadanya.<br />“Pak Irwan ngeliatin apa sih” Tanya Enny.<br />Karena selama ini aku sering juga bercanda sama dia, akupun menjawab,<br />“Ngeliatin pantat kamu En. Kok bisa seksi begitu sih En?”<br />“Iiih Bapak, kan Ibu Dewi juga pantatnya gede”<br />“Iya sih, tapi kan lain sama pantat kamu En”<br />“Lain gimana sih Pak?” tanya Enny, sambil matanya melirik kearahku.<br />Aku yakin, saat itu memang Enny sedang memancingku untuk kearah yang lebih hot lagi.<br />Merasa mendapat angin, akupun menjawab lagi, “Iya, kalo Bu Dewi kan cuma menang gede, tapi tepos”<br />“Terus, kalo saya gimana Pak?” Tanyanya sambil melirik genit.<br />Kurang ajar, pikirku. Lirikannya langsung membuat tititku berdiri.<br />Langsung aku berjalan kearahnya, berdiri di belakang Enny yang masih mengaduk ramuan sop itu di kompor.<br />“Kalo kamu kan, pinggulnya gede, bulat dan kayaknya masih kencang”, jawabku sambil tanganku meraba pinggulnya.<br />“Idih Bapak, emangnya saya motor bisa kencang” sahut Enny, tapi tidak menolak saat tanganku meraba pinggulnya.<br /><br />Mendengar itu, akupun yakin bahwa Enny memang minta aku ‘apa-apain’.<br />Akupun maju sehingga tititku yang sudah berdiri dari tadi itu menempel di pantatnya. Adduuhh, rasanya enak sekali karena Enny memakai rok berwarna abu-abu (seperti rok anak SMU) yang terbuat dari bahan cukup tipis. Terasa sekali tititku yang keras itu menempel di belahan pantat Enny yang, seperti kuduga, memang padat dan kencang.<br />“Apaan nih Pak, kok keras? tanya Enny genit.<br />“Ini namanya sonny En, sodokan nikmat” sahutku.<br />Saat itu, rupanya sop yang dimasak sudah matang. Ennypun mematikan kompor, dan dia bersandar ke dadaku, sehingga pantatnya terasa menekan tititku. Aku tidak tahan lagi mendapat sambutan seperti ini, langsung tanganku ke depan, ku remas kedua buah dadanya. Alamaak, tanganku bertemu dengan dua bukit yang kenyal dan terasa hangat dibalik kaos dan branya.<br /><br />Saat kuremas, Enny sedikit menggelinjang dan mendesah, “Aaahh, Pak” sambil kepalanya ditolehkan kebelakang sehingga bibir kami dekat sekali. Kulihat matanya terpejam menikmati remasanku. Kukecup bibirnya (walaupun agak terganggu oleh giginya yang sedikit tonggos itu), dia membalas kecupanku. Tak lama kemudian, kami saling berpagutan, lidah kami saling belit dalam gelora nafsu kami. TItitku yang tegang kutekantekankan ke pantatnya, menimbulkan sensasi luar biasa untukku (kuyakin juga untuk Enny).<br /><br />Sekitar lima menit, keturunkan tangan kiriku ke arah pahanya. Tanpa banyak kesukaran akupun menyentuh CDnya yang ternyata telah sedikit lembab di bagian memeknya.<br />Kusentuh memeknya dengan lembut dari balik CDnya, dia mengeluh kenikmatan, “Ssshh, aahh,<br />Pak Irwan, paak.. jangan di dapur dong Pak”<br />Dan akupun menarik tangan Enny, kuajak ke kamarnya, di bagian belakang rumah ibuku.<br />Sesampai di kamarnya, Enny langsung memelukku dengan penuh nafsu, “Pak, Enny sudah lama lho pengen ngerasain punya Bapak”<br />“Kok nggak bilang dari dulu En?” tanyaku sambil membuka kaos dan roknya.<br />Dan.. akupun terpana melihat pemandangan menggairahkan di tubuh pembantu ibuku ini.<br /><br />Kulitnya memang tidak putih, tapi mulus sekali. Buah dadanya besar tapi proporsional dengan tubuhnya. Sementara pinggang kecil dan pinggul besar ditambah bongkahan pantatnya bulat dan padat sekali. Rupanya Enny tidak mau membuang waktu, diapun segera membuka kancing bajuku satu persatu, melepaskan bajuku dan segera melepaskan celana panjangku.<br /><br />Sekarang kami berdua hanya mengenakan pakaian dalam saja, dia bra dan CD, sedangkan aku hanya CD saja. Kami berpelukan, dan kembali lidah kami berpagut dalam gairah yang lebih besar lagi. Kurasakan kehangatan kulit tubuh Enny meresap ke kulit tubuhku. Kemudian lidahku turun ke lehernya, kugigit kecil lehernya, dia menggelinjang sambil mengeluarkan desahan yang semakin menambah gairahku, “Aahh, Bapak”.<br /><br />Tanganku melepas kait branya, dan bebaslah kedua buah dada yang indah itu. Langsung kuciumi, kedua bukit kenyal itu bergantian. Kemudian kujilati pentil Enny yang berwarna coklat, terasa padat dan kenyal (Beda sekali dengan buah dada isteriku), lalu kugigit-gigit kecil pentilnya dan lidahku membuat gerakan memutar disekitar pentilnya yang langsung mengeras.<br /><br />Kurebahkan Enny ditempat tidurnya, dan kulepaskan CDnya. Kembali aku tertegun melihat keindahan kemaluan Enny yang dimataku saat itu, sangat indah dan menggairahkan. Bulunya tidak terlalu banyak, tersusun rapi dan yang paling mencolok adalah kemontokan vagina Enny. Kedua belah bibir vaginanya sangat tebal, sehingga klitorisnya agak tertutup oleh daging bibir tersebut. Warnanya kemerahan.<br />“Pak, jangan diliatin aja dong, Enny kan malu” Kata Enny.<br /><br />Aku sudah tidak mempunyai daya untuk bicara lagi, melainkan kutundukkan kepalaku dan bibirkupun menyentuh vagina Enny yang walaupun kakinya dibuka lebar, tapi tetap terlihat rapat, karena ketebalan bibir vaginanya itu. Enny menggelinjang, menikmati sentuhan bibirku di klitnya. Kutarik kepalaku sedikit kebelakang agar bisa melihat vagina yang sangat indah ini.<br />“Enny, memek kamu indah sekali, sayang”<br />“Pak Irwan suka sama memek Enny? tanya Enny.<br />“Iya sayang, memek kamu indah dan seksi, baunya juga enak” jawabku sambil kembali mencium dan menghirup aroma dari vagina Enny.<br />“Mulai sekarang, memek Enny cuma untuk Pak Irwan” Kata Enny.<br />“Pak Irwan mau kan?”<br />“Siapa sih yang nggak mau memek kayak gini En?” tanyaku sambil menjilatkan lidahku ke vaginanya kembali.<br />Enny terlihat sangat menikmati jilatanku di klitorisnya. Apalagi saat kugigit klitorisnya dengan lembut, lalu lidahku ku masukkan ke liang kenikmatannya, dan sesekali kusapukan lidahku ke lubang anusnya.<br />“Oooh, sshshh, aahh.. Pak Irwan, enak sekali Pak. Terusin ya Pak Irwan sayang”<br /><br />Sepuluh menit, kulakukan kegiatan ini, sampai dia menekan kepalaku dengan kuat ke vaginanya, sehingga aku sulit bernafas”Pak Irwan.. aahh, Enny nggak kuat Pak.. sshh”Kurasakan kedua paha Enny menjepit kepalaku bersamaan dengan itu, kurasakan vagina Enny menjadi semakin basah. Enny sudah mencapai orgasme yang pertama. Enny masih menghentak-hentakkan vaginanya kemulutku, sementara air maninya meleleh keluar dari vaginanya. Kuhirup cairan kenikmatan Enny sampai kering. Dia terlihat puas sekali, matanya menatapku dengan penuh rasa terima kasih. Aku senang sekali melihat dia mencapai kepuasan.<br /><br />Tak lama kemudian dia bangkit sambil meraih kemaluanku yang masih berdiri tegak seperti menantang dunia. Dia memasukkan kemaluanku kedalam mulutnya, dan mulai menjilati kepala kemaluanku. Ooouugh, nikmatnya, ternyata Enny sangat memainkan lidahnya, kurasakan sensasi yang sangat dahsyat saat giginya yang agak tonggos itu mengenai batang kemaluanku. Agak sakit tapi justru sangat nikmat. Enny terus mengulum kemaluanku, yang semakin lama semakin membengkak itu. Tangannya tidak tinggal diam, dikocoknya batang kemaluanku, sambil lidah dan mulutnya masih terus mengirimkan getaran-getaran yang menggairahkan di sekujur batang kemaluanku.<br /><br />“Pak Irwan, Enny masukin sekarang ya Pak?” pinta Enny.<br />Aku mengangguk, dan dia langsung berdiri mengangkangiku tepat di atas kemaluanku. Digenggamnya batang kemaluanku, lalu diturunkannya pantatnya. Di bibir vaginanya, dia menggosok-gosokkan kepala kemaluanku, yang otomatis menyentuh klitorisnya juga. Kemudian dia arahkan kemaluanku ke tengah lobang vaginanya. Dia turunkan pantatnya, dan.. slleepp.. sepertiga kemaluanku sudah tertanam di vaginanya. Enny memejamkan matanya, dan menikmati penetrasi kemaluanku.<br /><br />Aku merasakan jepitan yang sangat erat dalam kemaluan Enny. Aku harus berjuang keras untuk memasukkan seluruh kemaluanku ke dalam kehangatan dan kelembaban vagina Enny. Ketika kutekan agak keras, Enny sedikit meringis. Sambil membuka matanya, dia berkata, “Pelan dong Pak Irwan, sakit nih, tapi enak banget”. Dia menggoyangkan pinggulnya sedikit-sedikit, sampai akhirnya seluruh kemaluanku lenyap ditelan keindahan vaginanya.<br /><br />Kami terdiam dulu, Enny menarik nafas lega setelah seluruh kemaluanku ‘ditelan’ vaginanya. Dia terlihat konsentrasi, dan tiba-tiba.. aku merasa kemaluanku seperti disedot oleh suatu tenaga yang tidak terlihat, tapi sangat terasa dan enaak sekali. Ruaar Biasaa! Kemaluan Enny menyedot kemaluanku!<br /><br />Belum sempat aku berkomentar tentang betapa enaknya vaginanya, Ennypun mulai membuat gerakan memutar pinggulnya. Mula-mula perlahan, semakin lama semakin cepat dan lincah gerakan Enny. Waw.. kurasakan kepalaku hilang, saat dia ‘mengulek’ kemaluanku di dalam vaginanya. Enny merebahkan badannya sambil tetap memutar pinggulnya. Buah dadanya yangbesar menekan dadaku, dan.. astaga.. sedotan vaginanya semakin kuat, membuat aku hampir tidak bertahan.<br /><br />Aku tidak mau orgasme dulu, aku ingin menikmati dulu vagina Enny yang ternyata ada ‘empot ayamnya’ ini lebih lama lagi. Maka, kudorong tubuh Enny ke atas, sambil kusuruh lepas dulu, dengan alasan aku mau ganti posisi. Padahal aku takut ‘kalah’ sama dia.<br /><br />Lalu kusuruh Enny tidur terlentang, dan langsung kuarahkan kemaluanku ke vaginanya yang sudah siap menanti ‘kekasihnya’. Walaupun masih agak sempit, tapi karena sudah banyak pelumasnya, lebih mudah kali ini kemaluanku menerobos lembah kenikmatan Enny.<br /><br />Kumainkan pantatku turun naik, sehingga tititku keluar masuk di lorong sempit Enny yang sangat indah itu.<br />Dan, sekali lagi akupun merasakan sedotan yang fantastis dari vagina Enny. Setelah 15 menit kami melakukan gerakan sinkron yang sangat nikmat ini, aku mulai merasakan kedutan-kedutan di kepala tititku.<br />“Enny, aku udah nggak kuat nih, mau keluar, sayang”, kataku pada Enny.<br />“Iya Pak, Enny juga udah mau keluar lagi nih. Oohh, sshh, aahh.. bareng ya Pak Irwan.., cepetin dong genjotannya Pak” pinta Enny.<br /><br />Akupun mempercepat genjotanku pada lobang vagina Enny yang luar biasa itu, Enny mengimbanginya dengan ‘mengulek’ pantatnya dengan gerakan memutar yang sangat erotis, ditambah dengan sedotan alami didalam vaginanya. Akhirnya aku tidak dapat bertahan lebih lama lagi, sambil mengerang panjang, tubuhku mengejang.<br />“Enny, hh.. hh, aku keluar sayaang”<br />Muncratlah air maniku ke dalam vaginanya. Di saat bersamaan, Enny pun mengejang sambil memeluk erat tubuhku.<br />“Pak Irwaan, Enny juga keluar paakk, sshh, aahh”.<br /><br />Aku terkulai di atas tubuh Enny. Enny masih memeluk tubuhku dengan erat, sesekali pantatnya mengejang, masih merasakan kenikmatan yang tidak ada taranya itu. Nafas kami memburu, keringat tak terhitung lagi banyaknya. Kami berciuman.<br /><br />“Enny, terima kasih yaa, memek kamu enak sekali” Kataku.<br />“Pak Irwan suka memek Enny?”<br />“Suka banget En, abis ada empot ayamnya sih” jawabku sambil mencium bibirnya.<br />Kembali kami berpagutan.<br />“Dibandingin sama Bu Dewi, enakan mana Pak?” pancing Enny.<br />“Jauh lebih enak kamu sayang”<br />Enny tersenyum.<br />“Jadi, Pak Irwan mau lagi dong sama Enny lain kali. Enny sayang sama Pak Irwan”<br />Aku tidak menjawab, hanya tersenyum dan memeluk Enny. Pembantu ibuku yang sekarang jadi kekasih gelapku <br /><br />Jika ada merasa punya tulisan ini silahkan isi komentar dibawah.<br />nanti akan saya linkkan ke sumbernya<br /> </div>CowokMLghttp://www.blogger.com/profile/08999633505345466529noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3874674043945495181.post-11500047692050427182011-10-05T21:22:00.000-07:002012-07-25T10:15:38.790-07:00Platinum hide IPAkses anda di blokir untuk membuka situs yang berbau prono?<br />up jangan kuatir sobat dengan hide IP pasti aman kita berselancar ke dunia maya yang penuh dengan sensai.<br />Gak usah banyak kata ya langsung aja di download programnya<br /><div class="fullpost"><br />Silahkan Download Program hide IP full version<br />semoga linknya belum di hapus, kalau link sudah broken silahkan laporkan dengan mengisi komen dibawah.<br /><br />->>> <a href="http://www.mediafire.com/?rzwpz2ih8cb47j0" target="_blank">Platinum IP 3.1.0.6</a><br />->>> <a href="http://www.enterupload.com/ocjmlultxx3s/CrckPHI3.1.0.6.rar.html" target="_blank">Crack hide IP</a><br /><br />Jangan lupa tinggalin komennya sobat<br /></div>CowokMLghttp://www.blogger.com/profile/08999633505345466529noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3874674043945495181.post-67368963504103752612011-10-05T12:07:00.000-07:002012-07-25T10:15:38.807-07:00nikmatnya bercintaWanita cantik dan mulus memang selalu membuat kaum lelaki molot melihatnya.<br />Apalagi kalau sudah bugil pasti langsung konak tuh adik kecilnya.<br />Nah mau download fvdio sepasang sejoli yang sedang bercinta?<br /><div class="fullpost">Berikut ini link download untuk sepasang sejoli yang sedang bercinta.<br />kalau kita amati kayaknya tuh cowok beli sob, soalnya ceweknya kayak canggung gitu.<br />Nah dari pada penasaran langsung download vidio mereka<br /><a href="http://hotfile.com/dl/130726788/c0c0dc3/cool_GF.wmv.html" target="_blank">DOWNLOAD</a><br /> </div>CowokMLghttp://www.blogger.com/profile/08999633505345466529noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3874674043945495181.post-79014377198568257762011-10-05T08:58:00.000-07:002012-07-25T10:15:38.824-07:00Nikmatnya tubuh sekretarisKuNikmatnya tubuh sekretaris cantik,Fabiola, yang biasa dipanggil Febby, seorang wanita cantik berusia 25 tahun.Febby bekerja disalah satu perusahaan pariwisata yang cukup terkenal sebagai sekretaris. <br /><div class="fullpost">Tubuh Febby cukup sintal dan berisi, didukung dengan sepasang gunung kembar berukuran 36B serta wajah yang cantik, membuat setiap pria pasti meliriknya, setiap kali ia berjalan.<br />Seperti biasa setiap hari Febby pergi ke kantornya di bilangan Roxi Mas, yang tanpa disadarinya ia dibuntuti sekelompok pemuda iseng yang hendak menculiknya.<br /><br />Sudah beberapa hari para pemuda itu mempelajari kebiasaan Febby pergi dan pulang kantor. Dan hari itu mereka sudah menyusun rencana yang matang untuk menculik Febby. Tiba-tiba dijalan yang sepi taksi yang ditumpangi Febby dicegat secara tiba-tiba, dan sambil mengancam sopir taksinya, mereka langsung menyeret Febby masuk kedalam mobil mereka, dan tancap gas keras-keras, hingga akhirnya mobil mereka larikan kearah pinggir kota, dimana teman-teman mereka yang lain sudah menunggu disebuah rumah yang sudah dipersiapkan untuk ‘mengerjai’ Febby.<br /><br />Didalam mobil Febby diapit oleh dua orang pemuda berkulit hitam, sedangkan yang dua lagi duduk dikursi depan. Febby sudah gemetaran karena takut, dan benar-benar tidak berdaya ketika dua orang yang mengapitnya memegang-megang tubuhnya yang sintal dan putih itu. Dua pasang tangan hitam bergentayangan disekujur tubuhnya, yang kebetulan pada hati itu Febby mengenakan rok lebar sebatas lutut, dengan atasan blouse putih krem yang agak tipis, hingga bra Wacoal hitam yang dikenakannya lumayan terlihat jelas dari balik blouse tersebut.<br /><br />Dengan leluasa disepanjang jalan tangan-tangan jahil tertersebut bergentayangan dibalik rok Febby sambil meremas-remas paha putih mulus tersebut, hingga akhirnya mereka tiba dirumah tersebut, dan mobil langsung dimasukkan kedalam garasi dan rolling doorpun langsung ditutup rapat-rapat. Febby yang sudah terikat tangan dan kakinya, serta mulut tersumpal dan mata ditutup saputangan digendong masuk kedalam ruang tamu, dan didudukkan disofa yang cukup lebar.<br /><br />Ikatan tangan, kaki, mulut dan mata Febby dibuka, dan alangkah terkejutnya ia sekitar tiga puluh pemuda yang hanya memakai cawat memandanginya dengan penuh nafsu seks. Tanpa menunggu lebih lama lagi, Febby pun mulai dikerjai oleh mereka. Febby yang sudah tidak berdaya itu hanya bisa duduk bersandar di sofa dengan lemas ketika salah seorang lelaki mulai membuka kancing blouse-nya satu persatu hingga blouse putih tersebut dicopot dari tubuh sintalnya itu.<br /><br />Beberapa orang lagi berusaha membuka rok merah Febby hingga Febby pun akhirnya hanya memakai bra hitam serta celana dalam nylon berwarna hijau muda, dan membuat dirinya terlihat makin menggairahkan, dan spontan saja para pemuda berandal tersebut langsung terlihat ereksi dengan kerasnya. Celana dalam Febby pun langsung buru-buru dilepas dan menjadi rebutan untuk mereka.<br /><br />Febby dipaksa duduk dengan mengangkang lebar-lebar, hingga vagina-nya yang ditumbuhi rambut-rambut halus itu terlihat dengan jelas, dan mereka pun bergantian menjilati serta menghisap-hisap bibir vagina Febby dengan nafsunya. Kepala mereka terlihat tenggelam diantara kedua pangkal paha Febby, sementara yang lainnya bergantian meremas-remas kedua gunung kembar Febby yang montok itu. Kop BH Febby diturunkan ke bawah hingga kedua gunung kembarnya muncul bergelayutan dengan indahnya, dan menjadi bulan-bulanan pemuas nafsu untuk mereka.<br /><br />Tidak puas dengan hanya meremas-remas saja, beberapa orang mulai mencoba untuk mengisap-ngisap puting susu gunung kembar Febby yang ranum itu, hingga akhirnya Febby pun dipaksa oral seks untuk mereka. Bergantian mereka memaksa Febby untuk mengulum-ngulum batang penis mereka keluar masuk mulutnya. Kepala Febby dipegangi dari arah belakang hingga tidak bisa bergerak, sementara itu yang lain bergantian mengeluar-masukkan batang penis mereka dimulut Febby yang seksi itu hingga mentok kepangkal paha mereka.<br /><br />Batang penis yang rata-rata panjangnya 17 senti itu terlihat masuk semua kedalam mulut Febby, hingga mencapai kerongkongannya. Tak ketinggalan Febby pun dipaksa untuk ‘mencicipi’ buah zakar mereka secara bergantian. Sepasang buah sakar tampak terlihat dikulum Febby hingga masuk semua kedalam mulutnya yang mungil itu. Wajah Febby yang cantik itu bergantian ditekan-tekan diselangkangan para pemuda berandal tersebut hingga buah sakar mereka masuk semua kedalam mulutnya.<br /><br />Setelah puas dengan acara ‘pemanasan’ tersebut Febby pun dipaksa tiduran diatas kanvas diruang tamu tersebut dan dengan paha yang mengangkang lebar, batang penispun mulai keluar masuk vagina Febby yang masih ‘rapat’ itu, mereka dengan tidak sabarnya bergantian menjajal vagina Febby dengan batang penis mereka yang rata-rata panjang dan besar itu. Bagi yang belum kebagian jatah terpaksa memainkan-mainkan penisnya diwajah dan mulut Febby.<br /><br />Beberapa orang dengan nafsunya memukul-mukulkan batang penisnya di wajah Febby sambil mendesah-desah dengan nafsu. Bosan dengan gaya tiduran, Febby dipaksa duduk di sofa lagi dengan paha mengangkang lebar dan kembali ‘di embat’ bergantian, sementara bibir Febby tetap sibuk dipaksa mengulum batang penis yang tampak mengkilat karena air liur Febby yang menempel di batang penis tersebut.<br /><br />Sementara para pemuda yang mendapat giliran mengocok vagina Febby tampak sangat bersemangat sekali hingga bunyi batang penis yang keluar masuk vagina Febby terdengar sangat jelas. Hampir dua jam sudah Febby “dikerjain” dengan intensif oleh puluhan pemuda tersebut, hingga akhirnya satu persatu mulai berejakulasi. Tiga puluh pemuda mengantri Febby untuk berejakulasi diwajah Febby yang cantik itu.<br /><br />Dimulai oleh empat orang berdiri mengelilingi Febby dengan batang penis menempel disekitar wajah Febby yang cantik. Sementara seorang lagi mengocok vagina Febby dengan nafsunya, hingga akhirnya ia tak tahan lagi dan mencabut batang penisnya dari vagina Febby, dan…. croott…. crootttt… croooottttt!!! air mani muncrat mengenai sekujur wajah Febby, melihat hal tersebut yang lain pun tak mau ketinggalan dan bergantian mengocok-ngocok batang penisnya cepat-cepat diwajah dan mulut Febby, hingga berakhir dengan semprotan air mani diwajahnya. Bahkan tak sedikit mengeluarkan airmani nya didalam mulut Febby, lalu memaksa Febby untuk menelannya.<br /><br />Sekitar dua puluh menit, wajah Febby dihujani ‘air mani’ yang kental itu, hingga Febby terlihat basah kuyub oleh sperma mulai dari rambut hingga gunung kembarnya terlihat mengkilat oleh basahnya sperma puluhan pemuda berandal tersebut.<br /><br /><b>Part II</b><br />Jam menunjukkan pukul jam satu siang, dan Febby pun baru selesai ‘dikerjain’ oleh mereka, dan terlihat lemas tak berdaya dengan muka yang masih belepotan sperma. Tiga orang pemuda membawa Febby kedalam kamar mandi yang terlihat sangat mewah, dan memandikan Febby dengan air hangat serta sabun cair yang sangat wangi. Febby disuruh tiduran sambil direndam air hangat, sementara ketiga pemuda tersebut bergantian menyabuni tubuh Febby yang putih sintal itu dengan bernafsu, sambil sesekali meremas-remas selangkangan dan gunung kembar Febby yang terasa licin oleh sabun tersebut. Hingga akhirnya ketiga pemuda tersebut sudah tidak tahan lagi dan Febby pun diperkosa lagi didalam kamar mandi itu.<br /><br />Mereka mengeluarkan Febby dari bak rendam, dan dibawah pancuran air hangat Febby dipaksa nungging, dan dua pemuda bergantian menyetubuhi Febby dari arah belakang, sedangkan yang satunya mengeluarmasukkan batang penisnya di mulut Febby, sambil memegangi rambut Febby hingga kepala Febby tidak dapat bergerak. Setengah jam sudah Febby ‘diobok-obok’ didalam kamar mandi, dan diakhiri dengan meyemprotkan air mani masing-masing didalam mulut Febby, dan tiga porsi air mani itu dalam sekejap sudah pindah kedalam mulut Febby, dan sisa-sisa sperma masih terlihat berceceran disekitar wajah Febby yang putih itu.<br /><br /><b>Part III</b><br />Selesai dimandikan, Febby kembali didandani hingga terlihat sangat cantik. Bra hitamnya yang berukuran 36B itu kembali dipasangkan. Celana dalam nylon Febby sudah raib jadi rebutan, hingga vagina Febby dibiarkan terlihat, sementara beberapa pemuda berandal itu sibuk menjepretkan kamera digitalnya kearah Febby. Febby dipaksa berpose dengan berbagai gaya yang sensual, mulai dari adegan membuka bra nya sendiri hingga duduk mengangkang sambil memasukkan batangan ketimun kedalam vaginanya.<br /><br />Puas mengambil berbagai pose Febby, seorang pemuda mengambil dua gelas minuman dari dalam kulkas dan sepotong hamburger untuk Febby. Dan betapa terkejutnya Febby ketika tahu bahwa dua gelas minuman tersebut adalah sperma yang sudah disimpan berhari-hari di dalam kulkas. Seorang pemuda lagi mengambil suntikan besar tanpa jarum. Febby dipaksa membuka mulut lebar-lebar, sementara salah seorang menyedot sperma dalam gelas tersebut dengan suntikan besar itu, kemudian menyuntikkannya kedalam mulut Febby, hingga tertelan langsung kedalam tenggorokkannya. Mereka dengan brutalnya bergantian menyuntikkan ‘air mani basi’ itu ke mulut Febby hingga habis satu gelas penuh. Masih sisa satu gelas lagi, dan hamburger untuk Febby pun diolesi penuh dengan sperma tersebut, dan Febby pun dipaksa makan hingga habis. Sisa sperma sebanyak setengah gelas terpaksa disedot Febby dengan sedotan hingga tandas tak bersisa.<br /><br />Selesai ‘memberi makan’ Febby, mereka kembali mengantri Febby. Namun kali ini Febby tidak disetubuhi, mereka hanya memaksa Febby mengulum-ngulum batang penis mereka dimulut Febby, serta mengocok-ngocoknya dengan kedua tangan Febby yang lentik itu. Tiga puluh batang penis kembali bergantian dikulum-kulum Febby, sementara yang lainnya memaksa Febby menggenggam batang penisnya dengan kedua tangannya, yang lainnya lagi sibuk memain-mainkan alat kelaminnya diwajah dan rambut Febby. Hingga akhirnya Febby kembali dihujani puluhan porsi sperma segar di wajah dan mulutnya. Pertama kali sperma muncrat dari lubang penis tepat didepan wajah Febby hinggga tepat mengenai dahi hingga bibir Febby, yang lainnya pun ikut menyusul hingga puluhan semprotan sperma berhamburan diseluruh wajah Febby yang cantik itu. Sementara itu dua orang pemuda dari kiri dan kanan Febby menyendoki air mani yang bertetesan di wajah Febby, lalu menyuapinya hingga mereka puas.<br /><br /><a href="http://17tahun1.com">Cerita 17tahun</a><br /></div>CowokMLghttp://www.blogger.com/profile/08999633505345466529noreply@blogger.com0